Pandemi. Satu kata ini mungkin menjadi titik balik semua orang, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia. Pandemi ini telah merubah semua hal, termasuk pekerjaan saya sebagai guru. Saya mengajar di sebuah lembaga bahasa di Semarang. Banyaknya kelas yang saya ajar berbanding lurus dengan banyaknya siswa di lembaga tersebut. Ketika pandemi datang, jumlah siswa menurun secara signifikan, demikian pula kelas yang saya ajar. Tetapi tidak mengapa, pandemi justru membawa berkah tersembunyi bagi saya.
Mari kita kembali pada saat sebelum pandemi datang. Bayangkan saya, sebagai seorang guru, datang sebelum jam mengajar saya tiba. Saya menyiapkan segala pernak-pernik yang saya butuhkan untuk mengajar hari itu, jika perlu, saya berselancar di internet untuk mencari ide atau bahan ajar yang dibutuhkan. Pencarian saya sebatas pada platform yang saya kenal pada saat itu. Karena saya mengajar bahasa Inggris, saya sering menggunakan latihan-latihan di islcollective.com dan YouTube, atau mendesain sendiri latihan-latihan yang akan saya berikan kepada siswa dengan menggunakan Ms.Word atau Powerpoint. Setelah menyiapkan semuanya, lalu saya masuk kelas, berdiri di depan siswa-siswa saya, dan mulai mengajar.
Platform lama
Sebagai seorang guru, saya harus berpikir bagaimana cara supaya materi yang saya sampaikan tidak terkesan monoton. Kenyataannya, bahkan sebelum pandemi saya sering mencari platform yang asyik untuk pembelajaran. Apakah saya sudah mengatakan jika pandemi membawa berkah tersembunyi bagi saya? Ya, berkah pandemi ini luar biasa sekali bagi saya yang suka haus akan inovasi baru dalam pembelajaran. Ketika pandemi, kita harus beralih dari platform luring ke platform daring. Maka, saya mulai mencari-cari platform yang tepat untuk proses pembelajaran yang saya lakukan. Saya mulai mengenal Zoom meeting, Google Docs, Google Slides, Google Form, dan juga Google Jamboard. Sebenarnya saya sudah mengenal Zoom meeting jauh sebelum platform tersebut ramai digunakan untuk pembelajaran daring, meskipun sebelumnya, saya tidak terlalu sering menggunakannya.
Kemudian saya pun mengenal âgamesâ untuk pembelajaran online, seperti Quizlet, Quizizz, Kahoot, Wordwall, dan juga EdPuzzle. Saya mulai mencari-cari di YouTube cara untuk memaksimalkan penggunaan platform-platform yang saya sebutkan di atas. Tentu saja tidak semua platform saya pelajari sekaligus. Platform-platform tersebut datang kepada saya satu persatu. Satu hal mengantarkan ke hal yang lain. Saya juga mengikuti pelatihan atau webinar yang diadakan baik oleh institusi tempat saya bekerja atau lembaga lain, Guru Inovatif, misalnya. Saya pernah mengikuti pelatihan tentang penggunaan EdPuzzle di platform ini. Selain mempelajari, saya juga berusaha memperkenalkan platform yang sudah saya pelajari tersebut kepada rekan-rekan sejawat saya. Mempelajari satu platform baru selalu menyenangkan, dan semua jerih payah saya dalam mempelajarinya terbayarkan ketika siswa senang dengan aktivitas yang saya berikan kepada mereka.
Selama waktu mengajar daring banyak hal yang saya pelajari dan dapatkan. Saya belajar memberikan pembelajaran secara efektif dan efisien. Saya belajar untuk memilah dan memilih platform yang tepat untuk diberikan kepada siswa pada satu waktu. Saya juga belajar untuk bersabar, terutama karena masalah utama dalam pembelajaran daring adalah jaringan internet yang tidak stabil. Maka dari itu, tidak cukup rencana A saja yang harus kita siapkan, tetapi kita juga harus menyiapkan rencana B, C, D, dan seterusnya. Tetapi, hey, saya harus menghadapinya dengan berani. Saya sudah berani meninggalkan zona nyaman saya di mana pertemuan tatap muka lebih menyenangkan daripada berbicara dengan layar monitor. Saya juga harus berani berinovasi dengan platform-platform baru untuk memberikan pembelajaran yang maksimal. Yang dibutuhkan hanyalah rasa ingin tahu yang besar dan keberanian untuk mencoba hal-hal baru. Sepertinya dua hal tersebutlah yang membuat saya menikmati aktivitas mentransfer ilmu sampai hari ini.