Dalam dunia pendidikan, pembelajaran menjadi proses penting untuk mentransfer ilmu dari guru ke murid. Proses ini juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendidik dan mengembangkan moral murid.
Tetapi dalam pelaksanaannya, guru juga perlu mendata atau mencari informasi untuk mengetahui apakah perkembangan kinerja murid sudah sesuai dengan tujuan dari pembelajaran tersebut. Proses pencarian informasi ini lebih sering disebut sebagai asesmen atau penilaian. Salah satu asesmen yang dapat dilakukan guru adalah asesmen diagnostik yang dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan murid sebelum proses pembelajaran dilaksanakan. Kali ini kami akan membahas lebih dalam mengenai asesmen diagnostik. Jadi, simak artikel ini hingga akhir ya Bapak dan Ibu guru!
Apa itu Asesmen Diagnostik? Penilaian atau asesmen diagnostik adalah penilaian yang dilakukan secara khusus untuk mengidentifikasi keterampilan, kekuatan, dan kelemahan murid sebelum dimulainya kegiatan belajar mengajar. Selain itu, asesmen diagnostik juga dapat mengidentifikasi karakter tingkah laku murid yang akan diajar. Hasil asesmen ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk memberikan tindak lanjut berupa intervensi yang tepat serta sesuai dengan kelemahan murid.
Sehingga tujuan secara umum diadakannya asesmen diagnostik ini adalah untuk mendiagnosis kemampuan dasar murid dan mengetahui kondisi awal murid.
Jenis-jenis Asesmen Diagnostik Beserta Contoh Penerapannya Asesmen diagnostik ini terbagi menjadi dua bagian, yakni asesmen diagnostik non-kognitif dan asesmen diagnosis kognitif.
Asesmen diagnostik non-kognitif Asesmen ini dilakukan untuk menggali beberapa kondisi pada murid seperti:
Kesejahteraan psikologis dan sosial emosi murid; Aktivitas murid selama belajar di rumah; Kondisi keluarga dan pergaulan murid; Gaya belajar, karakter, serta minat murid. Sehingga asesmen ini lebih mengarah untuk mengetahui kondisi personal murid. Untuk menerapkannya, Bapak dan Ibu guru harus melalui 3 tahapan berikut:
Persiapan Pelaksanaan Tindak lanjut Asesmen ini dilakukan untuk tidak mencari jawaban yang benar atau salah, melainkan untuk mengetahui karakteristik murid seperti gaya belajar murid. Contoh penerapan asesmen diagnostik non-kognitif adalah dengan meminta murid mengekspresikan perasaannya selama belajar di rumah dan menjelaskannya lewat bercerita, menulis, atau menggambar.
Ilustrasi murid mengerjakan asesmen diagnostik non-kognitif (Sumber gambar: Canva/Monkey Business Images) Setelah itu, guru dapat memberikan tindakan lanjutan bila ditemukan ekspresi emosi negatif dan apabila diperlukan, guru dapat mengomunikasikannya dengan orang tua murid tersebut.
Asesmen diagnostik kognitif Asesmen diagnostik kognitif adalah asesmen yang dapat dilakukan di awal dan akhir pembelajaran untuk memantau sejauh mana pemahaman murid terhadap materi ajar yang telah disampaikan. Karena dapat dilaksanakan secara rutin, asesmen ini juga dapat disebut sebagai asesmen diagnostik kognitif berkala.
Tujuan diadakannya asesmen kognitif ini adalah:
Mengidentifikasi capaian kompetensi murid; Menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata murid; Memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan kepada murid yang kompetensinya berada di bawah rata-rata. Sama seperti asesmen diagnostik non-kognitif, asesmen diagnostik kognitif memiliki 3 tahapan sebagai berikut:
Persiapan Pelaksanaan Diagnosis dan Tindak Lanjut Yang harus Bapak dan Ibu guru ketahui, asesmen diagnostik kognitif dilakukan untuk menyesuaikan tingkat pembelajaran dengan tingkat kemampuan murid, bukan untuk mengejar target kurikulum. Asesmen diagnostik dapat dilakukan dengan menggunakan asesmen formatif maupun asesmen sumatif.
Baca juga:2 Jenis Asesmen Pembelajaran Populer yang Digunakan oleh Guru
Contoh penerapan asesmen diagnostik kognitif adalah guru memberikan beberapa pertanyaan seputar dengan topik pelajaran yang sederhana. Lalu lakukan pengolahan hasil asesmen dengan membaginya ke beberapa kategori seperti âPaham keseluruhanâ, âPaham sebagianâ, dan âTidak pahamâ. Kemudian hitunglah rata-rata kelas dan membagi murid ke dalam 3 kelompok yaitu, murid dengan nilai rata-rata, di bawah rata-rata, dan di atas rata-rata.
Kelompok murid yang berada di bawah rata-rata akan mengikuti pembelajaran serta pendampingan pada kompetensi yang belum terpenuhi. Kelompok murid dengan nilai rata-rata akan mengikuti pelajaran sesuai dengan fasenya. Sedangkan kelompok murid dengan nilai di atas rata-rata akan mengikuti pembelajaran disertai dengan pengayaan.
Asesmen diagnostik merupakan asesmen yang dilakukan untuk mengidentifikasi keterampilan hingga karakteristik murid sebelum proses pembelajaran dimulai. Dalam penerapannya, asesmen diagnostik memiliki dua jenis asesmen, yakni asesmen diagnostik non-kognitif yang digunakan untuk mengetahui kondisi personal murid dan asesmen diagnostik kognitif yang digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman murid terhadap materi ajar yang telah disampaikan.
Ingin mengetahui lebih lanjut mengenai apa saja yang harus dipersiapkan untuk mengembangkan kemampuan literasi dan numerasi murid dengan asesmen diagnostik? Jangan lewatkan workshop online yang akan membahas mengenai strategi mengembangkan kemampuan literasi numerasi berikut ini!
Referensi: Analisis Kemampuan Numerasi Berdasarkan Asesmen Diagnostik Tipe Kepribadian Siswa Asesmen Diagnostik Contoh Asesmen Diagnostik Kurikulum Merdeka, Jenis, & Tujuannya Jenis, Teknik, dan Contoh Instrumen Asesmen Pada Kurikulum Merdeka Pengertian dan Jenis-jenis Asesmen Diagnostik dalam Pembelajaran
Penulis: Eka | Penyunting: Putra