Era Society 5.0 membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Di era ini, peserta didik dituntut untuk memiliki berbagai keterampilan baru, seperti berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif. Selain itu, mereka juga harus memiliki karakter yang kuat, seperti bijaksana, arif, dan bertanggung jawab. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sosok punakawan dapat menjadi pedoman bagi peserta didik dalam menghadapi era Society 5.0. Punakawan dikenal sebagai sosok yang bijaksana, arif, dan selalu memberikan nasihat yang baik kepada rajanya. Mereka juga memiliki humor yang tinggi dan mampu mencairkan suasana.
Babaran Punakawan yang merupakan bagian dari warisan budaya Indonesia memiliki makna melahirkan nilai yang kaya dan mendalam. Dalam konteks modern, penting untuk mengeksplorasi bagaimana kisah-kisah ini dapat menjadi sumber inspirasi dan panduan bagi para penyandang disabilitas, khususnya disabilitas intelektual, ketika menghadapi tantangan pembelajaran. Tantangan tersebut antara lain kesulitan dalam memahami dan menyerap materi pelajaran, berinteraksi sosial, dan mengembangkan keterampilan.Di tengah tantangan tersebut, Pancasila dijadikan dasar beretika dan filosofi penting bagi bangsa Indonesia.
Pancasila yang diamalkan dalam pembelajaran dan pendidikan karakter dapat menjadi kunci untuk membantu penyandang disabilitas berhasil menyelesaikan studinya sekaligus mengembangkan karakter yang kuat dengan semangat Pancasila. Namun demikian, meski ada kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter, masih diperlukan penelitian, kajian mendalam untuk menggali bagaimana karakter Punakawan dapat menjadi teladan yang cocok bagi penyandang disabilitas apapun. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengkaji apakah Pancasila dapat terintegrasi pada pembelajaran dan pendidikan karakter bagi penyandang disabilitas intelektual.
Karakter Punakawan dapat menjadi pilihan yang tepat tergantung bagaimana tujuan ini dipelajari. Model bagi penyandang disabilitas intelektual untuk melengkapi pembelajarannya dengan pendidikan karakter berbasis Pancasila. Gagasan ini tidak hanya akan memberikan kontribusi pada pemahaman kita tentang bagaimana menerapkan nilai-nilai budaya dalam konteks pendidikan inklusif tetapi juga memberikan informasi berharga tentang bagaimana meningkatkan praktik pembelajaran dan mengembangkan kepribadian penyandang disabilitas.
Apa Itu Karakter Punakawan?
Punakawan adalah tokoh dalam budaya Jawa yang dikenal sebagai pelayan atau pengikut yang setia, bijaksana, humoris, dan berperan sebagai penasehat bagi para kesatria. Karakter punakawan, seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong, dikenal memiliki sifat-sifat luhur yang dapat dijadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari. Punakawan adalah sosok budayawan Jawa yang identik dengan wayang kulit. Mereka biasanya berperan sebagai pelayan atau penasihat raja. Punakawan dikenal dengan humornya yang tinggi dan kemampuannya dalam mencairkan suasana. Lebih dari sekadar pelawak, punakawan memiliki peran penting dalam menyampaikan nilai-nilai luhur dan filosofi hidup kepada para penonton.
Wayang kulit Purwa tidak hanya menyajikan hiburan, tetapi juga mengajarkan filosofi moral yang mendalam dan nilai-nilai etika yang luhur. Melalui cerita-ceritanya, wayang kulit Purwa menyampaikan ajaran-ajaran tentang kebijaksanaan, kesetiaan, keadilan, dan keberanian. Pertunjukan ini dapat dijadikan barometer kedalaman pengetahuan dan pemahaman budaya Jawa, mencerminkan kearifan lokal yang kaya dan kompleksitas filosofi yang hidup, wayang kulit Purwa terus berperan dalam memperkaya dan melestarikan identitas budaya Jawa (Darmoko, 2016).
