Artikel
IMPLEMENTASI AKSARA JAWA DENGAN PROFIL PELAJAR PANCASILA
Oleh : Sri Suprapti, Guru Bahasa Jawa SMP Negeri 8 Surakarta
Implementasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pelaksanaan atau penerapan. Pengertian lain dari implementasi adalah penyediaan sarana untuk melakukan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap suat hal. Pengertian implementasi menurut Sudarsono, adalah suat aktivitas yang berkaitan dengan penyelesaian suat pekerjaan dengan penggunaan sarana / alat untuk memperoleh hasil dari tujuan yang diinginkan.
Pengertian menurut Nurdin Usman, adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu system, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suat kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. Jadi apabila disimpulkan bahwa implementasi adalah aktivitas yang berkaitan dengan penyelesaian atau pekerjaan agar berjalan sesuai tujuan dan efektif.
Pada kesempatan kali ini siswa diajarkan menulis aksara Jawa dengan pasangan dan sandhangan sederhana antara lain :aksara nglegena, pasangan, sandhangan panyigeg, sandhangan swara, sandhangan wyanjana, aksara ganten. Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut : 1) Aksara Nglegena,adalah huruf jawa yang belum mendapatkan wuwuhan berupa sandhangan berjumlah 20 huruf. Contoh :
2) Pasangan adalah symbol- symbol yang berguna untuk mematikan atau menghilangan huruf vocal pada aksara nglegena. Wujud pasangan aksara Jawa :
Sandhangan adalah symbol dalam aksara Jawa sebagai penanda yang akan mengubah vocal dasar pada aksara Jawa.Sandhangan Aksara Jawa berguna untuk memberi suara atau merubah suara aksara Jawa yang tadinya hanya nglegena suara a (belum ada sandhangannya), menjadi mempunya a suara bermacam-macam sesuai dengan sandhangan yang ditempel di aksara Jawanya. Bentuk sandhangan ada 3 jenis, yaitu : sandhangan swara (wulu, suku,taling tarung, dan pepet), sandhangan panyigeg wanda (layar, cecak, wignyan, dan pangkon), dan sandhangan wyanjana (cakra, cakra keret, cakra suku, dan pengkal).
Selanjutnya adalah sandhangan swara dan sandhangan panyigeg wanda.
1) Sandhangan Swara:
a) Swarai , namanya wulu ,
b) Swarau, namanya suku,
c) Swara é, namanya taling,
d) Swara o, namanya taling tarung,
e) Swarae, jenengé pepet,
Khusus untuk aksara ra dan la , tidak perlu di pepet , namun bentuknya aksara menjadi
2. Sandhangan Panyigeg Wanda, antara lain :
a) Gantinya sigeg nga, namanya cecak,
b)Gantinya sigeg ha, namanya wignyan,
c) Gantinya sigeg ra , namanya layar,
d) Panyigeg/untuk huruf mati, namanya pangkon,
Huruf yang mendapatkan pangkon/huruf mati, maka suaranya jadi mati. Pangkon di sini tidak boleh dipergunakan untuk huruf ha, ra dan nga, karena sudah menggunakan sandhangan wignyan, layar, dan cecak. Sandhangan huruf mati ini berada diakhir kata atau kalimat yang mempunyai huruf mati. Apabila ditengah-tengah kalimat, sandhangan ini bisa dijadikan pengganti pada lingsa/tanda koma (,).
Dalam pembelajaran Aksara Jawa ini menggunakan model tatap muka, diskusi kelompok dengan tujuan agar siswa dapat memahami huruf dengan pembelajaran semi game yang menarik dan menyenangkan. Siswa diarahkan untuk menggali informasi terkait konsep materi yang dipelajari dengan membaca atau mencari sumber lain. Kegiatan seperti ini untuk mengembangkan sikap mandiri dan kreatif dalam mencari informasi.
Selain itu Siswa juga diminta untuk menunjukkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh Guru kepada teman sebangku untuk dikoreksi dan saling berbagi informasi. Kegiatan seperti ini untuk mengembangkan sikap jujur, kritis, dan disiplin dalam mengkomunikasikan hasil-hasil tugas. Dan juga siswa menyajikan jawabannya di depan kelas untuk menanggapi pernyataan teman lainnya. Guru menjadi penengah bila dirasa perlu. Kegiatan ini untuk mengembangkan sikap demokrasi dan saling menghargai satu dengan yang lainnya.
Dengan pernyataan seperti tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa setelah mempelajari menulis aksara Jawa, Siswa bisa belajar untuk bersikap jujur, disiplin, berpikir kritis dalam ranah melestarikan budaya, dan berkebhinnekaan global serta saling menghormati dalam berkomunikasi antar sesama teman, guru orang tua dan sesama manusia. Siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar yang terencana, untuk mencapai tujuan sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.