Menurut data yang dimuat laman Our Better World dari data Kementerian Kesehatan 2013, sekitar 9 juta penduduk Indonesia mengalami depresi. Ada pun sebagai akibatnya ditemukan 3,4 kasus bunuh diri per 100.000 orang di Indonesia. (https://tirto.id/gQRT)
Menjadi guru yang selalu dekat dengan anak-anak, bukan berarti dipastikan bisa terhindar dari gangguan mental. Permasalahan pekerjaan atau bahkan kehidupan, tidak pernah bisa terprediksi. Penting sekali bagi seorang guru menjaga kesehatan mentalnya.
Peran guru sebagai pendidik, bukan hanya mengajar tetapi juga menjadi model bagi para siswa. Guru yang memiliki kesehatan mental yang baik cenderung akan lebih efektif dalam mengajar, menyampaikan pembelajaran dengan baik, berkomunikasi efektif kepada siswa, sehingga lingkungan belajar terasa lebih positif. (https://stekom.ac.id/berita/inspiring-professional-kesehatan-mental-guru-seberapa-penting)
Hidup seimbang dapat menjadi solusi bagi guru untuk menjaga kesehatan mental. Dikutip dari buku Merawat Luka Batin karya dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ., terdapat beberapa kategori agar seseorang dapat hidup bersama keseimbangan.
1. Kesehatan fisik
“Nggapapa gemuk, yang penting sehat?” Rasanya pernyataan ini semacam validasi bagi orang-orang yang memiliki tubuh berisi. Padahal jika ditelusuri lebih dalam, apakah benar seseorang yang memiliki massa badan berlebih benar-benar tidak memiliki masalah terkait kesehatannya? Hal ini bukanlah semacam tuduhan bagi orang-orang yang gemuk, tetapi mari sama-sama lebih memperhatikan kesehatan fisik masing-masing dan menyadari hal-hal apa saja yang menjadi PR terkait kesehatan kita. Fisik yang sehat merupakan salah satu cerminan jiwa yang kuat.
2. Keluarga
Salah satu fungsi keluarga adalah sebagai tempat perlindungan. Kita tidak dapat berlindung apabila setiap masalah tidak dikomunikasikan dengan baik. Memberikan waktu khusus serta saling berbagi cerita merupakan cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan keluarga yang sehat mental
3. Kehidupan sosial
Hidup seseorang bukan hanya tentang pekerjaan. Carilah lingkungan lain yang bisa mendukung kita menjadi seseorang yang lebih baik, bisa melalui komunitas atau organisasi yang memiliki kesamaan-kesamaan nilai pada diri. Menemukan orang-orang yang bisa dipercaya serta kitapun dapat menjaga kepercaayaannya.
4. Pekerjaan
Hal ini bisa dikaitkan dengan makna dari pekerjaan yang kita kerjakan. Ketika seseorang menemukan makna dari pekerjaan yang dijalani, maka ia akan bertahan pada pekerjaan tersebut bahkan di saat-saat badai kehidupan sedang menerpa. Menjadi guru artinya mengusahakan seseorang menjadi lebih baik setiap harinya. Saat siswa menjadi seseorang yang lebih baik, ia bisa bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, bahkan negara. Dapat dikatakan bahwa menjadi guru artinya kita menyelamatkan dunia dari kebodohan, kemiskinan, dan ketidakberadaban.
5. Kerohanian
Kualitas hubungan dengan Pencipta Alam Semesta juga amat mempengaruhi kesehatan mental. Semakin dekat seseorang dengan Tuhannya, semakin banyak ketenangan yang ia dapat. Segala hal yang terjadi pada hidupnya, akan direfleksikan sebagai rasa sayang yang Tuhan berikan padanya. Mungkin ia merasa sedih, kecewa, kesal, tetapi ia akan mencoba melihat segala sesuatu melalui hikmah yang ia dapatkan setelah melewati peristiwa tersebut.
6. Kreativitas dan waktu luang
Menjalankan hobi, minat, serta mengembangkan bakat membuat kita menjadi lebih hidup. Rasa senang yang hadir, akan menetralisir rasa kesal, kecewa, atau marah yang pernah dirasa di hari-hari sebelumnya. Jika hobi mulai terasa membosankan, maka waktunya mengeksplorasi hobi baru.
Mungkin kita tidak bisa menyeimbangkan kelima hal tersebut sepenuhnya. Karena pasti ada beberapa peristiwa dalam hidup yang membuat hal-hal tersebut tidak dijalankan secara maksimal. Tetapi, menyadari dan melakukannya kembali adalah hal yang bisa terus diusahakan karena kehidupan seimbang tetap perlu diperjuangkan.
Penyunting: Putra