Namaku adalah Yulli Fransisca Endey, S.Pd. Aku adalah seorang Guru Bahasa Inggris di SMKN 1 Tarakan Kalimantan Utara. Aku memang memiliki gelar sebagai seorang Sarjana Pendidikan. Namun untuk meraih gelar itu memerlukan cerita perjalanannya yang panjang. Menjadi seorang Guru bukanlah sebuah cita-cita bahkan impianku. Aku memang sangat menghargai, menghormati bahkan mengidolakan Guru, tapi tak pernah sedikit pun aku berkeinginan untuk menjadi seorang Guru. Bagiku menjadi Guru sangatlah membosankan, tidak menyenangkan bahkan tidak menguntungkan. Kala itu impian dan cita-cita terbesarku adalah menjadi seorang tentara, tepatnya bergabung di KOWAL yaitu Korps Wanita Angkatan Laut. Ini karena latar belakang keluargaku. Ya, karena aku sangat mengidolakan almarhum papa yang waktu itu adalah seorang anggota TNI-AL yaitu Marinir. Ketika papa meninggal, situasi dan keadaan ini mengubah banyak hal terutama perekonomian keluargaku. Mamaku hanyalah seorang IRT yang tak bisa berbuat banyak karena saat itu masih ada seorang anak kecil yang cacat total yang masih sangat bergantung kepada mama dan aku. Kehidupanku sangat sulit, sehingga tak jarang aku dan mama kekurangan banyak hal karena kami harus memberikan lebih untuk adikku yang cacat itu. Karena situasi dan keadaan inilah yang membuat aku berkeras untuk menjadi orang yang sukses dan bisa membahagiakan mamaku.
Setelah lulus SMA aku berkeras melanjutkan ke perguruan tinggi di Surabaya meski dengan kondisi ekonomi yang berkekurangan demi menjadi tentara. Aku mencoba tes masuk perguruan tinggi negeri sebanyak 2 kali namun gagal. Dan akhirnya supaya tidak sia-sia aku memilih perguruan tinggi swasta yang masih membuka pendaftaran. Namun yang sesuai dengan kantongku hanyalah jurusan pendidikan, dan akhirnya dengan banyak pertimbangan aku memilih jurusan pendidikan Bahasa Inggris. Suka tidak suka aku pun harus menjalaninya. Aku berusaha keras untuk belajar supaya bisa mendapatkan banyak beasiswa yang tersedia dan bekerja paruh waktu, sehingga bisa meringankan beban mama yang ikut membiayaiku. Dengan keadaanku yang demikian, pada akhirnya akupun bisa lulus kuliah dalam waktu 5 tahun meskipun harus menjalaninya dengan banyak duka dan airmata. Setelah lulus kuliah aku memilih menetap di Surabaya selama 2 tahun dan mencoba peruntunganku. Impian dan cita-citaku untuk menjadi tentara gagal kuraih karena banyak hal yang berpengaruh. Aku mencoba mengadu nasib mencari pekerjaan lain. Mulai dari menjadi Marketing door to door, buruh pabrik hingga karyawan perusahaan pernah kujalani. Namun menjadi Guru selalu kuhindari. Pada akhirnya aku harus menyerah berjuang di kota besar ini, dan kembali ke kotaku karena permintaan mama.
Kembalinya diriku ke Borneo Bumi Paguntaka inilah awal mula kisah perjalananku. Takdirku menjadi Guru berawal disini. Tepatnya tahun 2004 akhir, aku kembali ke Tarakan dan mencari pekerjaan. Sekali lagi aku tidak mencari ataupun melamar menjadi Guru. Aku memang berhasil mendapatkan pekerjaan yang bagus yaitu menjadi Sekretaris GM di sebuah Hotel ternama didaerahku. Kemudian karena satu dan lain hal aku berhenti dan menjadi karyawan diperusahaan swasta. Akibat pekerjaan yang tidak pernah menetap dan bertahan lama ini, mama memintaku untuk menjadi Guru saja sesuai ijazah Sarjanaku. Ya, saat itu ternyata mamaku sudah mengatur segalanya. Beliau sudah menghubungi seorang teman lamanya dan meminta tolong untuk memasukkan aku menjadi Guru di tempatnya bekerja. Dan akhirnya pada tahun ajaran baru 2005, aku diterima bekerja menjadi Guru Honor di salah satu SMP ternama di kota ku ini. Saat itu aku masih sangat berat menjalani profesiku menjadi Guru. Aku merasa tidak nyaman dan beban untuk menjadi dan menjalankan profesiku sebagai Guru. Jadi aku bekerja sebagai Guru semata-mata hanya ingin menyenangkan hati mama dan mencari uang. Tidak hanya di SMP, aku juga melamar menjadi Guru di salah satu SMA swasta terkenal, Bimbel dan Guru privat hanya sekedar untuk mencari dan menambah pundi-pundi uangku. Ketika ada seleksi tes CPNS mama kembali memintaku untuk mencoba ikut dan mengadu nasib menjadi PNS. Aku kembali mengikuti keinginan mamaku itu. Niat awalku yang hanya coba-coba dan menyenangkan hati mama ku, ternyata sangat mengejutkanku. Tuhan yang bekerja diluar akal, kehendak dan pikiranku. Tak ku sangka aku bisa lolos tes seleksi CPNS dari sekian banyak pelamar yang serius untuk menjadi PNS. Aku yang hanya seorang anak biasa dan tak punya apa-apa bisa lolos tes PNS dan mewujudkan apa yang menjadi impian mama.
