Apakah yang masih tersisa dari riang guru manakala beban yang dimiliki berjenjang naik? Tidak ada. Tidak ada lagi riang yang tersisa. Guru semakin memiliki beban yang berat. Beratnya beban yang dipikul, membuat tingkat stres guru menjadi tinggi. Menurut portal berita online CNN pada Sabtu, 25 November 2023 menyebutkan bahwa tingginya stres guru lebih tinggi dari pada profesi lain. Bagaimana jika tingkat stres terus melonjak tinggi? Akankah berimbas pada kesehatan mental guru? Sejatinya kesehatan mental merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari, diperlukan mental yang stabil. Jika kesehatan mental seseorang terganggu, lantaran hidupnya pun akan berantakan. Sebagaimana guru, kesehatan mentalnya harus tetap stabil untuk dapat mengajar dan mendidik siswa-siswinya di sekolah.
Sebenarnya guru sudah mendapat banyak perhatian dari berbagai pihak, tidak terkecuali oleh pemerintah. Berbagai macam rancangan program dilakukan demi terciptanya kemakmuran guru. Pergantian kurikulum, berbagai seminar pendidikan, bantuan fasilitas pendidikan, flatfrom media pembelajaran, semua program tersebut sangat membantu meningkatkan kinerja dan keprofesionalan guru. Namun, apakah benar dengan semua itu guru bisa menjadi lebih bersinar dan riang? Ya atau tidak. Tanggung jawab guru serasa berjenjang tinggi. Tekanan semakin berat dan meruak ke mana-mana.
Lambat Laun Sirna
Kurikulum di Indonesia silih berganti seiring dengan pergantian pemimpin baru. Dalam sejarahnya kurikulum merupakan suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis start sampai finish (Imas Kurinasi, 2014 : 3). Sejalan dengan pengertian tersebut, kurikulum kemudian mendapat tempat pada dunia pendidikan, kurikulum diartikan sebagai rencana dan pengaturan tentang sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh selama masa Pendidikan. Masih teringat jelas, semasa kuliah, telaah kurikulum dieksplorasi sebagai upaya belajar sebelum terjun sebagai tenaga pendidik. Akan tetapi, ketika telah menginjak pada lapangan pendidikan, kurikulum yang berlaku berbeda dengan kurikulum yang sudah dipelajari. Tidak apa, guru memang harus mau terus tumbuh dan belajar hal baru. Namun, jika guru telah mampu belajar dan memaknai kurikulum yang terbaru, tidak ada jaminan kurikulum akan tetap sama untuk seterusnya. Hingga pada saat guru sudah merasa nyaman dan paham, ibarat ditinggal ketika sedang sayang-sayangnya, lalu kurikulum berubah.
Beban bertambah berat, lagi. Kurikulum yang berubah memang tidak ada yang salah, sejatinya kurikulum baru ada, sebagai penyempurna kurikulum yang lama. Sejalan dengan itu pula, teknologi informasi mulai meresap pada dunia pendidikan. Berbagai media pembelajaran, aplikasi belajar yang modern sudah disiapkan dan harus dipelajari oleh guru. Guru dituntut harus mampu menjadi guru yang inovatif, kreatif sesuai perkembangan zaman. Banyak sekali hal yang harus dipelajari dan dipahami guru.
Belum lagi tugas utama guru juga harus terlaksana dengan baik. Administrasi guru yang harus dikerjakan, perangkat pembelajaran yang harus disiapkan, semua berjalan selalu beriringan. Tuntutan zaman memang tidak ada habisnya. Rasanya mengajar sangat dilematis. Guru harus mampu berhadapan dengan siswa generasi saat ini yang jauh berbeda dengan siswa terdahulu. Tentu perilakunya memang sangat berbeda. Entah dari mana perbedaan itu berasal. Terkadang guru seperti serba salah menghadapi siswa saat ini, batas antara guru dan siswa rasanya semakin kabur. Akankah guru digugu lan ditiru itu masih berlaku? Siswa saja sulit mendengar nasihat guru, bahkan terkadang perilaku mereka dapat menggores hati. Belum lagi tuntutan dari wali siswa yang sangat beragam. Nafas semakin tercekat. Riang pun lambat laun sirna. Bisa dibayangkan betapa bimbangnya guru. Bukankah pengorbanan guru begitu besar, namun ternyata seperti tidak nampak.
Segenggam Harapan
Apa yang bisa guru harapkan dari beban yang sebesar ini? Riang yang sehangat mentari dipatahkan dengan beban yang berat. Biarkan lah guru sedikit bernafas lega. Para penggawa pendidikan harus melindungi dan memberi dukungan penuh kepada guru. Jangan biarkan guru merasakan kesehatan mental yang buruk akibat dari stress yang berlebih. Kurangi sedikit beban yang melimpah ini. Beri guru apresiasi dan sejahterakanlah guru sebanding dengan perjuangannya. Kalau kesejahteraan itu mampu digenggam, percayalah beban yang guru tanggung akan semakin ringan.
Penyunting: Putra