Pada Abad ke-21 terjadi peningkatan permintaan terhadap suatu keahlian semakin hari semakin meningkat. Keahlian tersebut seperti, berkolaborasi, berkomunikasi, berinovasi, dan berpikir kritis. Keahlian tadi adalah suatu kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh negara untuk mengembangkan perekonomian, dan industri untuk memenuhi sumber daya manusia yang unggul. Salah satu keahlian yang dapat dipupuk sejak masih sekolah adalah berpikir kritis. Berpikir kritis berkaitan dengan rasa penasaran dan eksplorasi yang terbukti saat diskusi dan pertanyaan saat di kelas. Seorang guru memiliki empat kompetensi dasar yaitu, kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan, sosial. Agar siswa memiliki kemampuan berpikir kritis, umpan yang dapat diberikan adalah dengan mengerahkan pengetahuan pedagogik dan pengetahuan materi yang dimiliki untuk merancang pembelajaran
Kiat tepat untuk merancang konten pembelajaran dengan mengerahkan pengetahuan pedagogik dan pengetahuan materi yang dimiliki guru!
1. Perkuat Pengetahuan Materi Diri
Guru sebagai pemegang kendali di dalam kelas dan memiliki keinginan agar siswa mampu mengetahui hingga mengevaluasi hasil pembelajarannya, maka pengetahuan mengenai materi haruslah diperkuat. Pengetahuan materi pada intinya adalah suatu kemampuan murni dari kompetensi akademik guru mengenai mata pelajaran yang diajar. Pengetahuan akan materi melibatkan pemahaman konsep dan kemampuan pribadi terhadap suatu mata pelajaran. Sehingga, tidak benar jika pengetahuan materi hanya akan menjawab benar atau salah terhadap suatu pernyataan atau pertanyaan. Namun, lebih dari itu seperti memberikan solusi dari kebingungan terhadap konten materi.
Jika guru telah memiliki pengetahuan materi yang kuat, awal pembelajaran tidak melulu menggunakan definisi, melainkan hal-hal konseptual yang dekat dengan siswa. Bahkan bila memiliki perkembangan tentang pengetahuan lain, media-media dan teknologi yang berkaitan dapat dipadu padankan untuk mengukuhkan konten yang dimiliki.
2. Pengetahuan Pedagogik Dipadukan
Pengetahuan pedagogik secara definisi merupakan penambahan makna atau mengenai penyusunan suatu kalimat untuk disampaikan secara sederhana. Sehingga, pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami dengan lebih mudah. Secara konseptual pedagogik adalah pertimbangan bagaimana sebuah pesan bisa diterima dengan baik, dengan menimbang berbagai aspek yang berkaitan dengan penerima pesan baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Terdapat tiga komponen utama mengenai kemampuan pedagogik umum guru, yaitu:
- Proses pengajaran
- Pembelajaran siswa
- Evaluasi dan penilaian.
Pengetahuan pedagogik guru dapat menjadi sebuah hal yang krusial dalam memberikan pengajaran. Sebab, tidak semua murid berada dalam tingkat pemahaman yang sama. Dalam pengetahuan pedagogik, tidak hanya membicarakan mengenai media yang akan digunakan. Akan tetapi, penyampaian pesan dan mudah dipahami adalah kunci untuk membuat siswa memulai jalan pikirannya untuk menjadi pemikir kritis.
Proses pengajaran yang pedagogik dapat dimulai dengan memastikan apakah siswa sudah memiliki pengetahuan tentang materi sebelumnya yang berkaitan erat dengan materi yang dibawakan hari ini. Contoh seorang guru yang ingin mengajar materi Pythagoras, maka guru harus bisa memastikan bahwa siswa sudah mengerti tentang operasi bilangan kuadrat. Atau setidaknya guru sudah menilai apakah materi atau konsep dasar bab sebelumnya sudah didapat dengan baik atau belum.
