Penguatan Literasi Digital bagi Siswa dan Guru Melalui Platform Digital:
Pemanfaatan Media Sosial: Facebook, Instagram dan Tiktok dalam Proses Pembelajaran PAI
Oleh: Rahmawati
Proses pembelajaran merupakan sebuah usaha sadar untuk mentransfer, mengasah, bahkan mewujudkan dan mengimplementasikan pengetahuan yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Tidak terkecuali, dengan tujuan pembelajaran PAI itu sendiri, yaitu memberikan pengetahuan kepada peserta didik akan nilai-nilai yang harus mereka pahami, untuk diimplementasikan dalam keseharian. Belajar PAI tidak hanya mampu mengerti lalu dapat menjawab tes saja, melainkan juga harus mampu menjadi perilaku dalam keseharian, mengajak orang-orang di sekitar bahkan menjawab semua tantangan atau problematika masyarakat berlandaskan nilai-nilai keagamaan.
Landasan di ataslah yang menjadikan guru PAI harus memiliki nilai lebih dibandingkan dengan guru lainnya. Permasalahan moral siswa/I bahkan masyarakat yang terjadi belakangan ini, sungguh membuat hati kita sedih. Moral yang mulai merosot, pengaruh penggunaan Gadget juga turut andil dalam pembentukan sikap-sikap yang menyimpang pada anak. Ditengah berbagai permasalahan ini, guru PAI haruslah mampu mengemas pembelajaran yang menyenangkan, interaktif bahkan harus update terhadap IPTEK, tidak terkecuali, dengan Platform Digital/Media Sosial yang belakangan ini semakin berkembang pesat.
Memilih salah satu media sosial untuk menjadi sarana penyampaian materi pembelajaran, sangatlah tepat. Selain, antusias anak yang semakin meningkat, anak-anak juga bisa membiasakan diri bijak dalam bermedia sosial. Salah satu media itu adalah Facebook, Instagram dan tiktok. Implementasi pembelajaran menggunakan tiga media tersebut telah saya lakukan kurang lebih dua tahun belakangan ini. Pelatihan guru yang telah saya ikuti juga turut andil dalam memberikan kekuatan pada diri, bahwa untuk meningkatkan literasi anak khususnya dalam pembelajaran PAI, sangat tepat jika saya menggunakan tiga media tersebut dalam pembelajaran.
Seperti facebook, Instagram fitur yang saya gunakan adalah reels dalam media sosial tersebut, untuk memberikan semangat berliterasi pada anak, video yang berdurasi singkat terkait dengan tujuan pembelajaran akan tersampaikan dengan mudah. Berikut adalah wujud dari usaha yang saya lakukan dalam mengemas salah satu tujuan pembelajaran,
Media Sosial Facebook : Rahmawati Al-Misri
Materi : terkait dengan syuabul iman
Media Sosial Instagram : amah.al.misri
Materi : Menghafal ayat Quran tentang Berfikir Kritis dan Mencintai IPTEK
(capaian pembelajaran beserta dengan rekaman hafalan untuk mencintai IPTEK)
Media Sosial Tiktok : Rahmawati Al-Misri
Materi : terkait dengan @amah_almisri
Pemanfaatan media sosial di atas, memberikan banyak pengaruh bagi siswa/I, maupun saya dalam memahami tujuan pembelajaran dan menghafal Al-Quran terkait dengan materi yang kita pelajari. Beberapa anak yang saya berikan link dari video tersebut, antusias dalam menghafal, juga memberikan kemudahan bagi siswa/I yang ingin mengafal dengan cara mendengarkan (audio), mereka akan memutar-mutar kembali reels atau tiktok ini, kemudian menyetorkan kembali kepada saya hafalan yang telah dimilikinya.
Selain dari aspek kemudahan, juga memberikan jalan pemahaman yang lebih melekat secara lama, karena materi yang saya kemas yaitu berupa peta konsep atau mind map, kecenderungan siswa yang malas membaca, dengan ditampilkan secara diagram ini memberikan semangat mereka untuk membaca, jika ada beberapa hal yang mereka tidak mengerti, segera mereka bertanya kepada saya selaku guru. Inovasi inilah yang menurut saya harus terus dibiasakan bahkan dilaksanakan pelatihan in house training , bagi seluruh guru-guru PAI khususnya, agar mereka semangat bahkan terdorong untuk memberikan materi melalui media sosial.
Ditengah kondisi sertifikasi guru PAI yang masih sangat sulit atau terbatas ini, saya tetap semangat dan berdoa kepada Allah SWT, semoga kesejahteraan guru-guru PAI bisa menjadi perhatian khusus bagi pemerintah. Saya sudah kurang lebih 10 tahun mengajar, belum terpanggil untuk mengikuti PPG, walau pre test sudah saya laksanakan. Mungkin masih banyak lagi guru-guru PAI lainnya yang lebih lama menunggu dibandingkan saya, untuk mendapatkan sertifikasi ini. Dengan demikian melalui tulisan ini, saya berharap pemerintah bisa memperhatikan bagaimana kesejahteraan guru-guru PAI.
Saya rasa setelah mereka diperhatikan kesejahteraanya, kemudian semakin banyaknya pelatihan atau in house training di berbagai sekolah ataupun instansi, akan memberikan dorongan kepada guru-guru PAI untuk terus berkontribusi dan berinovasi. Guru PAI adalah inti dari guru-guru yang ada, jangan sampai karena banyak keterbatasan yang mereka hadapi, bahkan masalah ekonomi yang menjadi masalah penghambat mereka dalam berkreasi dalam mengajar.
Demikian artikel ini saya tulis, semoga bisa menjadi insiprasi bahkan masukan bagi guru-guru PAI yang berada di Indonesia. Terus semangat memberikan manfaat bagi sesama. Bersama kita bisa, untuk masa depan yang lebih cerah.
Penyunting: Putra