Yogyakarta, 21 Januari 2025 - GuruInovatif.id kembali menyelenggarakan webinar nasional bersertifikat Guru Inovatif Class ke-124. Webinar kali ini menghadirkan Noralia Purwa Yunita, M.Pd., sebagai narasumber dengan tema bahasan “Peran Penting Guru dalam Pembelajaran Berbasis STEM”.
Potensi Menerapkan Pembelajaran STEM dalam Pendidikan
Noralia membuka webinar ini dengan menerangkan bahwa STEM merupakan kolaborasi dari 4 disiplin ilmu, yakni Science, Technology, Engineering, dan Mathematics yang dapat membantu serta mendorong peserta didik dalam mengembangkan life skills untuk menghadapi tantangan dan tuntutan di abad 21. Karena di abad 21, seorang individu perlu untuk mengembangkan keterampilan 4C, yaitu collaboration (keterampilan kolaborasi), communication (keterampilan komunikasi), creativity (keterampilan kreativitas), dan critical thinking (keterampilan berpikir kritis).
Dengan menerapkan pembelajaran STEM, peserta didik tidak hanya menghafal materi semata, namun juga mampu untuk mengaplikasikan konsep atau materi yang diajarkan oleh guru disekolah agar dapat diterapkan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Menurut Noralia, pendekatan STEM kembali digaungkan dalam dunia pendidikan, karena diperkenalkannya konsep deep learning dalam metode pembelajaran.
Noralia juga menjelaskan, hasil akhir dari penerapan pembelajaran STEM adalah produk. Karena pendekatannya akan mengombinasikan materi-materi yang berhubungan dengan sains, diaplikasikan atau dipraktikkan dengan teknologi, engineering, serta berkaitan dengan konsep matematis.
Baca juga:
Mengenal Pentingnya Pengembangan Kompetensi 4C dalam Pembelajaran Era Digital
Ragam Metode Pembelajaran STEM yang Efektif
Kemudian Noralia turut menjelaskan beberapa metode pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan konsep STEM, antara lain:
1. Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning)
Guru dapat mencari atau mengumpulkan permasalahan di sekitar, lalu dikemas sebagai tugas kepada peserta didik untuk diselesaikan. Sebagai alternatif, guru juga bisa memberikan penugasan kepada siswa untuk mencari permasalahan di sekitar mereka. Sehingga, metode ini bisa dikolaborasi dengan pembelajaran berbasis eksplorasi.
Metode ini harapannya dapat mengajarkan siswa untuk menganalisis masalah, mengembangkan solusi, dan menguji hasil melalui proses yang sistematis.
2. Pembelajaran berbasis investigasi
Metode ini bertujuan untuk membimbing peserta didik untuk melakukan penelitian, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan dan analisis yang akurat. Contoh dari metode ini adalah inquiry learning dan discovery learning, bahkan menurut Noralia guru dapat mengombinasikan metode dua metode tadi dengan problem-based learning.
Guru dapat memberikan penugasan untuk mencari masalah-masalah di sekitar lingkungan kita. Cara lainnya bisa memberikan penugasan kepada siswa untuk mengikuti berita yang ditayangkan di televisi. Dengan cara ini, literasi siswa akan berkembang karena bisa jadi siswa jarang mengikuti berita, “dipaksa” untuk mengikuti isu tersebut. Agar siswa tak hanya sekadar merangkum isi berita tersebut, guru juga dapat memberikan tugas untuk menganalisis dengan prinsip 5W 1H.
3. Pembelajaran berbasis kolaborasi
Metode pembelajaran ini tidak hanya sekadar melakukan belajar berbasis kelompok saja. Karena metode ini bisa dilakukan oleh satu orang siswa. Dengan pemberian tugas secara individu, jika siswa mengalami kebingungan atau kesusahan dalam mengerjakannya, maka akan muncul inisiatif siswa untuk bertanya, baik bertanya ke teman-temannya, gurunya, atau bahkan mungkin mencari jawaban dari sumber belajar lainnya.
Sehingga pembelajaran berbasis kolaborasi tidak hanya dilakukan secara kelompok saja, tetapi mengandalkan interaksi antara siswa ke siswa, siswa ke guru, siswa ke pihak yang lebih berkompeten, dan lain sebagainya.
Praktik Penerapan STEM di Berbagai Jenjang Pendidikan
Selanjutnya, Noralia menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis STEM dapat diaplikasikan di berbagai jenjang pendidikan dan usia.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pembelajaran berbasis STEM pada siswa di jenjang PAUD, dapat diterapkan melalui kegiatan bermain dan bereksplorasi. Pada usia ini, anak-anak juga sudah bisa diajari dengan konsep STEM yang dasar.
Sekolah Dasar (SD)
Untuk jenjang pendidikan SD, penerapan STEM difokuskan pada pengembangan rasa ingin tahu dan keterampilan dasar melalui kegiatan eksperimen serta proyek yang sederhana.
Baca juga:
Inquiry Based Learning, Metode Belajar Mandiri dan Kritis
Sekolah Menengah
Seiring berkembangnya daya pikir siswa, penerapan STEM dalam pembelajaran bisa semakin kompleks dengan fokus pada pengembangan keterampilan memecahkan masalah (problem solving) dan berpikir kritis (critical thinking).
Perguruan Tinggi
Penerapan STEM juga bisa dilakukan pada jenjang pendidikan Perguruan Tinggi. Pengaplikasian STEM berperan penting dalam mempersiapkan calon profesional di berbagai bidang seperti sains, teknologi, dan rekayasa.
Noralia menerangkan secara lebih rinci mengenai contoh-contoh praktik penerapan STEM dalam berbagai jenjang pendidikan diatas. Anda bisa menyimak contoh-contoh tersebut dalam tayangan ulang webinar Guru Inovatif Class ke-124 pada tautan berikut ini!
GuruInovatif.id menyediakan pelatihan intensif dan privat bersama trainer profesional untuk guru di sekolah Anda. Sekolah Anda pun bebas menentukan tema dan waktu pelatihannya loh!
Klik untuk konsultasi kebutuhan guru sekolah Anda
Penulis: Eka | Penyunting: Putra