Pendidikan atau edukasi adalah usaha dasar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak, ilmu hidup, pengetahuan umum serta keterampilan yang diperlukan dirinya untuk masyarakat yang berlandaskan undang-undang. Namun, usaha-usaha untuk mewujudkan suasana belajar yang terencana bukan hal yang mudah, karena kenyataan seperti yang kita ketahui bersama bahwa dunia pendidikan di Indonesia dari sepuluh hingga lima belas tahun terakhir sampai pada saat ini sedang diperhadapkan dengan berbagai masalah.
Dilansir dari sebuah artikel yang dimuat di KOMPAS bahwa Forum Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan (Fortadik) menggelar rapat kerja di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Jakarta, pada Jumat (19/01/2024). Adapun tema yang diusung dalam raker tersebut adalah "Membangun Sinergitas Jelang Transisi Pemerintahan". Raker Fortadik 2024 juga dihadiri para humas mitra, seperti Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbudristek, kemudian Direktorat Jenderal (Ditjen) Kemdikbud Ristek, diantaranya Ditjen Pendidikan Vokasi, Ditjen Dikti, Ditjen GTK, Ditjen Paud Dikdasmen, Ditjen Kebudayaan, dan Badan Bahasa. Ketua Fortadik Syarief Oebaidillah mengatakan, tujuan Raker Fortadik 2024 adalah mempererat silaturahmi dan kolaborasi dengan para mitra terkait."Selain itu, raker juga ditujukan untuk merancang program Fortadik ke depannya," kata dia. Selanjutnya, Fortadik juga mengulas sejumlah catatan kritis atas capaian bidang pendidikan dan kebudayaan di dalam raker.
Selain itu, jika kita mengingat kembali pada tahun 2020 masalah dalam dunia pendidikan malah semakin diperparah dengan adanya COVID 19 yang melumpuhkan segala aktivitas. Melansir MB Gerakan Dairi Merdeka Belajar, Hasil Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa 70% siswa berusia 15 tahun berada di bawah kompetensi minimum dalam memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar.
Skor PISA ini tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam sepuluh hingga lima belas tahun terakhir, studi tersebut juga memperlihatkan adanya kesenjangan besar antar wilayah dan antar kelompok sosial-ekonomi dalam hal kualitas belajar. Hal ini diperparah dengan adanya pandemi COVID-19. Maka, untuk mengatasi hal tersebut, Kemendikbudristek melakukan penyederhanaan kurikulum dalam kondisi khusus (kurikulum darurat) untuk memitigasi ketertinggalan pembelajaran (learning loss ) pada masa pademi. Hasilnya, dari 31,5% sekolah yang menggunakan kurikulum darurat menunjukkan, penggunaan kurikulum darurat dapat mengurangi dampak pandemi sebesar 73% (literasi) dan 86% (numerasi).
Gambar: https://merdekabelajar.dairikab.go.id Dari informasi di atas, sangat jelas bahwa dengan menggunakan kurikulum darurat atau yang dikenal dengan kurikulum merdeka dapat mengurangi dampak dari COVID 19 dalam bidang pendidikan. Melansir GuruInovatif.id, kurikulum merdeka adalah metode pembelajaran yang mendorong bakat dan minat yang dimiliki oleh murid. Kurikulum yang diresmikan oleh kemendikbudristek pada bulan Februari 2022, ini merupakan kurikulum pembelajaran intrakurikuler yang beragam. Dalam kurikukulum ini pula, guru memiliki keleluasan untuk memilih berbagai perangkat ajar agar pembelajaran dapat menyesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat murid.
Selain untuk menguatkan profil pelajar pancasila, kurikulum merdeka memiliki beberapa tujuan, yaitu menciptakan pendidikan yang menyenangkan, mengejar ketertinggalan pembelajaran, dan mengembangkan potensi murid. Kurikulum merdeka memiliki banyak keunggulan antara lain; sederhana tapi lebih fokus, lebih merdeka, dan lebih interaktif. Maka, dengan demikian dapat dikatakan bahwa kurikulum merdeka merupakan salah satu kunci pemenuhan kebutuhan-kebutuhan belajar siswa. Kurikulum merdeka juga merupakan bagian dari upaya pemulihan pembelajaran, kurikulum merdeka yang sebelumnya disebut sebagai kurikulum prototipe dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter serta kompetensi peserta didik. Namun, apakah dengan hanya mengimplementasikan kurikulum merdeka, maka masalah dalam dunia pendidikan dapat teratasi.
Berangkat dari raker yang diselenggarakan Fortadik memberikan beberapa catatan kritis tentang isu-isu di dunia pendidikan saat ini, seperti kemampuan literasi siswa berdasarkan rapor pendidikan 2023 berada dalam kategori sedang dan pengembangan keterampilan guru. Dari isu tersebut, dapat disimpulkan bahwa dunia pendidikan membutuhkan berbagai inovasi dan sinergi untuk mengatasi hal tersebut. Andaikan masalah tersebut belum diatasi, maka kebutuhan siswa akan belajar pun belum dapat terpenuhi dengan baik.
Jika dicermati isu atau masalah yang disampaikan oleh Fortadik, sebenarnya tidak terlepas dari adanya peran penting satuan pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Karena seperti yang kita ketahui bahwa pembelajaran merupakan proses kegiatan yang melibatkan guru, siswa, metode, lingkungan, media, serta sarana, dan prasarana yang semuanya saling berkaitan satu sama lain untuk mencapai sebuah tujuan. Tujuannya adalah pembelajaran yang telah disusun dalam rencana pembelajaran sebelumnya, namun kenyataan seperti yang kita ketahui bahwa proses pembelajaran sering kali berjalan tidak sesuai yang diharapkan, karena begitu banyaknya kebutuhan belajar siswa yang harus dipenuhi. Oleh sebab itu, guru diharuskan mampu menyusun model pembelajaran yang benar-benar disesuaikan dengan kondisi atau kebutuhan di kelas. Lantas, apa saja yang termasuk dalam kebutuhan belajar siswa.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut antara lain; kesiapan belajar , minat, bakat, dan profil belajar, dengan ke empat kebutuhan belajar tersebut. Maka, bukan saja membutuhkan peran seorang guru, melainkan adanya peran dari para stekholder sekolah untuk dapat membantu tercapainya pemenuhan kebutuhan belajar siswa, maka diperlukan berbagai macam inovasi dan sinergi yang harus dilakukan oleh setiap warga sekolah. Kemudian, bagaimana cara warga sekolah dapat memenuhinya? Kebutuhan-kebutuhan belajar dapat dipenuhi oleh warga sekolah terkhususnya guru dan kepala sekolah dengan menggunakan berbagai cara dalam bentuk penggunaan metode atau model-model pembelajaran, penggunaan berbagai aplikasi pendukung pembelajaran, sampai pada peran perpustakaan, serta adanya dukungan dari komunitas-komunitas pembelajaran di sekolah, guru secara pribadi dengan sadar perlu melakukan pengembangan diri melalui berbagai pelatihan.
Oleh sebab itu, dari berbagai usaha yang dilakukan perlu adanya satu bentuk pembelajaran yang dapat mengintegrasikan seluruh kebutuhan peserta didik, satu cara yang dapat mengintegrasikan seluruh kebutuhan siswa, yaitu melalui pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang dikembangkan untuk merespon kebutuhan murid dalam belajar yang bisa berbeda-beda, meliputi kesiapan belajar, minat, potensi, atau gaya belajarnya. Maka, dengan mengimplementasikan kurikulum merdeka dan mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi, alhasil seluruh kebutuhan belajar siswa dapat terpenuhi.
Penyunting: Putra