GI Class #146 | Mengasah Pedagogical Storytelling: Strategi Guru dalam Menghidupkan Kelas - Guruinovatif.id

Diterbitkan 19 Sep 2025

GI Class #146 | Mengasah Pedagogical Storytelling: Strategi Guru dalam Menghidupkan Kelas

Temukan bagaimana pedagogical storytelling membantu guru menghidupkan kelas, meningkatkan pemahaman, dan membangun kedekatan dengan siswa. Simak manfaat dan teknik penerapannya di webinar GuruInovatif.id!

Pelatihan Guru

Event Guru Inovatif

Kunjungi Profile
120x
Bagikan

[Yogyakarta, 18 September 2025] — GuruInovatif.id kembali menghadirkan webinar nasional inspiratif melalui program Guru Inovatif Class. Pada seri ke-146 ini, topik yang diangkat adalah Mengasah Pedagogical Storytelling: Strategi Guru dalam Menghidupkan Kelas dengan narasumber Agita Violy, S.S., S.Pd., M.Pd.

Sejak awal sesi, suasana sudah terasa hangat. Agita membuka dengan sebuah pertanyaan reflektif kepada peserta: “Apa harapan guru setelah mengikuti sesi ini?” Pertanyaan sederhana itu langsung memantik antusiasme. Salah seorang peserta dengan jujur menyampaikan keinginannya: ia penasaran dengan teknik storytelling karena melihat rekan sejawat yang ahli bercerita mampu membuat kelas lebih hidup dan penuh energi.

Transformasi Pembelajaran Sesuai dengan Perkembangan Zaman

Agita membuka sesi dengan mengajak peserta webinar untuk menengok kembali perbedaan pembelajaran sebelum dan sesudah pandemi COVID-19. Menurutnya, sebelum pandemi guru relatif lebih mudah mengatur peserta didik di kelas. Namun, setelah pandemi, anak-anak semakin terbiasa belajar melalui gadget. Akibatnya, screen time meningkat tajam dan membawa perubahan pada karakter sekaligus kebutuhan belajar siswa yang kini semakin beragam dan unik.

Untuk dapat memahami perubahan tersebut, Agita mengingatkan pentingnya mengenali empat kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi agar bisa bertahan hidup, yaitu:

  • Penguasaan

  • Kasih sayang dan penerimaan

  • Kesenangan

  • Kebebasan

Sebagai orang tua, sudah menjadi kewajiban untuk mendukung keempat kebutuhan itu. Namun sebagai guru, ada tanggung jawab lebih: memahami kebutuhan belajar siswa. Caranya, kata Agita, bisa dilakukan dengan enam langkah berikut:

  1. Mengamati perilaku siswa.

  2. Mengidentifikasi pengetahuan awal.

  3. Merefleksikan praktik mengajar.

  4. Berdiskusi dengan guru sebelumnya.

  5. Membaca rapor kelas terdahulu.

  6. Menggunakan berbagai bentuk penilaian formatif dan diagnostik.

Baca juga:
Permendikdasmen No. 9 Tahun 2025: TKA Jadi Standar Baru Seleksi Akademik di Indonesia

Agita memberikan ilustrasi yang sederhana. Jika seorang anak naik ke kelas 4 SD, guru sebaiknya menggali informasi dari guru kelas 3 tentang karakter dan gaya belajarnya. Jika siswa baru masuk SD, maka orang tua menjadi sumber informasi yang penting. Dengan begitu, guru bisa melanjutkan pembelajaran sesuai kebutuhan anak, bukan mengulang dari awal.

Lebih jauh, Agita menyoroti pergeseran peran guru dari masa ke masa. Dulu, guru identik dengan pemberi instruksi: membuka buku di halaman tertentu, mengerjakan soal, lalu selesai. Pola ini membuat siswa terbatas dalam berekspresi karena hanya fokus pada tugas, tanpa peduli apakah mereka benar-benar memahami materi atau tidak.

Sekarang, peran guru jauh lebih dinamis. Guru tidak lagi sekadar memberi perintah, melainkan menjadi perancang pengalaman belajar. Mereka mendorong siswa untuk bereksplorasi, berkolaborasi, serta menciptakan ruang bagi siswa untuk berpikir kritis dan berkreasi.

Dasar Pedagogical Storytelling

Agita menjelaskan bahwa pedagogical storytelling lahir dari gabungan dua konsep penting. “Pedagogi” yang berarti ilmu sekaligus seni mengajar, dan “storytelling” yang kita kenal sebagai kegiatan bercerita.

