Dimulai dari bulan Juli tahun 2007, merupakan masa yang takkan pernah bisa Saya lupakan, bulan itu sangat terkenang karena merupakan kali pertama Saya diterima dan bekerja di sebuah sekolah boarding (berasrama) di daerah paling ujung barat pulau Jawa. Karena berasrama, semua guru dan tenaga pendidik juga siswa tinggal bersama dalam kompleks pendidikan. Area siswa putra dan putri terpisah dengan danau sebagai pembatas interaksinya.
Sekolah berasrama kami ini memiliki luas yang tak kurang dari 30 hektar dengan kontur berbukit-bukit naik turun. Dulunya memang hutan yang memang sengaja dibuka untuk lahan kompleks sekolah ini, sehingga masih lekat nuansa hutannya dengan banyak pohon besar disana sini. Karena ex hutan ini juga lah, banyak upaya-upaya baru, yang memang belum terlalu ajeg diawal pendiriannya, semisal instalasi listrik dan koneksi internetnya. Internet sendiri bisa dibilang barang âsusahâ saat itu karena tidak semua provider bisa memfasilitasi karena sangat jauhnya dari perkotaan.
Setiap hari kami tinggal disini, ada yang bertugas di asrama, ada juga yang difasilitasi rumah guru. Singkatnya, dalam waktu 24 jam sehari atau 7 hari seminggu kami bersama para siswa-siswi, mengajar mereka sesuai dengan amanah dan tanggung jawab masing-masing. Hal ini sebenarnya merupakan keuntungan bagi para siswa untuk dapat belajar lebih banyak dari para gurunya karena tinggal sekompleks. Namun kendala geografis lah yang menyebabkan hal ini sulit dilakukan, jauhnya jarak dan medan yang lumayan berat menjadi masalah tersendiri. Untuk menanyakan perihal suatu hal atau berdiskusi dengan gurunya, para siswa harus menunggu ketika pertemuan di kelas esok harinya.
Kondisi hijaunya sekolah kami dipotret dari satelit via gmap. Suatu ketika setelah banyak berdiskusi dengan sebagian guru yang lainnya, tercetus mimpi untuk membangun model pembelajaran jarak jauh. Konsepnya sederhana, agar siswa bisa belajar setiap saat dan dimana saja, mau di sekolah ataupun di asrama mereka bisa berinteraksi dengan guru atau diskusi dengan siswa yang lainnya, namun tidak tergantung dengan koneksi internet. Karena jangankan koneksi internet yang kencang, beberapa provider pun âlempar handukâ (menyerah) memasang koneksi internet di tempat kami, walhasil sekolah kami juga seperti nyaris terputus dari arus informasi yang up to date setiap harinya.
Sehingga akhirnya kami bangun koneksi jaringan intranet (lokal) perlahan-lahan sebisa kami. Kami memimpikan agar pembelajaran kepada siswa-siswi bisa berlangsung lebih efektif dan kontinyu. Toh mereka (siswa-siswi dan guru) rata-rata sudah punya laptop masing-masing, selain itu disebagian titik strategis sudah terpasang jaringan komputer baik dengan kabel ataupun wireless (walaupun seadanya). Tanpa koneksi internet pun, rasanya Kami optimis bisa membangun komunitas pembelajar disini asalkan para guru dan siswa kompak, serta ada keinginan untuk terus menerus belajar dan berbagi.
Ilustrasi jaringan intranet yang dibangun (tanpa melibatkan internet). Sumber : https://www.dunia-belajar.com Kami kemudian memberanikan diri bertemu dengan para pengambil kebijakan di lembaga, kemudian dengan corat-coret konsep bagaimana pembelajarannya, teknologi yang akan mensupportnya, dan infrastruktur yang nantinya akan diperlukan. Setelah sowan sana sini, Alhamdulillah respon positif yang kami dapatkan. Kemudian sambil diskusi dengan teman-teman di forum dan komunitas, secara teknis kita menyusun beberapa opsi agar bisa dieksekusi.
Dengan segala pertimbangan dan diskusi, termasuk keterbatasan anggaran yang dimiliki, pilihan kami akhirnya tertuju pada Learning Management System (LMS) Moodle dan Drupal yang bersifat open source (free dan gratis) serta pilihan-pilihan software yang lain juga kami ambil yang gratis.
Mulai Membangun
Untuk servernya kami menggunakan PC Server ala kadarnya berasal dari PC Desktop yang bisa dimanfaatkan, walaupun PC bekas namun performa tetap bisa diandalkan. Pada tahap awal kami ujikan dengan diakses secara bersamaan oleh satu kelas, nampak server kami tetap stabil dan tetap cool .
