[Yogyakarta, 12–13 September] GuruInovatif.id kembali menggelar workshop inspiratif dalam rangkaian Guru Inovatif Academy ke-58. Kali ini, acara menghadirkan Merri Nathalia, M.Pd., sebagai narasumber dengan topik “Mendesain Modul Interaktif Koding & AI untuk Pembelajaran Digital Masa Kini.”
Merri membuka sesi dengan membahas konsep deep learning atau pembelajaran mendalam yang mulai diterapkan dalam pendidikan Indonesia pada Tahun Ajaran (TA) 2025/2026. Ia menjelaskan bahwa pendekatan ini kini telah resmi terintegrasi dalam Kurikulum Merdeka maupun Kurikulum 2013, seiring dengan terbitnya regulasi Permendikdasmen No. 13 Tahun 2025.
Tidak hanya itu, mata pelajaran Koding juga secara bertahap mulai diperkenalkan di sekolah-sekolah. Merri menekankan bahwa Capaian Pembelajaran (CP) untuk materi Koding akan berbeda-beda, menyesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa. Dengan demikian, integrasi Koding dan kecerdasan buatan (AI) dalam pembelajaran diharapkan mampu membekali generasi muda dengan keterampilan digital yang relevan untuk menghadapi tantangan masa depan.
Perubahan Paradigma dalam Sistem Pendidikan di Indonesia
Merri kemudian mengajukan pertanyaan reflektif kepada para peserta: “Mengapa saat ini guru perlu memahami Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA)? Mengapa tidak hanya guru bidang Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK) saja yang mengajarkannya?”
Pertanyaan ini bukan hal baru. Justru, topik tersebut telah menjadi bahan diskusi hangat di kalangan pendidik. Merri menjelaskan bahwa sejak pandemi COVID-19, teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak. Bahkan, tidak jarang peserta didik justru memiliki pengetahuan lebih maju mengenai teknologi dibandingkan guru mereka sendiri.
Menyadari kondisi ini, pemerintah berupaya memastikan para guru tidak tertinggal dalam perkembangan teknologi. Berbagai program pelatihan pun digulirkan, bukan hanya untuk meningkatkan literasi pengetahuan, tetapi juga agar guru mampu mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran.
Baca juga:
Kenapa CSR Pendidikan Penting untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan?
Merri turut membandingkan pengalamannya ketika masih duduk di bangku SMA dengan saat ia sudah mengajar di sekolah menengah. Menurutnya, perkembangan teknologi dalam rentang waktu tersebut sangatlah signifikan. Perubahan inilah yang kemudian mendorong para pengambil kebijakan untuk menyesuaikan arah pendidikan Indonesia agar tetap relevan dengan dinamika zaman. Kini, pembelajaran dirancang dengan menekankan prinsip mindful, meaningful, dan joyful.
Lebih lanjut, Merri mengutip sebuah studi yang menunjukkan bahwa 45% anak Indonesia berusia lima tahun sudah terbiasa menggunakan gadget. Bahkan, ia menemukan fenomena orang tua yang memberikan perangkat tersebut agar anaknya tidak rewel. Fakta inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa pelajaran Koding mulai diperkenalkan sejak jenjang sekolah dasar (SD).
Di sisi lain, Merri juga menyoroti tantangan asesmen pendidikan yang masih dilakukan secara manual, sehingga kerap memakan waktu lama dan kurang bersifat personal. Menurutnya, hadirnya teknologi kecerdasan artifisial (AI) dapat menjadi solusi dengan menghadirkan analisis asesmen yang lebih cepat, akurat, dan relevan.

Tantangan dan Etika dalam Menggunakan Kecerdasan Artifisial
Selanjutnya Merri menegaskan bahwa meskipun keberadaan AI mempermudah tugas guru, kehadirannya juga membawa tantangan baru yang tidak bisa diabaikan. Salah satunya adalah dalam hal pengembangan karakter siswa. Guru dituntut untuk tetap menjadi teladan dan pembimbing utama, karena teknologi tidak bisa menggantikan “sentuhan” manusia dalam membangun nilai dan kepribadian.
Selain itu, isu keamanan dan privasi data siswa juga menjadi perhatian penting. Seiring dengan meningkatnya pemanfaatan teknologi, risiko kebocoran data atau penyalahgunaan informasi pribadi semakin besar, sehingga guru harus semakin cermat dan bijak dalam menggunakannya.
Tantangan lain yang tak kalah besar adalah kesenjangan infrastruktur digital. Tidak semua sekolah memiliki akses internet yang stabil atau fasilitas teknologi yang memadai. Akibatnya, muncul stigma di kalangan guru bahwa mata pelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) sulit diterapkan tanpa dukungan koneksi internet yang baik. Di sinilah peran pemerintah menjadi krusial, yakni untuk meratakan fasilitas dan mengurangi kesenjangan teknologi antarwilayah.
Baca juga:
Belajar Lebih Menarik dengan AR: Mengenal Assemblr EDU sebagai Media Pembelajaran Modern
Merri juga menyoroti pentingnya kesiapan guru dalam menggunakan AI. Meski mata pelajaran KKA kini sudah menjadi salah satu pilihan pembelajaran, tetap dibutuhkan guru yang benar-benar cakap dalam menyampaikan materi terkait. Bahkan, hasil asesmen berbasis AI pun sebaiknya tidak diterima mentah-mentah, melainkan perlu dicek ulang, sebab AI masih memiliki potensi bias dalam analisis.
Dalam sesi workshop, Merri memperkenalkan sejumlah tools berbasis AI yang dapat mendukung pembelajaran:
Quizizz dan Kahoot → Membuat kuis interaktif lengkap dengan analitik hasil belajar siswa.
Google Forms → Dengan tambahan AI add-ons, mampu menganalisis jawaban secara otomatis.
ChatGPT dan Gemini → Membantu guru membuat soal sekaligus menganalisis respons siswa.
Edpuzzle → Menyajikan asesmen berbasis video interaktif yang lebih menarik.
Tak hanya teori, Merri juga memberikan contoh langsung bagaimana tools tersebut bisa digunakan secara efektif di kelas. Bagi Anda yang penasaran dan ingin melihat praktiknya lebih detail, silakan simak tayangan ulang workshop nasional melalui tautan berikut ini!
Ingin menyelenggarakan pelatihan intensif guru di sekolah terkait dengan topik-topik yang berkaitan dengan kebijakan pendidikan terbaru? GuruInovatif.id menyediakan pelatihan intensif in house training (IHT) yang dapat menyesuaikan kebutuhan pelatihan guru di sekolah Anda.

Konsultasi kebutuhan pelatihan guru di sekolah disini
Penulis: Eka | Penyunting: Putra