Pendidikan adalah fondasi utama pembangunan bangsa. Melalui pendidikan, sebuah negara dapat mencetak generasi yang cerdas, produktif, dan siap menghadapi tantangan global. Namun, tidak semua sekolah dan guru di Indonesia memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses kualitas pendidikan terbaik. Di sinilah Corporate Social Responsibility (CSR) berperan penting.
Program CSR pendidikan tidak hanya soal memberikan bantuan berupa sarana atau dana, tetapi juga menghadirkan program-program yang mendorong peningkatan kapasitas guru, siswa, dan ekosistem pendidikan secara menyeluruh. Menurut laporan World Economic Forum (2020), keterlibatan sektor swasta dalam pendidikan mampu mempercepat peningkatan kompetensi generasi muda, terutama di era digital.
Di Indonesia, banyak perusahaan besar yang mulai melihat program CSR pendidikan sebagai investasi jangka panjang. Mereka sadar bahwa dengan mendukung kualitas pendidikan, secara tidak langsung perusahaan juga ikut membangun sumber daya manusia yang kelak akan menjadi tenaga kerja unggul.
Inilah mengapa bentuk program seperti IHT (In-House Training) dan workshop sering menjadi pilihan utama. Lalu, di antara IHT dan workshop, mana yang sebenarnya lebih efektif untuk CSR pendidikan?
IHT (In-House Training): Mendalam dan Kontekstual
IHT atau In-House Training adalah bentuk pelatihan internal yang biasanya diadakan di sekolah atau lembaga pendidikan tertentu. Kelebihan utama metode ini terletak pada kemampuannya menyesuaikan materi dengan kebutuhan peserta, sehingga lebih relevan dan fokus.
Keunggulan IHT terlihat jelas ketika materi pelatihan disusun berdasarkan tantangan nyata yang dihadapi guru di sekolah. Misalnya, jika sebuah sekolah masih kesulitan dalam penerapan literasi digital, maka materi bisa diarahkan pada pemanfaatan teknologi dalam proses belajar mengajar. Hal ini membuat pelatihan terasa lebih dekat dengan kebutuhan sehari-hari.
Selain itu, jumlah peserta yang terbatas memungkinkan proses belajar berlangsung lebih intensif. Pelatih dapat memberikan perhatian personal, mendengar kendala langsung dari guru, dan membantu mencari solusi yang paling tepat. Dampaknya, hasil pelatihan lebih mudah diimplementasikan karena sesuai dengan konteks yang dihadapi.
Baca juga:
Peran CSR dalam Meningkatkan Kualitas Guru dan Pendidikan di Indonesia: Kolaborasi dan Dampaknya
Namun, IHT juga memiliki keterbatasan. Karena sifatnya yang eksklusif dan mendalam, pelatihan ini biasanya hanya menjangkau kelompok kecil, misalnya satu sekolah atau komunitas tertentu. Dampaknya, penyebaran manfaatnya tidak langsung terasa luas.
Selain itu, keberhasilan IHT sangat bergantung pada tindak lanjut dari sekolah. Jika sekolah kurang konsisten menerapkan hasil pelatihan, maka pengetahuan yang diperoleh peserta bisa cepat terhenti tanpa memberi dampak berkelanjutan.
Di sinilah peran CSR menjadi sangat penting. Dengan dukungan perusahaan, IHT dapat diperluas jangkauannya, didampingi dengan program lanjutan, serta dipantau keberlanjutannya.
Hal ini bukan hanya memastikan hasil pelatihan lebih optimal, tetapi juga menunjukkan komitmen perusahaan dalam membangun pendidikan yang berkelanjutan dan berdampak nyata bagi guru, siswa, serta masa depan generasi bangsa.
Workshop: Skala Luas dan Kolaboratif
Berbeda dengan IHT, workshop lebih bersifat terbuka dan melibatkan banyak peserta dari berbagai sekolah atau daerah. Suasana workshop biasanya hidup dan interaktif, karena peserta datang dengan beragam latar belakang, pengalaman, serta kebutuhan. Hal ini membuat workshop bukan hanya menjadi ajang belajar, tetapi juga wadah pertukaran gagasan dan kolaborasi CSR sekolah.
