Haloâ¦
Namaku Nurtia Lestari, orang-orang biasa menyapaku dengan panggilan Bu Tia.
Aku adalah seorang guru honorer yang sudah mengabdi sejak tahun 2013. Seorang lulusan S1 dari salah satu universitas swasta terfavorit di kotaku Purwokerto. Aku menempuh kuliah S1 di Universitas Muhammadiyah Purwokerto dengan menempuh pendidikan kurang lebih 3.5 tahun dan berhasil lulus dengan predikat cumlaude. Puji syukur Alhamdulillahâ¦
Tidak lama setelah lulus dari almamaterku, aku mendaftarkan diri dengan bangga menjadi seorang pendidik dan pengajar di salah satu sekolah negeri yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalku, kurang lebih membutuhkan waktu 20 menit. Aku mantap menjadi seorang guru, ini adalah passionku. Disertai restu kedua orang tua dan kakaku, aku mendaftar dan langsung diterima di SD Negeri 4 Bancarkembar, Korwilcam Dindik Purwokerto Utara. Disinilah awal mula perjalananku sebagai seorang guru.
Hari pertama aku bertemu dengan anak didikku di kelas, tidak ada kata lain selain kata JATUH CINTA. Ya,,, aku jatuh cinta dengan tatapan pertama mereka terhadapku. Aku jatuh cinta dengan senyum manis mereka terhadapku, aku jatuh cinta dengan suara-suara kecil mereka⦠Aku seorang perempuan yang sangat menyukai anak-anak. Anak-anak manis yang sangat membutuhkanku, anak-anak generasi pemerbaik bangsa yang harus aku arahkan, anak-anak amanah dari Yang Maha Kuasa yang harus aku sayangi sepenuh hatiku.
Tidak ada alasan untuk tidak semangat setiap pagi berangkat menuju sekolah tempat aku mengajar. Ada anak-anak yang sudah menungguku di parkiran. Menunggu membawakan tasku dan menjabat tanganku dengan hangatnya tangan mereka. Mendengar suara teriakan mulut kecil mereka yang memanggil Bu Tiaaaaaaaaa ketika motorku sudah sampai di gerbang sekolah, melihat indahnya senyuman mereka.
Aku mengajar anak-anak kelas rendah yaitu kelas 2. Kelasku dipenuhi dengan anak-anak yang sangat polos, lucu dan menggemaskan.
Walau tidak sedikit orang yang meremehkan guru yang mengajar kelas rendah tidak sekeren dengan guru yang mengajar kelas tinggi, tapi tidak denganku. Aku sangat menikmati, mensyukuri dan menyukai mengajar di kelas rendah yang sangat membutuhkan kesabaran, kasih sayang, kelembutan serta ikatan batin yang kuat antara guru dengan anak didiknya. Karena mereka menganggapku sebagai Ibu mereka di sekolah, begitupun aku yang menganggap mereka sebagai anakku sendiri.
Gaji pertamaku adalah Rp300.000,00. Alhamdulillah.. tetap kujalani dengan semangat memberikan ilmu yang kupunya untuk semua anak didiku.
Membimbing dengan sepenuh hati anak-anak disleksia dan disgrafia, walau tidak semua dan hanya saparuh dari keseluruhan anak didikku di kelas.
Yang aku selalu tanamkan pada diriku adalah syukuri setiap prosesnya, maka semua akan dilakukan dengan hati senang dan bahagia. Berbagai usaha, strategi, dan model belajar aku terapkan untuk anak didikku.
Anak didikku yang masih mengalami kesulitan membaca dan menulis, selalu aku berikan jam belajar tambahan seusai pembelajaran selesai. Mereka tetap belajar bersama dengan teman-teman mereka seperti halnya anak yang lainnya. Tetap mengikuti pelajaran seperti biasanya, hanya ada tambahan jam belajar khusus untuk mereka seusai jam pulang sekolah. Mereka senang dan semangat untuk bisa.
Dukungan dari sekolah dan wali murid membuatku semangat untuk terus mendampingi anak didiku di sekolah. Wali murid sangat senang dan berterimakasih. Semua aku jalani dengan hati yang ikhlas. Tidak mengharap apapun dari siapapun kecuali Ridho Sang Maha Kuasa atas diriku. Latar belakang wali murid di sekolah tempat aku mengajar, sebagian besar bermata pencaharian buruh, serta anak-anak korban perceraian orang tua. Hal itu membuatku semakin bersemangat untuk selalu memberikan berbagai ilmu kehidupan untuk semua anak didiku di sekolah sebagai bekal mereka nanti saat sudah dewasa.
Salah satu anak didikku dulu yang bernama Danar Widyanto, aku dampingi lomba menari sampai tingkat provinsi, tapi bukan aku yang melatihnya.Aku juga tidak sempat mengajarnya di kelas, hanya saja Ia sering main ke kelasku, karena adik ke-2 nya masih duduk di kelas 2. Sekarang Ia sudah tumbuh dewasa. Mengingat wajah polos dan kesederhanaannya di sekolah, tutur katanya terhadap semua guru, dan sikap Danar terhadap adik-adiknya yang begitu sabar dan menyayangi.
Sekarang berhasil menjadi Juara 3 Lomba Ajang Menyanyi di salah satu TV Swasta yang ada di Indonesia. Hal itu membuatku sangat terharu walau hanya sebentar bisa mendampinginya di sekolah dasar.
Kenangan yang paling aku ingat saat Danar sudah lulus SD dan masuk salah satu SMP favorit di Purwokerto, suatu hari Ia main ke kelasku sepulangnya dari sekolah. Dia bercerita tentang sekolahnya yang baru, dan meminta saranku untuk memilih ekstrakurikuler apa yang akan dia ambil di SMP karena dia anak yang punya semangat belajar tinggi dan mau berusaha. Di tengah obrolan kami, aku bertanya : âcita-cita kamu nanti apa mas?â dan Danar menjawab:"jadi penyanyi bu". Spontan aku terkejut dan mengAamiinkan jawaban Danar. âAamiin nak,semoga Allah kasih jalan ya mas Danar.âjawabku. Kenangan itu selalu ku ingat.
Itulah sedikit kisah perjalanku menjadi seorang guru honorer sejak tahun 2013 sampai tahun 2022. Semoga dengan Ridho Yang Maha Kuasa di tahun 2022 ini aku sudah pantas untuk menjadi seorang aparatur negara yang amanah, bermanfaat, berdedikasi dan selalu berkarya untuk bangsa. Aamiin.
Salam hangat,
Nurtia Lestari