Guru Pelosok, Prestasi Siswa Mencolok - Guruinovatif.id

Diterbitkan 09 Mei 2022

Guru Pelosok, Prestasi Siswa Mencolok

Dalam salah satu kutipan terkenalnya, bapak pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara menyampaikan “Anak-anak tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.” 

Cerita Guru

Dwi Nurwahyudi, S. Pd.

Kunjungi Profile
651x
Bagikan

Dalam salah satu kutipan terkenalnya, bapak pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara menyampaikan “Anak-anak tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.” 

 

Sumber gambar : Suarasurabaya.net

 Hal pertama yang saya lakukan, saat ditempattugaskan di daerah yang tergolong jauh dari pusat pemerintahan, yaitu di Cibaliung Kabupaten Pandeglang, dengan jarak tempuh tiga jam untuk ke pusat pemerintahan jika menggunakan kendaraan umum maupun pribadi. Saya langsung mencari data mengenai angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Pandeglang, hal tersebut saya lakukan karena ketika kali pertama mengajar di September 2019, saya mendapati sistem pengajaran yang ada di daerah pelosok tempat saya bertugas terbilang cukup tertinggal, data yang saya dapatkan, yaitu; angka IPM pada tahun 2017 tercatat sebesar 63,82, di tahun 2018 naik menjadi 64,24, kemudian menjadi 64,91 di tahun 2019, berlanjut ke angka 65,00 di tahun 2020, dan menjadi 56,17 poin di tahun 2021. Meskipun mengalami kebaikan sebanyak 0,26% dari tahun sebelumnya. “Dari angka kenaikan 0,26% (dari tahun 2020),(tapi) masih di bawah rata-rata provinsi yang mencapai 0,37%,” (Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pandeglang, Achmad Widijanto, Jumat, 7/1/2022). 

Dari data yang saya dapatkan, saya bermaksud mencari metode belajar atau formula yang tepat, sehingga bisa saya terapkan untuk mengajar di kondisi yang sudah terbentuk di Cibaliung Pandeglang.

Lebih lanjut, Widijanto menjelaskan jika perhitungan IPM di Pandeglang untuk sektor pendidikan dipengaruhi oleh rata-rata lama sekolah yang berkisar di angka 7-11 tahun. Artinya penduduk Pandeglang hanya sekolah sampai kelas 2 SMP dan faktor penentu lainnya yaitu, harapan lama sekolah, yang sudah mencapai 13,49 poin untuk bisa mencapai kuliah.

 

 

Melihat variabel kedua, faktor harapan lama sekolah. Saya optimis jika peserta didik di sekolah-sekolah yang ada di Pandeglang memiliki potensi yang mampu bersaing dengan peserta didik di kabupaten atau provinsi lainnya, meskipun adanya di pelosok. Kuncinya adalah Sumber Daya Manusia (SDM) pengajar yang menjadi titik vital dalam upaya kenaikan angka IPM sebagai garda terdepan dan pembaharuan metode ajar yang harus dikenalkan kepada peserta didik.

Metode yang digunakan di sekolah pelosok terbilang metode lama atau jadul, yaitu sebagian besar masih menggunakan metode ceramah saat mengajar. Belum maksimalnya upaya digitalisasi dalam pembelajaran jelas menambah daftar semakin tertinggalnya metode yang digunakan oleh pendidik, pengenalan metode belajar yang dipadukan dengan teknologi, saat ini menjadi jawaban sekaligus jembatan yang mampu menghubungkan daya saing peserta didik yang ada di pelosok dengan peserta didik lainnya yang sudah lebih dulu tersentuh digitalisasi.

Terbukti, pada 6 Oktober 2021. Saya dan seorang rekan sesama guru mata pelajaran berhasil mendampingi tiga orang peserta didik dalam lomba Kebahasaan dan Kesastraan dalam rangka Bulan Bahasa dan Sastra Tahun 2021 yang diselenggarakan oleh Badan Bahasa. Untuk lomba di level nasional tentu bukan hal mudah, kami harus bersaing dengan sekolah negeri dan swasta se-Indonesia dan melewati beberapa tahap seleksi hingga akhirnya gugur di babak 18 besar dalam lomba yang dikompetisikan oleh tiga kelompok dalam tiap babak. Saat itu sekolah kami MTsN 3 Pandeglang bersaing dengan MTsN 6 Bantul DIY, SMP Islam Teratai Putih Global Jawa Barat, SMPN 1 Gombong Jawa Tengah, SMP Islam Tunas Harapan Semarang Jawa Tengah, MTsN 6 Jakarta, UPTD SMPN 1 Sinjai Sulawesi Selatan, SMP IL Kapten Fatubaa Atambua Belu NTT, SMP Muhammadiyah Program Khusus Kotabarat Surakarta Jawa Tengah, MTsN Wajo Sulawesi Selatan, SMP Swasta Tunas Bangsa Cakung DKI Jakarta, MTsN 6 Pasuruan Jawa Timur, SMPN 10 Kota Sukabumi Jawa Barat, SMP Syubbanul Wathon Malang Jawa Tengah, SMPIT Nurul Fikri Bekasi Jawa Barat, MTs Ja-al Haq Kota Bengkulu, SMPM 3 Pontianak, dan Binus School Bekasi Jawa Barat.

Menyikapi kekalahan kami saat babak 18 besar tersebut, kami melakukan evaluasi bahwa memang adanya kurang persiapan yaitu saat babak penyisihan peserta didik kami tidak biasa mengoprasikan komputer, mereka kagok saat mengetik di keyboard dan berujung habisnya waktu untuk menjawab soal.  

Meski demikian, prestasi peserta didik kami hingga mampu bersaing di level nasional menjadi kebanggan tersendiri karena menjadi satu-satunya perwakilan di Kabupaten Pandeglang dan Provinsi Banten. Dengan kondisi sebelumnya, peserta didik kami tidak mengenal cara pengoperasian komputer dan kurangnya pembaharuan metode pengajaran.

Dengan mengoptimalkan peran sebagai pendidik dan upaya mengaplikasikan berbagai metode mengajar yang beragam, menyelaraskan dengan perkembangan teknologi. Harapan naiknya angka IPM di daerah yang jauh dari ibu kota dan naiknya daya saing peserta didik di daerah pelosok bukanlah tidak mungkin. Semoga peran kita sebagai pendidik selalu mendapat dukungan dari berbagai pihak yang memegang kebijakan.

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Mengajar adalah panggilan jiwa

eti rohaeti

Apr 25, 2022
6 min
Kisah Seorang Babu Menjadi Guru
Quiver Sebagai Media Pembelajaran Mewarnai

Ibrohim,S.Pd

Mar 18, 2023
2 min
STRATEGI SIARIL GADIS JAWA DAN WAYANG DAMEN MELALUI DIGITAL LEARNING DALAM PENGUATAN PROFILE PELAJAR PANCASILA BERBASIS PROJECT
4 min
Memanusiakan Murid

Pujiyati

Apr 18, 2022
1 min

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar