Penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) terakhir kali dilaksanakan di tahun 2020 yang lalu. Sebagai pengganti UN, Kemdikbud menggantinya dengan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Survei Karakter sebagai salah satu program dari Merdeka Belajar. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim menjelaskan bahwa penggantian UN dengan AKM dan Survei Karakter dilakukan karena materi UN yang terlalu padat dan lebih cenderung menilai dan menguji penguasaan konten. UN juga menjadi sebatas alat tolok ukur aspek kognitif dari keseluruhan hasil belajar dan belum menyentuh sampai kepada karakter murid secara menyeluruh.
Padahal selain nilai kompetensi, karakter menjadi hal yang tak kalah penting yang harus dimiliki oleh tiap-tiap murid.
Apa itu survei karakter? Apa saja yang dinilai dalam survei karakter? Simak pembahasan mengenai survei karakter di artikel ini hingga akhir.
Karakter adalah Karakteristik Unik yang Melekat pada Tiap Individu Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Karakter juga sering dianggap sebagai karakteristik unik yang melekat pada masing-masing individu. Karakter inilah yang nantinya akan memunculkan perilaku tertentu.
Karakter sering juga dikaitkan dengan karakteristik psikologis yang menuntun moral perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga tidak heran jika perwujudan karakter baik seseorang dihubungkan dengan perilaku baik yang ditampilkan ketika berinteraksi dengan orang lain atau masyarakat seperti toleransi, kebaikan, dan kedermawanan.
Baca juga:Konsep dan Tujuan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)
Apa itu Survei Karakter? Survei Karakter merupakan salah satu bagian dari Asesmen Nasional (AN). Asesmen Nasional diharapkan dapat merekam sikap, nilai, keyakinan, serta perilaku murid yang dapat memprediksi tindakan dan kinerja di berbagai konteks yang relevan. Karena tujuan Asesmen Nasional tidak hanya untuk merekam hasil kognitif murid, namun juga dari hasil belajar secara sosial emosional.
Survei Karakter menjadi upaya untuk mengetahui kondisi karakter murid-murid di sekolah terkait dengan apakah asas Pancasila sudah benar-benar dirasakan saat berinteraksi di sekolah. Hasil yang diperoleh dari survei ini, nantinya dapat digunakan sebagai umpan balik untuk mengembangkan karakter secara holistik.
Sebagai salah satu bagian dari program Merdeka Belajar, Survei Karakter juga memuat beberapa hal yang bisa digali dan menilai karakter yang ada di dalam diri murid seperti gotong royong, kebhinekaan, dan ada tidaknya potensi melakukan tindakan perundungan (bullying ) baik di lingkungan sekolah dan di kehidupan sehari-hari. Karena program Merdeka Belajar menekankan pada aspek pengembangan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia.
Survei Karakter bisa menggali dan menilai karakter yang ada di dalam jati diri murid (Gambar: Canva/Molas Images) Dalam penelitian yang berjudul âMerdeka Belajar dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara dan Relevansinya bagi Pengembangan Pendidikan Karakterâ, Ki Hadjar Dewantara memandang bahwa pendidikan menjadi pendorong perkembangan murid agar dapat memberikan kebermanfaatan serta perubahan bagi dirinya maupun lingkungan di sekitarnya. Harapannya penerapan Merdeka Belajar mampu membentuk karakter murid yang dapat memberikan kebermanfaatan yang lebih terhadap lingkungannya, karena dalam Merdeka Belajar juga memuat aspek pembentukan karakter.
Manfaat Survei Karakter dalam Merdeka Belajar Menurut Peraturan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbud No. 030/H/PG.00/2021 mengenai Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan Asesmen Nasional Tahun 2021, Survei Karakter akan mengukur sikap, kebiasaan, nilai-nilai (values ) berdasarkan aspek Profil Pelajar Pancasila. Terdapat enam karakter utama yang ada di dalam Profil Pelajar Pancasila, yaitu:
Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia; Gotong royong; Kreativitas; Nalar kritis; Kebhinekaan global; dan Kemandirian Baca juga:Profil Pelajar Pancasila, Definisi, Elemen, dan Fungsinya dalam Pembentukan Karakter Anak Bangsa
Tak dapat dipungkiri, seorang individu menyerap dan memiliki banyak karakter dan variasi karakter yang mungkin melekat di dalam dirinya. Dalam suatu kajian yang membahas mengenai keterampilan yang dibutuhkan pada abad ke-21, menekankan pentingnya penguasaan keterampilan baru dan keterampilan tradisional demi mempersiapkan individu yang dapat berperan efektif sebagai murid, pekerja, dan warga negara.
Dengan mempertimbangkan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat bersaing secara global di abad ke-21 ini, pengembangan Survei Karakter harus tetap selaras pada Profil Pelajar Pancasila yang telah dikembangkan berdasarkan jati diri bangsa Indonesia.
Menurut Nadiem Anwar Makarim, ada 5 manfaat dari pelaksanaan Survei Karakter, antara lain:
Dapat mengetahui ekosistem (hubungan timbal balik) di sebuah sekolah sebagai tempat belajar para muridnya Dapat mengetahui sejauh mana implementasi asas-asas Pancasila dirasakan dan diamalkan oleh warga sekolah Dapat mengetahui apakah level toleransi sudah berjalan dengan baik (sehat) di suatu sekolah Dapat mengetahui welfare (kebahagiaan anak di sekolah sudah berjalan baik dan mapan) Dapat mengetahui masih adakah bullying yang terjadi pada murid di sekolah Hasil yang diperoleh dari Survei Karakter akan menjadi laporan tingkat satuan pendidikan dan tidak ada laporan untuk individu murid. Mari bersama menyukseskan Survei Karakter dalam Asesmen Nasional agar pendidikan Indonesia berhasil menyiapkan murid yang cakap, berkompeten, serta memiliki karakter yang baik.
Referensi: Analisis Kebijakan Survei Karakter sebagai Salah Satu Program Merdeka Belajar Dalam Asesmen Nasional, Ini 5 Manfaat Survei Karakter Lima Manfaat Survei Karakter dalam Asesmen Nasional Survei Karakter
Jangan biarkan kesempatan berharga terlewatkan! Tingkatkan pengetahuan dan keterampilan Anda dengan mengikuti kursus online kami dan dapatkan sertifikat resmi sebagai bukti keberhasilan Anda. Coba kursus onlinenya sekarang!
Penulis: Eka | Penyunting: Putra