Tahapan berikutnya merupakan tahapan yang lebih menantang yakni mendata berapa banyak ruang kelas/asrama yang dapat terkoneksi ke jaringan lokal. Karena skenarionya server ini hanya akan diakses dikomplek sekolah kami saja, maka pengecekan di ruang-ruang kelas dan kantor serta asrama menjadi penting untuk dilakukan. Dari pendataan ini nanti kami akan mengevaluasi dan mengajukan bilamana diperlukan perangkat jaringan baru agar desain pembelajaran ini lebih cepat bisa diterapkan.
Singkat cerita, setelah semuanya kami siapkan, akhirnya kami coba koneksi dengan jangkauan yang lebih luas. Tahap pengujian ini bukannya tanpa masalah, dengan tantangan kontur yang berbukit serta medan yang teramat luas. Beberapa kali koneksi antar wilayah putra-putri tidak bisa terhubung. Ujicoba berlangsung berhari-hari, kadang berhasil, tidak jarang juga gagal, hal ini tidak membuat kami menyerah, teman-teman di komunitas juga sangat membantu kami. Akhirnya pengujian lagi dan Alhamdulillah satu masalah telah terpecahkan, kedua wilayah sekarang sudah bisa terhubung dengan baik.
Inilah saatnya !
Setelah masa uji coba dirasa cukup, akhirnya kami mulai demokan ke forum guru, sekitar 2 jam diberikan sesi untuk presentasi, ternyata tanggapan dan reaksinya cukup beragam. Ada yang antusias, namun ada juga yang masih menilai pesimis, terutama pengajar yang sudah merasa pada âzona nyamanâ nya. Awalnya kami sempat down , namun perasaan ini pupus sudah ketika kami sosialisasikan ke para siswa, melihat wajah mereka yang berbinar-binar, serta antusiasme yang tinggi untuk mencoba mengutak atik sistem ini, mereka mengaku senang dan bersemangat untuk belajar karena informasi saat ini telah menjadi mudah untuk ditemukan, interaksi dengan para guru menjadi gampang dan pembelajaran dapat dilakukan dimana saja. Nampaknya hal-hal inilah yang menjadi penyemangat kami untuk menuntaskan pekerjaan yang tinggal sedikit ini.
Para Siswa saat menggunakan sistem ini saat berada di laboratorium. Saat sedang di perpustakaan
Pembelajaran di laboratorium komputer
Terkoneksi juga dengan para karyawan di area perkantoran Dengan dukungan segenap stakeholder , beberapa kali program pelatihan untuk guru berhasil kami lakukan, manual book nya juga sudah rapi terbukukan. Perlahan namun pasti, model pembelajaran ini setidaknya memberikan warna baru model pembelajaran ditengah-tengah kami.
Bahkan dalam beberapa kesempatan, model pembelajaran kami pun mendapatkan pujian dari dinas pendidikan setempat. Kami juga diminta untuk melakukan presentasi pada forum yang diselenggarakan oleh Balai penyediaan media belajar Provinsi Banten yang dihadiri oleh hampir semua Kepala Sekolah di provinsi ini.
Tak cukup disitu, terhitung beberapa kali kunjungan sekolah-sekolah lain, jurusan Pasca Sarjana Teknologi Pendidikan di salah satu Universitas, dinas pemerintahan terkait juga silih berganti mendatangi kami untuk silaturahmi dan studi banding. Semoga hal ini semakin menyemangati kami untuk berkarya lebih banyak.
Kunjungan Studi Banding dari sekolah lain. Sumber : dokumentasi penulis Undangan untuk menjadi pemakalah di Universitas Airlangga Surabaya. Sumber : dokumentasi penulis Undangan untuk menjadi pemakalah di Universitas Airlangga Surabaya. Sumber : dokumentasi penulis Undangan untuk berbagi pada forum di Pusdiklat Kementerian ESDM RI. Sumber : dokumentasi penulis Undangan untuk berbagi pada forum di Pusdiklat Kementerian ESDM RI. Sumber : dokumentasi penulis Sedikit demi sedikit, dengan berbagai saran dan masukan sistem ini kami lengkapi konten pembelajarannya agar lebih menarik dan memberikan semangat kepada semua penggunanya. Beberapa tampilan diantaranya sebagai berikut
Tampilan depan
Display Video Sharing karya siswa pada portal pembelajaran (Youtube versi lokal)
Display kelas virtual pembelajaran
Grafik perolehan nilai pengerjaan siswa jika siswa sudah selesai mengerjakan ulangan Demikian kisah perjalanan kami, Saya makin meyakini bahwa ungkapan âdimana ada kemauan disitu ada jalanâ benar-benar nyata adanya. Usaha yang kami lakukan mudah-mudahan dapat berkontribusi dalam peningkatan mutu pembelajaran. Sehingga makin banyak siswa yang terakselerasi peningkatan pemahaman dan keilmuannya.