[Yogyakarta, 7 Maret 2025] GuruInovatif.id kembali menyelenggarakan webinar nasional Guru Inovatif Class ke-129 yang inspiratif untuk diikuti oleh guru di seluruh penjuru Indonesia. Dalam webinar kali ini, GuruInovatif.id menghadirkan narasumber Sartika Ratna Juwita dengan topik pembahasan mengenai “Student Well-Being: Strategi Sukses Menciptakan Lingkungan Belajar yang Sehat dan Inklusif.”
Diawal sesi ini, Sartika memberikan sebuah pertanyaan kepada peserta webinar mengenai “Apa yang muncul di pikiran Bapak/Ibu saat mendengar kata student well-being?” Sartika kemudian memberikan penjelasan bahwa beberapa kata kunci atau dasar dalam student well-being antara lain:
Positif
Kesehatan fisik
Kesehatan mental
Menyenangkan
Bahagia
Di beberapa negara maju, istilah “student well-being” sudah dikenal di tahun 2000-an. Sartika berharap kelak masyarakat Indonesia juga mulai sadar mengenai student well-being.
Student Well-Being Menurut Beberapa Pakar
Sartika kemudian menegaskan bahwa sebelum student well-being dipraktikkan, kita harus menyamakan persepsi mengenai definisinya terlebih dahulu. Menurut Anderson dan Graham (2016), student well-being adalah kondisi saat siswa merasa dihargai, diperhatikan, dan memiliki kebebasan berpendapat.
Noble dan McGrath (2015) mengatakan student well-being adalah kondisi optimal siswa yang ditunjukkan dengan perilaku positif, hubungan guru-siswa positif, kepuasan dalam belajar, dan memiliki resiliensi.
Sedangan Holve-Sabel (2014) menyatakan bahwa student well-being berdasarkan persepsi siswa yang positif terhadap pengalaman belajar, hubungan pertemanan, dan hubungan guru-siswa.
Baca juga:
Mengenal Teknik Relaksasi Atensi dalam Pembelajaran untuk Meningkatkan Konsentrasi Siswa
Sartika meyimpulkan dari ketiga pendapat tersebut bahwa student well-being adalah kondisi optimal siswa yang didukung oleh lingkungan belajar, kebebasan berpendapat, hubungan pertemanan, dan hubungan guru-siswa yang positif, sehingga siswa Tidak merasa terbebani untuk ke sekolah serta menikmati pengalaman belajar yang positif.
Sartika juga memberikan catatan, setiap manusia memiliki potensi yang berbeda-beda, punya suatu hal yang disukai dan memungkinkan untuk berbeda dengan orang lain. Kita tidak perlu memaksa semua anak untuk menjadi hebat atau maksimal di seluruh mata pelajaran. Karena di sekolah membantu siswa untuk menemukan potensi.
Dampak Positif dari Student Well-Being
Sartika juga mengungkapkan beberapa manfaat dari pengimplementasian student well-being di kurikulum negara maju seperti Australia. Secara akademik, penimplementasian student well-being akan meningkatkan pencapaian hasil akademik siswa dan meningkatkan kehadiran siswa di kelas. Karena jika anak menemukan hal yang dia sukai dan senang dengan pengalaman belajarnya, maka anak akan memiliki kecenderungan untuk mendalami atau mempelajarinya lebih lanjut.
Dalam konteks non-akademik, student well-being juga memberikan dampak positif pada berkembangnya kemampuan sosial dan emosional seorang anak, berdampak positif pada kesehatan mental siswa, serta membantu menekan masalah perilaku siswa. Berdasarkan pengalaman yang dialami oleh Sartika, salah satu hal yang menyita perhatian dan waktunya adalah ketika siswa berperilaku mengganggu siswa atau suasana di dalam kelas.

Kerangka Teori (Framework) untuk Implementasi Student Well-Being di Lingkungan Pendidikan
Pada penjelasan berikutnya, Sartika juga mengenalkan 3 framework dalam mengimplementasikan student well-being di lingkungan pendidikan, yaitu:
Australian Student Well-Being Framework
PROSPER (Positivity, Relationship, Outcomes, Strengths, Purpose, and Resilence)
Whole School Approach
Sartika memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai Whole School Approach sebagai framework yang paling banyak digunakan sebagai model untuk mewujudkan health promoting school atau sekolah yang mendukung kesehatan dan inklusifitas. Framework ini lebih umum dipraktikkan di berbagai negara lainnya karena dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah tersebut.
Lebih lanjut, Sartika mengemukakan terdapat 3 aspek yang saling berkaitan dan beririsan dalam framework Whole School Approach, antara lain:
Kurikulum belajar mengajar
Etos dan lingkungan
Partnership
Strategi Meningkatkan Student Well-Being melalui Kurikulum Belajar Mengajar
Menurut Sartika, ada 4 strategi yang dapat guru dan sekolah lakukan jika menggunakan framework Whole School Approach, yakni:
1. Student-learning activites
Guru dapat membuat kegiatan belajar yang berpusat pada siswa, seperti melibatkan siswa dalam menentukan topik pembelajaran, membuat pembelajaran yang inklusif, menerapkan aturan yang demokratis dan kooperatif, serta membuat aktivitas kelompok dengan anggota heterogen.
Baca juga:
Kemendikdasmen Bantu Kemensos Bangun Sekolah Rakyat untuk Putus Mata Rantai Kemiskinan
2. Experiential learning
Kegiatan belajar dapat dirancang agar pembelajaran lebih bermakna berdasarkan kurikulum yang sesuai konteks ekonomi dan sosial siswa atau sekolah serta menggunakan strategi mengajar yang interaktif. Contohnya: membuat proyek sosial yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran.
3. Feedback konstruktif
Guru dapat memberikan ekspektasi yang tinggi tapi dapat dicapai oleh siswa serta memberikan feedback (umpan balik) formatif secara berkala.
4. Iklim kelas positif
Guru juga dapat memberikan aktivitas atau kegiatan yang mendorong siswa untuk mengenal diri sendiri dan temannya agar meningkatkan kemampuan empati.
Sartika juga menggarisbawahi sebenarnya student well-being ini juga sangat berkaitan erat pada teacher well-being atau kesejahteraan guru. Sartika memberikan sebuah pengandaian, bahwa saat guru mengajar itu seperti ketika kita berinteraksi kepada orang tua dan anak kita sendiri. Tentu untuk menyenangkan orang tua maupun anak, kita harus berada di kondisi yang positif agar bisa memberikan positif kepada mereka.
Sartika memberikan beberapa tips untuk meningkatkan teacher well-being juga dalam webinar ini loh! Ingin tahu seperti apa tips-tipsnya? Yuk, simak tayangan ulang webinar Guru Inovatif Class ke-129 dalam tautan berikut ini.
Tertarik dengan materi-materi yang serupa? Yuk, bergabung menjadi membership GuruInovatif.id untuk mendapatkan berbagai akses materi pengembangan kompetensi guru lainnya.

Klik untuk gabung membership GuruInovatif.id
Penulis: Eka | Penyunting: Putra