Perkembangan ide pengenalan karakter Punakawan dalam pembelajaran anak tunagrahita telah membuahkan beberapa penemuan penting. Studi ini menunjukkan bagaimana karakter yang sarat dengan nilai-nilai moral ini dapat diintegrasikan secara efektif untuk lingkungan inklusif yang memotivasi. Perkembangan ide pengenalan karakter Punakawan dalam pembelajaran anak tunagrahita telah membuahkan beberapa penemuan penting. Studi ini menunjukkan bagaimana karakter yang sarat dengan nilai-nilai moral ini dapat diintegrasikan secara efektif untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan memotivasi. Mulai dari meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa hingga memperkuat nilai-nilai sosial yang positif, temuan ini menawarkan wawasan baru yang berpotensi merevolusi cara kami mendekati pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
Relevansi Karakter Punakawan dalam Pendidikan Era Society 5.0
Ajaran pemikiran Jawa yang terkandung dalam atribut Punakawan masih sangat relevan bagi generasi muda saat ini dan perlu diterapkan dan dihidupkan kembali. Memperkenalkan dan menularkan pembelajaran tersebut kepada generasi muda memerlukan strategi budaya dan pendekatan khusus yang disesuaikan dengan karakteristik generasi ini. Tumbuh di era digital dan sangat bergantung pada teknologi, Gen Z memiliki kepribadian dan preferensi yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Oleh karena itu, metode tradisional perlu diadaptasi menjadi metode yang lebih interaktif dan menarik, seperti melalui media sosial, aplikasi edukasi, dan platform digital lainnya. Menggabungkan teknologi dengan nilai-nilai budaya Jawa, khususnya ajaran Punakawan, dapat mengajarkan nilai-nilai kebijaksanaan, kejujuran, dan kesederhanaan yang diajarkan Punakawan dapat tetap hidup dan terus diwariskan kepada generasi mendatang (Arif, 2017).
Karakter punakawan memiliki relevansi yang tinggi dalam membentuk peserta didik di era Society 5.0. Sifat-sifat seperti kebijaksanaan, kejujuran, kerendahan hati, dan tanggung jawab sangat diperlukan dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang muncul dari perkembangan teknologi. Era Society 5.0 membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Di era ini, peserta didik dituntut untuk memiliki berbagai keterampilan baru, seperti berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif. Selain itu, mereka juga harus memiliki karakter yang kuat, seperti bijaksana, arif, dan bertanggung jawab.
Wayang Punakawan dan Relevansinya Terhadap Disabilitas Hambatan Intelektual
Wayang Punokawan yang merupakan bagian dari tradisi seni pertunjukan Indonesia memiliki ciri khas yang dapat memberikan sumber pembelajaran yang menarik dan bermanfaat bagi anak disabilitas intelektual. Anak disabilitas intelektual merupakan anak yang mengalami kesulitan mengembangkan kecerdasan. Hambatan intelektual dapat mencakup keterbatasan kemampuan berpikir, belajar, dan melakukan tugas intelektual sehari-hari. Setiap anak penyandang disabilitas intelektual memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda dan memerlukan pendekatan individual dan terarah dalam pendidikan dan dukungan.
Karakter Punakawan menandakan berbagai karakter yang ada di masyarakat, seperti seniman penghibur, pengamat dan kritikus, dan bahkan memberikan yang jujur. Punakawan digunakan sebagai pemrakarsa karakter baik wayang. Umumnya manusia membutuhkan pembimbing, pelindung karena manusia makhluk yang memerlukan orang lain. (Narimo & Wiweko, 2017). Wayang Punakawan adalah sekelompok tokoh dalam wayang kulit yang berperan sebagai penghibur dan penasihat bagi para ksatria. Kelompok ini terdiri dari empat tokoh utama: Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Meskipun mereka sering kali digambarkan dengan sifat-sifat komikal dan penampilan yang unik, mereka juga memainkan peran penting dalam memberikan nasihat dan kebijaksanaan.
Mengintegrasikan Nilai-nilai Pancasila ke dalam Pendidikan karakter bagi Penyandang Disabilitas Intelektual
Mengintegrasikan Pancasila ke dalam pendidikan karakter bagi penyandang disabilitas intelektual adalah langkah penting untuk membangun moral dan etika yang kuat, serta mempersiapkan mereka menjadi masyarakat yang baik. Melibatkan siswa dalam aktivitas yang mengajarkan keterampilan sosial seperti kerja sama, empati, dan saling menghormati. Melakukan kegiatan bercerita inspiratif dengan membaca dan mendiskusikan cerita yang menekankan pentingnya perlakuan yang adil dan beradab terhadap semua orang. Dalam hal ini Tokoh Punakawan dapat menjadi salah satu contoh cerita inspiratif dan dibumbui cerita lucu dan humor yang menghibur.
