Berinovasi Dari Kegiatan Refleksi Kelas
Oleh: Tetty Endriyani,S.Pd
Peningkatan potensi diri secara berkesinambungan merupakan satu hal yang harus dilakukan oleh seorang guru. Keinginan tersebut didorong untuk memiliki kualitas pelayanan pendidikan terbaik yang nantinya akan diberikan kepada peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. Termasuk saya sebagai guru yang mengampu Mata Pelajaran IPS dan sudah 12 tahun bertugas di dunia pendidikan pun harus melakukan peningkatan potensi diri. Nah timbul pertanyaan harus mulai dari mana? Sementara banyak sekali kekurangan yang harus ditingkatkan pada diri .
Mulai pertengahan Maret 2020 negara Indonesia mengalami masa pandemi, hal ini berdampak sekali pada proses pembelajaran disekolah, Banyak penyesuaian -penyesuaian sistem pelayanan pendidikan pada peserta didik dilakukan sebagai upaya agar tidak terjadi kehilangan pembelajaran. Seiring dengan hal tersebut guru harus memiliki inovatif serta kerja kreatif dalam menciptakan pembelajaran yang efektif dan efesien, juga harus bisa menguasai tekhnologi karena pembelajaran yang dilakukan dengan sistem daring melalui pemanfaatan teknologi digital.
Awalnya saya sebagai guru juga kesulitan untuk menyesuaikan diri pada situasi tersebut. Namun banyak teman sejawat dilingkungan tempat bertugas memberikan motivasi sehingga saya terdorong untuk menguasainya. Alhamdulillah melalui motivasi dari teman-teman, saya pun mampu melaluinya, dengan belajar dan berlatih serta mengikuti webinar dan pelatihan - pelatihan.
Saat ini pandemi sedikit demi sedikit mulai mereda, namun kita harus tetap waspada agar wabah pandemi tidak meningkat lagi dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Guru tetap saja harus terus mampu berinovasi dalam menciptakan pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Salah satu contoh aksi nyata yang saya lakukan sebagai seorang guru IPS adalah berinovasi dalam pembelajaran melalui kegiatan refleksi dikelas.
Sumber foto Penulis: Foto Proses refleksi pembelajaran
Peserta didik tidak semuanya mampu menguasai materi pembelajaran dengan cepat dan maksimal. Nah, pengalaman saya yang mungkin juga terjadi pada bapak dan ibu guru lainnya pada saat proses kegiatan pembelajaran selesai, tepatnya pada kegiatan refleksi ketika anak ditanya apakah sudah bisa mengerti atau menguasai materi, mayoritas mereka akan diam saja. Hal ini saya temui pada salah seorang peserta didik yang ekspresi wajahnya selalu tampak murung pada kegiatan refleksi. Setelah saya lakukan assesmen non kognitif padanya dia menjawab ââmalu bu'' kalau menjawab belum paham atau belum menguasai materi. Karena kasus tersebut saya pun mencari ide untuk mencari solusi.
Akhirnya saya temukan ide untuk membuat buku saku yang diberi nama ââBursa Dampeng''. Bursa Dampeng merupakan buku saku yang dipersiapkan untuk peserta didik terutama mapel IPS. Peserta didik menuliskan secara pribadi tentang penguasaan materi yang mereka capai secara jujur dalam ââBursa Dampeng''. Bursa Dampeng merupakan akronim dari ââBuku Refleksi Saku Dampak Pengetahuan. Bursa Dampeng saya buat setiap peserta didik satu buku. Biasanya setelah peserta didik menuliskan kekurangan atau penguasaan tentang materi mereka pada kegiatan refleksi pada Bursa Dampeng, saya akan membimbing mereka untuk mengekspresikan batas penguasaan materi mereka pada tarian Dampeng. Tarian Dampeng adalah tarian khas daerah saya yaitu Daerah Kabupaten Aceh Singkil. Tari Dampeng biasa digunakan pada acara penting untuk menyambut tamu pada acara resmi atau hajatan, seperti pernikahan atau khitanan. Selanjutnya peserta didik membuat syair lagu berdasarkan penguasaan materi yang mereka capai. peserta didik yang terpilih akan menyanyikan syair lagunya sambil menarikan tarian Dampeng bersama peserta didik lainnya. Hal ini bertujuan untuk menanamkan dan mengenalkan budaya kearifan lokal agar tetap terjaga dan lestari.
Sebagai penutup cerita ââBursa Dampeng merupakan inovasi yang diciptakan untuk mempermudah kegiatan refleksi dalam proses pembelajaran sekaligus menanamkan nilai-nilai budaya kepada peserta didik yang dimiliki daerah. Melestarikan budaya daerah merupakan penanaman nilai-nilai kharakter berkebinekaan. Hal tersebut juga merupakan salah satu elemen kunci menghasilkan Profil Pelajar Pancasila.