Tahun ajaran baru 2006, aku telah resmi menjadi seorang PNS Guru dan ditempatkan disalah satu SMA dipinggiran kota. Sekolah ini masih sangat baru sehingga gedungnya pun hanya tersedia beberapa saja untuk ruang kelas, dll. Perjalanan dari rumah menuju sekolah tempat ku bekerja harus kutempuh selama kurang lebih 30 menit. Kondisi jalan saat itu sangatlah tidak bagus, jalannya yang berkelok, mendaki dan berpasir, terkadang becek dan berlumpur awalnya membuatku sedih. 2 kali aku harus mengalami kecelakaan akibat kondisi medan jalan ini. Namun perlahan aku bisa beradaptasi dan menerima kenyataan itu. Ada banyak cerita suka dan dukaku disekolah ini. Aku bertemu dengan salah satu guru yang mengajarku ketika aku masih duduk dibangku SMA, namun ternyata beliau adalah Pimpinanku/Kepala Sekolah ditempatku bekerja. Tentu saja aku sangat senang bisa kembali bertemu bahkan bangga bisa menjadi partner kerja bersama beliau. Di SMA ini aku mulai meniti karirku sebagai seorang Guru. Aku berusaha menikmati peranku menjadi seorang Guru, karena aku sadar profesi inilah yang memberiku kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Disekolah ini pun aku belajar banyak hal. Aku mulai mengembangkan pikiran dan keahlian profesiku. Awalnya aku adalah seorang Guru yang sangat disiplin dan tegas. Aku tidak mentolerir siswa yang tidak mengerjakan tugas-tugas sekolah yang ku berikan, sehingga tak sedikit dari siswaku merasakan hukuman yang kuberikan. Aku di berikan julukan âGuru Killerâ oleh siswaku akibat prinsip kedisiplinanku itu. Ada satu peristiwa yang tidak dapat aku dan siswaku lupakan. Ketika itu ada beberapa siswa lelaki yang tidak tuntas dan harus mengikuti remedial. Karena tidak ingin ikut remedial dan mendapatkan hukumanku, mereka berusaha lari menghindariku dengan lompat dari gedung lantai 2 ke lantai dasar. Aku terkejut ketika mengetahui itu, dan tentu mereka mendapatkan hukuman dari sekolah. Tetapi sekarang siswa-siswaku itu sudah sukses dan banyak yang menjadi tentara/polisi. Mereka menyadari kesalahan mereka dan menyadari betapa pentingnya disiplin yang kuberikan saat itu. Setiap kali bertemu di manapun, aku kagum dan bangga kepada mereka karena mereka masih menghormati dan menghargaiku dengan lebih dahulu menyapa dan memberi salam. Dari situ aku banyak belajar mengenal karakter setiap siswa/anak dengan latar belakangnya yang beragam dan juga kebutuhan mereka. Siswa/anak-anak disekolah tempatku bekerja ini mayoritas memiliki latar belakang orang tua yang bekerja sebagai petani. Tentu ini memiliki tantangan tersendiri buat ku dan teman-teman untuk mengatasi masalah yang ada. Aku belajar untuk menjadi Guru lebih memiliki hati nurani dan sabar.