Menjadikan wayang untuk sarana pembelajaran anak menjadi alternatif efektif untuk menerapkan pendidikan karakter. Visual yang dihadirkan cerita wayang dapat memberikan wawasan tentang sifat, kepribadian, dan perilaku manusia dimana ia berada. itu baik dan baik itu buruk. (Jiwandono & Khairunisa, 2020) Dari cerita inspiratif yang dipelajari mengajarkan konsep keadilan sosial melalui cerita, permainan, dan aktivitas yang menekankan pentingnya keadilan dan kesetaraan.
Menggabungkan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan dikemas menggunakan cerita inspiratif Punakawan dapat mengajarkan pembelajaran tematik sekaligus. Hal ini sejalan dengan pedoman Kurikulum yang digunakan pada Sekolah dengan anak berkebutuhan khusus Hambatan Intelektual didalamnya. Menggunakan karakter Punakawan untuk mengajarkan nilai-nilai Pancasila adalah cara yang efektif dan menarik bagi penyandang disabilitas intelektual. Pendekatan ini memanfaatkan cerita, drama, kegiatan kreatif, dan interaksi sosial untuk membuat pembelajaran lebih hidup dan bermakna. Dengan demikian, siswa dapat menginternalisasi nilai-nilai Pancasila dan mengembangkan karakter yang kuat serta semangat kebangsaan (H, 2013).
Kesimpulan
Mengembangkan karakter yang kuat dan semangat Pancasila melalui karakter Punakawan, pendidikan karakter bagi penyandang disabilitas intelektual dapat menjadi lebih menyeluruh dan bermakna. Pendekatan ini tidak hanya memungkinkan siswa untuk memahami nilai-nilai Pancasila secara kontekstual dan relevan dengan kehidupan sehari-hari, tetapi juga meningkatkan keterlibatan mereka dalam pembelajaran. Karakter Punakawan dapat menjadi teladan yang cocok bagi penyandang disabilitas apapun. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengkaji bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat secara efektif diintegrasikan ke dalam pembelajaran dan pendidikan karakter bagi penyandang disabilitas intelektual.Mengembangkan sifat dan karakter punakawan pada peserta didik merupakan langkah strategis dalam mencetak generasi yang bijaksana, arif, dan bertanggung jawab di era Society 5.0. Dengan pendekatan yang terintegrasi dan kolaboratif, nilai-nilai luhur punakawan dapat diinternalisasi oleh peserta didik, menjadikan mereka pribadi yang siap menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang di masa depan.
Referensi
Sumber Gambar: Kreasi Ilustrasi Canva
Arif, N. N. M. (2017). Perancangan Komunikasi Visual Pengenalan Tokoh Wayang Kulit Punakawan Yogyakarta Melalui Ciri Fisiknya. Invensi, 2(1), 91–104. https://doi.org/10.24821/invensi.v2i1.1809
Darmoko, D. (2016). Moralitas Jawa dalam Wayang Kulit Purwa: Tinjauan pada Lakon Laire Semar. Paradigma, Jurnal Kajian Budaya, 5(2), 118. https://doi.org/10.17510/paradigma.v5i2.52
H, R. (2013). Nilai-Nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa yang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. E-Journal Widya Non-Eksakta, 1(1), 7–14.
Jiwandono, I. S., & Khairunisa, K. (2020). Pemanfaatan Nilai-Nilai Filosofis Punakawan Dalam Upaya Penguatan Karakter Mahasiswa. Didaktis: Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Pengetahuan, 20(1), 74–81. https://doi.org/10.30651/didaktis.v20i1.4466
Narimo, S., & Wiweko, A. (2017). Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Tata Rias Wajah Punakawan Wayang Orang Sriwedari Surakarta. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 27(1), 41–48
Penyunting: Putra