Yogyakarta, 13–14 November 2025 — GuruInovatif.id menggelar workshop nasional dengan tajuk “Menjelajahi Coding Plugged dan Unplugged untuk Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran” untuk memperkuat kompetensi guru di era digital. Kegiatan ini menghadirkan Tubagus Arayyan, M.Pd., yang fokus membahas penerapan computational thinking (CT) dan kreativitas dalam pembelajaran. Seluruh materi disusun agar mudah diadaptasi oleh tenaga pendidik di berbagai tingkat dan mata pelajaran.
Workshop ini bertujuan membantu guru membangun proses belajar yang lebih interaktif, logis, dan relevan dengan kebutuhan abad ke-21. Tubagus memberikan contoh strategi yang dapat digunakan langsung di kelas, mulai dari teknik fasilitasi hingga model aktivitas kreatif. Melalui pendekatan ini, pendidik diharapkan dapat menumbuhkan keberanian siswa untuk berpikir, mencoba, dan menemukan solusi baru.
Membangun Ekosistem Kelas yang Kreatif
Pada sesi pertama, peserta diajak memahami pentingnya membangun ekosistem kelas yang mendorong kreativitas. Tubagus menekankan bahwa pembelajaran kreatif bukan sekadar memberikan tugas menarik, melainkan proses yang memungkinkan siswa mengembangkan ide orisinal dan menemukan solusi baru dari berbagai masalah.
Tubagus juga menyoroti bahwa peran guru kini perlu bergeser menjadi fasilitator pembelajaran. Ada tiga kunci utama yang perlu dilakukan pendidik untuk membuka ruang kreativitas secara optimal:
1. Memberi ruang untuk berinovasi
Guru perlu menciptakan lingkungan yang aman bagi siswa untuk bereksperimen dan menyampaikan ide-ide baru tanpa takut salah. Dukungan ini menjadi fondasi penting munculnya pemikiran kreatif.
2. Menyediakan waktu untuk bereksperimen
Eksplorasi membutuhkan waktu. Tubagus mengingatkan bahwa guru perlu memberi kesempatan bagi siswa untuk mencoba berbagai pendekatan, sehingga mereka dapat belajar langsung dari proses mencoba dan gagal.
Baca juga:
Kenali Konsep dan Manfaat Pembelajaran Coding dalam Tumbuh Kembang Anak Sejak Dini
3. Mengajukan pertanyaan pemantik untuk bereksperimen
Pertanyaan seperti “Bagaimana jika …?” atau “Apa yang terjadi bila …?” terbukti mampu mendorong siswa berpikir lebih dalam, menstimulasi rasa ingin tahu, dan membuat mereka lebih aktif berkontribusi.
Coding Plugged: Belajar Logika Seru Melalui Minecraft di Code.org
Setelah memahami prinsip dasar kreativitas, peserta diajak masuk ke dunia praktik melalui sesi “Coding Plugged”. Tubagus memperkenalkan platform Code.org Studio yang menggunakan pendekatan blok (block-based coding) dengan tema populer Minecraft yang menjadikan proses belajar semakin menyenangkan.
Dalam sesi ini, siswa belajar konsep pemrograman dasar melalui aktivitas berikut:
Sistem blok (block-based coding)
Siswa menyusun logika pemrograman menggunakan blok kode visual, mirip permainan puzzle, tanpa perlu mengetik kode yang rumit.
Misi interaktif
Setiap blok kode akan menggerakkan karakter Minecraft menyelesaikan misi tertentu, sehingga siswa memahami hubungan antara logika dan dampaknya secara langsung.
Logika dalam bermain
Saat menyelesaikan tantangan, siswa secara tidak sadar mengasah kemampuan algoritmik, mulai dari pemahaman urutan langkah (sequencing) hingga pemecahan masalah.

Coding Unplugged: Mengajarkan CT Tanpa Perangkat Digital
Pada sesi berikutnya, Tubagus membahas metode “Coding Unplugged", yaitu pembelajaran computational thinking tanpa bantuan perangkat elektronik. Pendekatan ini dinilai fleksibel, mudah diterapkan dalam berbagai mata pelajaran, dan efektif untuk memperkuat pemahaman konsep dasar CT.
Menurut Tubagus, aktivitas unplugged memungkinkan pembelajaran berlangsung lebih aktif dan menyenangkan. Beberapa keunggulan utamanya antara lain:
Mendorong aktivitas fisik - pembelajaran interaktif dan kinestetik
Siswa belajar sambil bergerak melalui permainan edukatif, sehingga proses belajar menjadi lebih dinamis dan seru.
Membangun kolaborasi
Banyak aktivitas dirancang untuk kerja kelompok sehingga melatih komunikasi, kerja sama, dan pengambilan keputusan.
Membantu visualisasi
Konsep abstrak seperti algoritma atau pola dapat divisualisasikan melalui alat peraga, diagram, atau mind map, membuatnya lebih mudah dipahami.

Empat Elemen Inti Computational Thinking
Workshop ini juga mengulas empat pilar utama CT yang menjadi dasar kemampuan pemecahan masalah sistematis:
Dekomposisi
Memecah masalah kompleks menjadi bagian yang lebih kecil agar lebih mudah ditangani.
Pengenalan pola
Mengidentifikasi kesamaan atau pola yang muncul sehingga solusi dapat dibuat lebih efisien.
Abstraksi
Fokus pada informasi penting dan mengabaikan detail yang tidak relevan.
Algoritma
Menyusun langkah-langkah terstruktur dan runtut sebagai panduan menyelesaikan masalah.
Baca juga:
Teaching at the Right Level (TaRL): Inovasi Pembelajaran untuk Menutup Kesenjangan Belajar
Dengan memahami empat elemen inti CT, siswa dapat membangun pola pikir yang lebih terarah dalam memecahkan masalah. Pendekatan ini membuat mereka bukan hanya mampu mengikuti instruksi, tetapi juga lebih kritis, kreatif, dan mandiri dalam mencari solusi.
Dalam workshop yang diselenggarakan GuruInovatif.id, Tubagus juga membagikan berbagai strategi praktis yang dapat diterapkan guru untuk memperkuat kemampuan berpikir komputasi dan kreativitas siswa di kelas. Tubagus memaparkan contoh nyata dari praktik pembelajaran yang telah diterapkannya, sekaligus memberikan tips agar guru tidak kewalahan saat mengelola kelas yang beragam.
Ingin mengetahui penerapannya secara langsung?
Simak pembahasan lengkapnya melalui workshop nasional GuruInovatif.id pada tautan berikut ini.
Jika Anda melewatkan topik webinar atau workshop sebelumnya, jangan khawatir! Anda tetap bisa menontonnya kembali dengan bergabung sebagai membership di GuruInovatif.id.
Dengan menjadi member, Anda akan mendapatkan akses ke ratusan tayangan ulang webinar dan workshop, serta berbagai online course yang dirancang untuk membantu Anda meningkatkan kompetensi sebagai pendidik profesional di abad ke-21.

Mari bergabung dengan membership GuruInovatif.id
Penulis: Ican | Penyunting: Putra