6 tahun lamanya aku mengabdi di SMA itu, dan pada akhirnya pada tahun 2012 aku harus mutasi ke sekolah lain. Perpindahanku ini terjadi karena jarak tempuh yang semakin jauh antara rumah dan tempatku bekerja, karena mengikuti suamiku yang seorang tentara. Rumahku berada di timur, sedangkan sekolahku berada di utara. Semula jarak tempuhku hanya selama kurang lebih 30 menit, harus berubah menjadi 45 menit, sehingga hal ini membuatku lelah. Ditambah lagi karena saat itu aku lama tidak mempunyai anak dan aku ingin program hamil, sehingga semakin menguatkan keingginanku untuk pindah. Akhirnya, dari SMA aku pindah ke SMK yang jaraknya lumayan dekat dengan tempat tingalku. Perpindahan ini sudah tentu memberikan dampak dan perubahan besar dalam kehidupanku. Mengajar di SMA sangatlah berbeda dengan mengajar di SMK. Aku harus mulai beradapatasi kembali dengan banyak hal. Di SMK ini pula aku mendapatkan banyak ilmu baru. Kecintaanku menjadi seorang Guru pun semakin berkembang di sekolah ini. Tantangan pun banyak kuhadapi. Mendapati dan menghadapi siswa yang beragam latar belakang membuatku semakin terpacu. Disini aku tidak hanya sebagai Guru, tapi lebih dari itu aku belajar juga untuk bisa berperan menjadi teman mereka. Karena menjadi Guru saja tidak cukup, siswaku membutuhkanku lebih dari sekedar teman biasa. Aku pun merubah prinsipku yang semula sangat tegas dan disiplin, kini menjadi Guru yang lebih ramah, serius tapi santai, bijak dan humoris. Ya, tentu saja cermin dari perubahanku ini adalah siswa-siswaku, ketika banyak dari mereka yang merasa nyaman dekat denganku, ketika mereka tidak merasa takut dan sungkan lagi untuk bertanya tentang pelajaran dan ketika mereka sangat ingin berlomba-lomba untuk meraih prestasi.
Ketika wabah covid 19 menyerang pada bulan Maret 2020, tentu saja beban Guru menjadi semakin berat. akupun harus mulai beradaptasi, dari yang semula belajar tatap muka, menjadi pembelajaran jarak jauh/PJJ. Banyak kendala yang harus dihadapi selama PJJ ini. Aku harus mengajar siswaku secara online, sementara itu disisi lain aku juga harus menemaniku anak pertamaku yang besar untuk belajar sambil mengasuh anak keduaku yang masih bayi. Tentu saja aku merasa sangat kerepotan dan kelelahan, karena semuanya harus berjalan bersamaan. Tapi disinilah tantangan terbesar yang harus dihadapi. Aku harus belajar mengerti kondisi siswa-siswaku yang mengalami kesulitan dan membantu mereka untuk tetap bisa belajar. Apalagi sekarang aku mendapatkan tugas tambahan sebagai wali kelas. Tentu saja aku harus mengetahui bagaimana kondisi siswaku dan latar belakang orang tuanya. Ya, akibat dari covid 19 ini, banyak siswaku yang mengalami kesulitan belajar karena kekurangan secara finansial. Maklum saja kebanyakan siswaku memiliki orangtua yang bekerja sebagai seorang nelayan, buruh pabrik ataupun berjualan, sehingga mereka harus bekerja juga belajar. Aku berusaha keras untuk memberikan pengertian bahwa mereka masih tetap bisa belajar sambil bekerja, tapi itu tidaklah mudah. Beberapa diantara siswaku gagal dan harus memilih untuk tidak bersekolah karena harus bekerja membantu orang tua mereka mencari uang agar tetap bisa hidup. Aku tau karena akupun pernah mengalami dan merasakan bagaimana kekurangan. Ya, menjadi Guru zaman now tidaklah semudah zaman dulu. Banyak tuntutan dan tantangan yang harus dihadapi bahkan dijalani. Suka atau tidak suka semuanya harus terjadi. Aku berharap dan berdoa semoga aku bisa terus menjadi Guru. Dan yang pasti aku ingin menjadi dan dikenang sebagai Guru yang baik dan benar bagi siswa-siswaku.
Itulah perjalanan dan kisahku menjadi seorang Guru. Banyak hal yang dapat kupelajari, kukenang dan kubagikan. Satu hal pasti yang kuyakini bahwa menjadi Guru adalah hal yang terbaik dan terindah yang kudapatkan. Bukan suatu kebetulan ketika aku bisa menjadi Guru, namun karena Tuhan yang telah memilihku dan yakin bahwa aku memang harus menjadi seorang Guru.