Untuk memberikan instruksi, pertanyaan ataupun analogi, maka suasana kelas harus kondusif dengan distraksi seminimal mungkin, lalu instruksi atau pertanyaan dapat diberikan. Tentunya, seorang guru sebisa mungkin mengombinasikan gaya belajar siswa di dalam konten yang akan dibawakan, seperti memvisualisasikan suatu instruksi dan pertanyaan dengan benar ataupun memberikan aktivitas untuk anak dengan model belajar kinestetik. Sehingga, kreativitas guru akan terlihat saat pengombinasian aspek pedagogik dengan kondisi kelas dan siswa.
3. Pengetahuan Materi Pengetahuan Pedagogik= PCK
Saat anda sampai pada tahap bacaan ini mungkin anda akan bingung dengan istilah ‘’PCK’’. PCK adalah singkatan dari Pedagogical Content Knowledge. Sehingga, dua kiat diatas adalah pembedahan dari PCK, yaitu pengetahuan materi (Content Knowledge) dan pengetahuan pedagogik (Pedagogical Knowledge). PCK secara definisi menurut Shulman (1987),adalah jawaban atas paradigma yang hilang dalam mengajar. Sehingga, ia merumuskan dua komponen yang dapat melengkapi dan menjawab bagian hilang tersebut dengan, pengetahuan materi dan pengetahuan pedagogik yang dikemas menjadi satu.
PCK sebagai konsep dalam pembelajaran dan dicetuskan oleh Shulman (1987),telah menarik beberapa peneliti untuk mengembangkan dan menggunakannya sebagai hal yang aplikatif oleh guru. Nenek moyang PCK memang memandang dua komponen yang sudah kita bahas tadi sebagai bagian yang harus ada. Namun, seiring berjalannya waktu terdapat tujuh komponen PCK yang dapat digunakan dalam pembelajaran dan lebih spesifik untuk guru. Tujuh komponen ini dikembangkan oleh Morine-Dershimer dan Kent (1999). Namun, untuk bagian awal pahami dua komponen dasar PCK terlebih dahulu agar lebih mudah menyelam dalam tujuh konsep yang dikembangkan oleh Morine-Dershimer dan Kent (1999).
Pada dasarnya PCK akan memfokuskan pengetahuan diri mengenai pengetahuan dan metode belajar siswa, yang dikombinasikan dengan kemampuan dan pengalaman guru. Oleh karena itu, dalam PCK dapat memberikan output dalam kemasan konsep materi yang dibawakan oleh guru dan juga tingkat kognitif dari siswa.
Tidak heran, jika kita dapat memancing pengetahuan siswa dengan konsep pengajaran yang baik, maka mereka dapat menjadi pribadi yang semakin kritis yang dimulai dengan memperhatikan dan tertarik pada materi yang dibawakan oleh guru.
Jika anda masih penasaran bagaimana menjadi guru dengan pengajaran yang efektif, mampu memantik daya berpikir kritis siswa, dan ingin mengenal tujuh konsep PCK yang lebih spesifik. Maka, tidak ada salahnya anda membeli buku terbitan HAFECS yaitu,‘’Cara Mengajar Lebih Efektif dengan Menggunakan PCK’’ dengan dua varian ‘’Bagi Guru Matematika & Sains’’ dan ‘’Bagi Guru Social Science & Humanity’’ melalui https://hafecs.id/buku/.
"Sebuah ruangan tanpa buku ibarat tubuh tanpa jiwa. Hidup tanpa buku seperti ruang gelap tak berlampu."
-Anonim-
Daftar Pustaka:
- Morine-Dershimer, G., & Kent, T. (1999). The complex nature and sources of teachers’ pedagogical knowledge. In Examining pedagogical content knowledge (pp. 21-50). Springer, Dordrecht.
- Shulman, L. (1987). Knowledge and teaching: Foundations of the new reform. Harvard educational review, 57(1),1-23.
Penulis: Muhammad Zakwan
Editor: Khairul Ilham