Zaman yang berubah dengan cepat, penuh ketidakpastian, kompleks, dan menyuguhkan ambiguitas adalah era yang kita alami saat ini. Era volatility, uncertainty, complexity and ambiguity (VUCA) membuat seluruh bidang, termasuk bidang pendidikan harus mampu mengikuti perkembangan yang terjadi dengan cepat. Tuntutan dalam dunia pendidikan turut berubah-ubah dan kompleks membuat guru menghadapi ketidakpastian dalam pendangan pendidikan makna yang beragam. Hal ini membuat guru sebagai front liner pendidikan harus ‘berdiri dengan gagah dan kuat’ sebagai ‘pembangun insan cendekia' seperti kalimat terakhir pada lagu Hymne Guru.
Lembaga riset international RAND Corporation tahun 2022 yang disampaikan Presiden Indonesia, Bapak Joko Widodo, pada pidato Hari Guru 2023 menyatakan bahwa tingkat stress guru lebih tinggi dari pekerjaan lainnya (Larasati, 2023). Hal ini tentu mengejutkan banyak pihak. Bagaimana tidak? Selama ini profesi guru merupakan profesi yang dianggap mudah untuk dilakukan oleh siapa saja tanpa mengetahui tuntutan yang dibebankan kepada guru. Kegiatan sekolah yang dilaksanakan guru tidak hanya belajar dan mengajar. Kegiatan lain tersebut memiliki berbagai macam bentuk, mulai dari konseling siswa, konseling wali murid, penyuluhan atau sosialisasi, hingga kegiatan olah sosio-emosional dan keterampilan. Guru juga dibebani dengan tugas menyusun perangkat administrasi pembelajaran. Tak hanya itu, acuan kurikulum yang berubah dengan cepat, tentu membuat guru juga harus mampu cepat menyesuaikan perubahan tersebut, baik dalam persiapan, proses, hingga evaluasi pembelajaran sesuai dengan acuan kurikulum terbaru. Perlu diketahui bahwa mengajar merupakan sebuah kegiatan yang kompleks dan membutuhkan perencanaan rinci dan sistematis dalam penentuan sasaran serta aktivitas-aktivitas setiap jam, harian, dan mingguan (Wardhani, 2017). Hal ini membuat guru sebaiknya memiliki kondisi fisik dan jiwa yang sehat.
Guru dengan fisik yang sehat diharapkan mampu memberikan pelayanan yang prima dalam setiap kegiatan pendidikan. Guru dengan jiwa yang sehat akan membangun pribadi guru yang bahagia. Kajian yang dilakukan oleh Sumampouw (2020) dalam Diskusi Tematik Pusat Penelitian Kebijakan yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menyatakan bahwa Kesehatan mental guru memiliki pengaruh terhadap Kesehatan mental siswa. Ki Hadjar Dewantara (2013) menyampaikan bahwa guru yang bahagia memiliki potensi untuk mampu merancang dan melaksanakan kegiatan pendidikan yang menyenangkan pula. Kesehatan jiwa guru tentu berpengaruh kepada kinerja guru (Nurrady dkk., 2022). Kebahagiaan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk melaksanakan kegiatan pendidikan menjadi salah satu bagian dari baik atau tidaknya kualitas pendidikan.
Guru merupakan sosok pendidik yang lebih dewasa untuk menuntun, membimbing, dan mendidik siswa sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alamnya (Ki Hadjar Dewantara, 2013). Tujuan pendidikan adalah membentuk budi pekerti yang halus, meningkatkan kecerdasan otak dan mendapatkan kesehatan badan (Ki Hadjar Dewantara, 2013). Sejalan dengan pernyataan tersebut, tujuan pendidikan akan tercapai jika guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan memiliki Kesehatan mental yang baik. Guru dengan kesehatan mental yang baik akan membuka peluang pelaksanaan pendidikan yang juga memperhatikan Kesehatan mental peserta didik. Guru dengan Kesehatan mental yang baik tentu memiliki pola pikir yang terbuka terhadap perubahan pelaksanaan pendidikan, sehingga mampu bersikap adaptif dan menyikapi segala perubahan tersebut menjadi hal yang baik untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Kontrol diri seorang guru merupakan salah satu indikator Kesehatan mental guru. Guru dengan Kesehatan mental yang baik tentu memiliki potensi untuk menyeimbangkan pekerjaan, tanggung jawab, perasaan, kondisi fisik, serta kondisi jiwa dalam melaksanakan kegiatan pendidikan sehingga tercipta pelaksanaan pendidikan yang bahagia. Maka, kondisi Kesehatan mental guru akan berpengaruh terhadap kinerja dan kualitas pendidikan yang diselenggarakan. Berikut adalah beberapa pengaruh Kesehatan mental guru terhadap pelaksanaan pendidikan (Angesti, 2023).