Salah satu kelebihan workshop adalah skalanya yang luas. Dengan menghadirkan ratusan guru sekaligus, pengetahuan baru dapat tersebar lebih cepat ke banyak sekolah~~.~~
Selain itu, workshop sering kali menjadi forum yang efektif untuk membangun jejaring antarpendidik. Guru dari daerah berbeda bisa saling bertukar pengalaman, mendiskusikan tantangan yang dihadapi, sekaligus menemukan inspirasi dari praktik baik yang dilakukan di tempat lain.
Pelaksanaan IHT yang dilakukan GuruInovatif.id (Dokumentasi Tim GuruInovatif.id)Tidak heran jika banyak perusahaan memilih workshop untuk memperkenalkan topik besar seperti literasi digital, Kurikulum Merdeka, atau penguatan pendidikan karakter.
Meski begitu, workshop juga memiliki kekurangan. Karena pesertanya banyak, materi biasanya disampaikan secara umum dan kurang mendalam. Waktu pelaksanaan yang hanya berlangsung satu hingga dua hari juga membuat peserta tidak punya cukup ruang untuk benar-benar mendalami topik.
Tantangan terbesar lainnya adalah tindak lanjut. Tanpa program lanjutan, ada risiko ilmu yang diperoleh berhenti pada tataran pengetahuan, tanpa sempat diimplementasikan di sekolah masing-masing.
Namun, justru di sinilah peluang besar bagi program CSR untuk berperan. Dengan dukungan perusahaan, workshop dapat diperkaya melalui penyediaan modul lanjutan, sesi mentoring, atau monitoring implementasi di sekolah.
Dengan cara ini, perusahaan tidak hanya memfasilitasi pelatihan skala luas, tetapi juga memastikan transfer ilmu benar-benar bertransformasi menjadi praktik nyata di ruang kelas. Hal ini akan menjadi bukti nyata bahwa program CSR perusahaan tidak berhenti pada acara seremonial, melainkan hadir sebagai investasi jangka panjang bagi dunia pendidikan.
Baca juga:
Peran Penting CSR Pendidikan dalam Membangun Generasi Berkualitas di Indonesia
Mana yang Harus Dipilih Perusahaan?
Ketika merancang implementasi program CSR pendidikan, perusahaan sering dihadapkan pada dilema antara memilih IHT yang mendalam atau workshop yang mampu menjangkau lebih banyak peserta. Jawabannya bergantung pada tujuan yang ingin dicapai.
Jika perusahaan menargetkan perubahan jangka panjang yang terukur, IHT bisa menjadi pilihan tepat karena sifatnya yang personal dan kontekstual. Sementara itu, workshop lebih cocok untuk perusahaan yang ingin menyebarkan pengetahuan secara cepat sekaligus membangun jejaring luas antarpendidik.
Tidak sedikit perusahaan yang akhirnya menggabungkan keduanya. Mereka memulai dengan workshop untuk memberikan gambaran umum kepada banyak peserta, lalu melanjutkan dengan IHT di sekolah-sekolah tertentu agar materi bisa diterapkan secara lebih mendalam.
Pendekatan kombinasi ini membuat kemitraan CSR pendidikan menjadi lebih seimbang dan menjangkau luas sekaligus berdampak mendalam.
Masih ragu apakah perusahaan Anda sebaiknya memilih IHT atau workshop sebagai bentuk CSR untuk sekolah? Jangan khawatir, setiap perusahaan tentunya punya kebutuhan dan tujuan yang berbeda.
GuruInovatif.id hadir sebagai mitra strategis yang membantu perusahaan merancang program CSR pendidikan yang efektif, berdampak, dan berkelanjutan. Dengan pengalaman menyelenggarakan pelatihan guru dan CSR untuk guru melalui berbagai program kolaborasi, kami memahami bahwa setiap CSR harus dirancang sesuai dengan kebutuhan penerima manfaat.
Konsultasikan program CSR pendidikan Anda bersama GuruInovatif.id dengan cara menghubungi 0812-6889-8282 (Admin) dan mari bersama-sama berkontribusi menghadirkan pendidikan yang lebih berkualitas untuk generasi masa depan.

Konsultasikan kebutuhan program CSR disini
Referensi:
Effectiveness of in-house training to improve teachers' ability to ask questions
How can we prepare students for the Fourth Industrial Revolution? 5 lessons from innovative schools around the world
In House Training Sebagai Upaya Peningkatan Kinerja Guru
Pelaksanaan In House Training Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Dalam Menyusun RPP di Sekolah Menengah Pertama
Schools of the Future: Defining New Models of Education for the Fourth Industrial Revolution
Penulis: Faqih | Penyunting: Cahya