[Yogyakarta, 20 November 2025] GuruInovatif.id kembali menghadirkan workshop nasional yang membuka wawasan baru bagi pendidik dalam merancang pembelajaran abad ke-21. Pada sesi GIC 152 dengan tema “Inovasi Pembelajaran Mendalam melalui Design Thinking dan AI untuk Pendidikan Masa Depan” ini, Oktina Utami, M.Pd., mengajak para guru untuk melihat kembali esensi proses belajar dan bagaimana teknologi, kreativitas, serta nilai-nilai kemanusiaan dapat berjalan beriringan di kelas.
Pembelajaran yang bermakna tidak selalu lahir dari banyaknya materi yang disampaikan, tetapi dari cara guru menghadirkan pengalaman belajar yang memberi ruang bagi eksplorasi, refleksi, dan keberanian untuk mencoba. Melalui kombinasi pendekatan Pembelajaran Mendalam, Design Thinking, dan kecerdasan buatan (AI), sesi ini menuntun pendidik untuk membangun kelas yang responsif terhadap kebutuhan peserta didik sekaligus relevan dengan dinamika dunia modern.
Mengapa Pembelajaran Mendalam Dibutuhkan Saat Ini?
Membuka sesi ini, Oktina mengajak peserta memahami latar lahirnya Pembelajaran Mendalam dalam konteks pendidikan Indonesia masa kini. Tantangan seperti kesenjangan kualitas belajar, fokus yang masih berat pada pencapaian kognitif, hingga perubahan dunia kerja menjadi penanda bahwa pendidikan tidak lagi bisa bertumpu pada hafalan dan penyelesaian kurikulum semata. Guru perlu membangun proses belajar yang memberi ruang bagi peserta didik untuk memahami diri, lingkungan, dan makna di balik setiap aktivitas belajar.
Pembelajaran Mendalam dirancang untuk memadukan olah pikir, olah rasa, olah hati, dan olah raga secara seimbang. Proses belajar tidak lagi dilihat sebagai jalur satu arah dari guru ke peserta didik, tetapi sebagai perjalanan bersama yang menumbuhkan kesadaran, rasa ingin tahu, dan refleksi. Guru berperan membuka ruang dialog dan keterlibatan yang memampukan peserta didik memahami apa yang mereka pelajari dan mengapa itu penting.
Baca juga:
Gimkit: Inovasi Game-Based Learning untuk Menciptakan Evaluasi Pembelajaran yang Interaktif
Kerangka BBM yang berarti Berkesadaran, Bermakna, dan Menggembirakan menjadi pengingat bahwa pembelajaran seharusnya menghadirkan rasa aman, rasa terhubung, serta rasa terdorong untuk tumbuh. Ketika peserta didik mengalami proses belajar yang menyentuh ketiga aspek ini, pembelajaran menjadi jauh lebih efektif dan relevan dengan kehidupan nyata mereka. Inilah alasan mengapa Pembelajaran Mendalam menjadi kebutuhan mendesak di ruang-ruang kelas hari ini.
Design Thinking sebagai Jalan Masuk Pembelajaran Kreatif dan Reflektif
Untuk menerjemahkan konsep tersebut ke dalam praktik nyata, peserta diajak mendalami bagaimana Design Thinking dapat menjadi kerangka pembelajaran yang memantik kreativitas dan pemahaman mendalam. Pendekatan ini menggeser peran guru dari penyampai informasi menjadi perancang pengalaman belajar, sementara peserta didik menjadi aktor utama dalam proses pencarian solusi. Design Thinking tidak sekadar teknik, tetapi cara berpikir yang menempatkan empati dan refleksi di pusat pembelajaran.
Tahap pertama dimulai dari memahami kebutuhan peserta didik. Guru diajak mendengar, merasakan, dan mengamati apa yang benar-benar dihadapi peserta didik dalam proses belajar. Tahap berikutnya adalah merumuskan masalah secara fokus sehingga pembelajaran memiliki arah yang jelas. Ketika peserta didik terlibat dalam proses ini, mereka belajar mengenali persoalan, mengambil perspektif orang lain, dan membangun sensitivitas sosial.