- Guru dengan tingkat stress yang tinggi dapat memengaruhi kegiatan perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru dengan Kesehatan mental yang kurang baik dapat memperbesar peluang untuk mengalami penurunan motivasi dan energi sehingga sulit untuk melaksanakan pembelajaran bersama peserta didik. Motivasi dan energi guru yang rendah juga memperbesar peluang pembelajaran tidak berjalan menyenangkan karena diampu oleh guru yang tidak bahagia.
- Siswa akan kesulitan menangkap penjelasan guru ydengan Kesehatan mental yang kurang baik. Hal ini disebabkan guru dengan tingkat stress dan lelah yang tinggi kesulitan dalam menyampaikan pembelajaran kepada peserta didik. Akibatnya, pembelajaran menjadi kurang interaktif dan sulit dipahami.
- Guru dengan tingkat kecemasan yang tinggi memberikan peluang interaksi negatif yang tinggi pula terhadap siswanya. Tidak stabilnya kondisi jiwa guru akan mengganggu iklim pembelajaran di kelas.
- Penurunan kinerja guru karena stress kerja atau burn out dapat memengaruhi pelayanan pelaksanaan pendidikan kepada peserta didik. Pelayanan pendidikan yang seharusnya terlaksana secara prima menjadi cidera karena kinerja guru yang kurang maksimal disebabkan oleh tekanan dan stress kerja yang tinggi.
Pepatah jawa mengatakan “Guru iku digugu lan ditiru ; guru itu dipatuhi dan diikuti,”. Pepatah tersebut menyatakan bahwa apapun perilaku guru akan menjadi contoh bagi speserta didik. Guru dengan kesehatan mental yang baik dapat menjadi contoh untuk para siswanya untuk mengelola diri agar memiliki Kesehatan mental yang baik pula. Maka, sebaikanya guru dapat mengelola diri agar mampu menjadi pribadi yang bahagia agar mampu menyajikan pembelajaran yang bahagia. Pengelolaan stress dalam setiap personal mungkin beragam, tapi pada dasarnya pengelolaan diri bertujuan untuk menyeimbangkan kembali kondisi jiwa yang sebelumnya timpang. Guru dapat merinci apa saja aktivitas yang mampu menjadi salah satu stress release sehingga tidak terjadi stress yang berkepanjangan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab di sekolah. Guru dengan jiwa yang sehat akan mampu mendukung perkembangan siswa menuju kodrat alam dan kodrat zamannya menjadi pribadi yang bahagia. Guru sehat jiwa adalah pintu utama siswa yang bahagia. Siswa yang bahagia adalah pintu pendidikan yang berkualitas merdeka. Pendidikan yang berkualitas merdeka adalah pintu menuju terwujudnya kehidupan yang cerdas sesuai dengan profil pelajar Pancasila.
Daftar Pustaka
Citra Larasati. 25 November 2023. Hasil Riset Menyebut Tingkat Stres Guru Tinggi, Jokowi Mengaku Kaget diakses pada tanggal 29 Noveember 2023 melalui laman https://www.medcom.id/pendidikan/cerita-guru/3NO10E2k-hasil-riset-menyebut-tingkat-stres-guru-tinggi-jokowi-mengaku-kaget
Wardhani, Rr. D. K. (2017). Peran Kesehatan Mental Bagi Guru dalam Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA. ISBN 978-602-19411-2-6 Halaman 193 -197.
Nael Sumampouw. 14 Mei 2020. Kesehatan Mental Guru & Siswa diakses pada tanggal 29 November 2023 melalui laman https://pskp.kemdikbud.go.id/assets_front/images/produk/1-gtk/materi/Nael_Kesehatan_Mental_Guru_dan_Siswa.pdf
Dewantara, K. H. (2013). Ki Hadjar Dewantara – Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka Cetakan Ke-5. Yogyakarta: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.
Nurrady, C. N., Nurlita, Chairilsyah, D. 2022 Hubungan Kesehatan Mental Dengan Kinerja Guru PAUDdi Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir. Jurnal Pendidikan dan Konseling. Volume 4 Nomor 5 https://doi.org/10.31004/jpdk.v4i5.7945
Maya Angesti. 15 November 2023 KESEHATAN MENTAL GURU KUNCI KESUKSESAN PENDIDIKAN YANG BERKELANJUTAN diakses pada tanggal 29 November 2023 melalui laman https://guruinovatif.id/artikel/kesehatan-mental-guru-kunci-kesuksesan-pendidikan-yang-berkelanjutan#!
Penyunting: Putra