Ketika keduanya dipadukan, lahirlah sebuah pendekatan pengajaran yang memanfaatkan kekuatan narasi untuk menyampaikan konsep, materi pembelajaran, hingga nilai-nilai etika. Dengan cara ini, proses belajar tidak lagi terasa kaku, melainkan lebih menarik, mudah dipahami, serta meninggalkan kesan mendalam bagi siswa.

GI Class #146 | Mengasah Pedagogical Storytelling: Strategi Guru dalam Menghidupkan Kelas

Agita menekankan bahwa pendekatan pedagogical storytelling berdiri di atas dua landasan utama:

1. Landasan filosofis

Melalui cerita, guru bukan sekadar menyampaikan materi, melainkan juga menanamkan makna. Cerita menjadi sarana untuk mengenalkan siapa manusia, apa tujuan pendidikan, serta mengapa suatu hal penting untuk dipelajari. Di dalamnya terkandung nilai moral, agama, budaya, sekaligus pembentukan karakter. Karena pada dasarnya, manusia adalah makhluk aktif yang selalu mencari arti. Pendidikan yang dikemas lewat cerita membantu anak mengembangkan potensinya melalui pengalaman yang penuh makna.

2. Landasan psikologis

Secara alami, manusia lebih mudah mengingat dan memahami kisah dibandingkan data yang kering atau konsep yang abstrak. Cerita mampu membangkitkan emosi, menumbuhkan empati, sekaligus memotivasi siswa untuk terlibat lebih aktif dalam proses belajar. Dengan begitu, pengalaman belajar tidak hanya dipahami, tetapi juga dirasakan.

Baca juga:
Pendekatan Culturally Responsive Teaching sebagai Solusi Mengakomodir Perbedaan Siswa di Kelas

Manfaat dan Teknik Pedagogical Storytelling untuk Guru

Menguasai pendekatan pedagogical storytelling menghadirkan banyak keuntungan bagi guru dalam proses pembelajaran. Dengan cerita, kelas tidak lagi terasa kaku, melainkan hidup dan bermakna. Beberapa manfaat yang bisa diperoleh antara lain:

  • Menghidupkan suasana kelas → siswa menjadi lebih fokus, antusias, serta merasa dilibatkan.

  • Meningkatkan pemahaman → materi lebih mudah dipahami dan diingat karena disampaikan melalui alur cerita.

  • Membangun kedekatan emosional → hubungan guru dan siswa terasa lebih hangat berkat interaksi yang menyentuh sisi perasaan.

  • Menguatkan nilai karakter → guru dapat menyisipkan pesan moral atau etika yang membentuk sikap positif siswa.

  • Fleksibel lintas mata pelajaran dan jenjang → bisa diterapkan mulai dari PAUD hingga SMA, serta relevan di hampir semua bidang studi.

Tidak berhenti di situ, Agita juga memaparkan sejumlah teknik yang perlu dikuasai guru agar pedagogical storytelling dapat berjalan efektif. Teknik tersebut mencakup persiapan cerita, penyampaian (delivery), interaksi dengan siswa, refleksi dan penarikan makna, hingga tahap evaluasi.

Seluruh teknik ini dijelaskan secara sistematis dan rinci oleh Agita dalam webinar Guru Inovatif Class ke-146. Bagi guru yang penasaran dengan penjelasan lebih lengkap serta contoh praktiknya, Anda dapat menyaksikan tayangan ulang webinar dalam tautan berikut ini!

Selain itu, masih banyak topik pembelajaran modern lainnya yang bisa Anda temukan dengan bergabung sebagai member GuruInovatif.id. Sebagai anggota, Anda berkesempatan mengakses lebih dari 2.000 kursus online yang dirancang untuk mendukung pengembangan kompetensi guru di era pendidikan saat ini.

Gabung menjadi keanggotaan membership GuruInovatif.id

Mari bergabung menjadi membership GuruInovatif.id


Penulis: Eka | Penyunting: Putra

0

0

Loading comments...

Memuat komentar...

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Kurikulum Merdeka dalam Mewujudkan Indonesia Emas 2045
0 sec
Mindset yang Harus Dimiliki Tiap Guru di Abad 21
0 sec
Mengulas Pentingnya Penguatan Literasi Budaya sebagai Landasan Awal Terciptanya Anak Bangsa yang Berkualitas
0 sec
GI Academy #59 | Eksplorasi Assemblr Edu: Mewujudkan Pembelajaran yang Meaningful, Mindful, dan Joyful
0 sec
Manfaat IHT untuk Guru dan Sekolah
0 sec
Komunitas Belajar sebagai Solusi untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dan Hasil Belajar Siswa
0 sec
Komunitas