Bagian ideasi membuka ruang bagi peserta didik untuk berpikir kreatif tanpa takut salah. Guru memberi kesempatan untuk menghasilkan berbagai kemungkinan solusi, sekaligus membimbing peserta didik membedakan ide yang dapat dipraktikkan dan yang perlu direvisi. Proses ini kembali dikuatkan melalui pembuatan prototipe yang mendorong peserta didik untuk melakukan uji coba dan memperbaiki gagasan mereka. Kegiatan belajar menjadi lebih hidup karena peserta didik terlibat langsung melalui aktivitas eksploratif, mencoba, gagal, memperbaiki, dan menemukan.
Design Thinking akhirnya menjadi jalan bagi guru untuk menghidupkan pembelajaran yang lebih bermakna. Peserta didik belajar memahami sebelum menjawab, mencoba sebelum menyimpulkan, dan merefleksi sebelum memperbaiki. Ketika ini terjadi, pembelajaran berubah menjadi proses yang menumbuhkan kepekaan, tanggung jawab, dan kreativitas.
Mengoptimalkan AI untuk Memperkuat Pembelajaran Mendalam
Melengkapi pendekatan humanis tersebut, Oktina mengajak peserta melihat bagaimana kecerdasan buatan dapat menjadi alat bantu yang mempercepat proses perencanaan tanpa menghilangkan nilai pedagogis. AI digunakan sebagai mitra yang membantu guru menghemat waktu pada tahap teknis sehingga energi dapat lebih difokuskan pada interaksi dan pendampingan peserta didik.
Melalui contoh langsung, peserta diperlihatkan bagaimana AI dapat digunakan untuk memahami kebutuhan belajar peserta didik, merumuskan fokus permasalahan, hingga menghasilkan ide aktivitas yang relevan dan bermakna. AI juga membantu menyusun media pembelajaran seperti Lembar Kerja Peserta Didik, skenario aktivitas kelas, maupun contoh pertanyaan refleksi yang selaras dengan tujuan pembelajaran mendalam.
Pemanfaatan AI bukan untuk menggantikan peran guru, melainkan untuk memperkuat praktik mengajar agar lebih efisien dan terarah. Guru tetap menjadi pengambil keputusan utama yang menentukan konteks, pendekatan, dan interaksi selama proses belajar berlangsung. Dengan memadukan Design Thinking dan AI, guru dapat merancang pengalaman belajar yang lebih kreatif, personal, dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Baca juga:
Belajar Jadi Lebih Seru dengan Blooket yang Menghidupkan Kelas
Ketika teknologi digunakan secara bijak, pembelajaran menjadi lebih terstruktur tanpa kehilangan sisi manusiawinya. AI membuka banyak kemungkinan, tetapi nilai, empati, dan intuisi guru tetap menjadi inti dari proses pendidikan yang bermakna.
Menutup Ruang Belajar dengan Harapan Baru
Pembelajaran mendalam melalui Design Thinking dan pemanfaatan AI bukan hanya konsep teknis, tetapi perubahan cara pandang terhadap bagaimana peserta didik memahami dunia di sekitar mereka. Ketika guru memberi ruang bagi eksplorasi, empati, dan kesempatan belajar dari kesalahan, peserta didik belajar melihat masalah sebagai kesempatan untuk menemukan makna. Proses ini menjadikan pembelajaran lebih personal, relevan, dan penuh pemberdayaan.
Pendekatan yang dibagikan dalam webinar ini juga menunjukkan bahwa inovasi pembelajaran tidak harus selalu dimulai dari teknologi canggih. Yang terpenting adalah bagaimana guru merangkai pengalaman belajar yang memungkinkan peserta didik berpikir kritis, berkolaborasi, dan menunjukkan pemahaman melalui cara yang autentik. Dengan menggabungkan Design Thinking dan AI, guru dapat membangun ekosistem kelas yang lebih responsif dan adaptif terhadap kebutuhan belajar setiap individu.
Simak kembali sesi lengkap workshop ini dan pelajari lebih jauh praktik-praktik penerapan pembelajaran mendalam yang bisa Anda terapkan di sekolah melalui rekaman resmi acara yang tersedia di laman ini.
Bergabunglah dalam membership GuruInovatif.id dan temukan ratusan pelatihan, sertifikat resmi, serta mentoring yang membantu guru mengembangkan pembelajaran cerdas digital yang tetap berakar pada nilai, karakter, dan kemanusiaan.

Klik untuk bergabung membership GuruInovatif.id!
Penulis: Ridwan | Penyunting: Putra