Menjadi pribadi yang mandiri sepertinya sudah terlatih sejak saya kecil. Terlahir dari seorang ibu yang berprofesi sebagai guru serta membuka toko kecil-kecilan di rumah membuat saya belajar arti bekerja keras dan mandiri sejak dini. Saat itu profesi guru belum banyak tuntutan sehingga ibu saya bisa mencari penghasilan tambahan selain menjadi guru. Seringkali ibu terlambat menjemput saya pulang dari sekolah karena ibu harus menyelesaikan tugas mengajarnya. Setelah menjemput saya, kami tidak langsung pulang ke rumah tetapi kami membeli barang-barang toko kami yang habis. Jika anak seusia kami bisa bermain leluasa dengan tetangga, maka saya dan kakak saya satu-satunya harus bergantian untuk menjaga toko, andaikan dapat bermain pun sambil menjaga toko di rumah.
Latar belakang orangtua yang pekerja keras membuat saya yang juga menjadi seorang guru kelas 6 serta ibu dari anak-anak yang masih kecil menjadi tertantang untuk bisa membagi waktu agar dua amanah yang Allah percayakan pada saya bisa berjalan lancar. Masih teringat lekat di pikiran saya saat baru melahirkan buah hati kedua saya di tahun 2017 lalu bersamaan dengan pertama kalinya saya menjadi guru kelas 6. Pada saat itu saya baru saja mutasi ke sekolah dekat rumah saya. Menjadi guru kelas 6 dengan kondisi baru selesai cuti melahirkan dan anak pertama saya yang masih balita serta sedang di masa aktif-aktifnya adalah tantangan terbesar saya saat itu. Tidak jarang saya mengajar dalam kondisi harus siap 24 jam apabila anak pertama saya merengek meminta datang ke sekolah saya. Maklum, anak saya yang pertama pada saat itu sedang ingin bermanja-manja dengan saya seolah masih belum siap menerima bahwa dia memiliki adik bayi. Begitu pula anak kedua saya yang memang masih membutuhkan ASI dan sehari-harinya berada di daycare apabila saya bekerja. Ketika jam istirahat saya berjuang memerah ASI dan mengantarkan ke daycare yang jaraknya 2 km dari tempat saya mengajar. Belum lagi murid kelas 6 saat itu adalah murid dengan karakter yang tidak bisa diam semua. Sungguh paket komplit saat itu yang saya rasakan. Di saat murid kelas satu sampai lima pulang, maka murid saya kelas 6 masih harus saya beri tambahan bimbingan belajar dan terkadang sambil mengasuh anak saya yang pertama. Pada awalnya saya merasa kesulitan namun tidak ada pilihan lagi karena anak saya tidak ada yang mengasuh meski saya sudah berusaha untuk membawanya ke daycare.
Mensyukuri semua yang ada adalah cara saya tetap kuat menjalani dua amanah besar yang Allah berikan. Menjadi ibu dari dua balita yang masih membutuhkan perhatian dari saya serta menjadi guru kelas 6 yang juga harus mempersiapkan pembekalan mereka untuk lulus nantinya. Mencoba terus menggali kemampuan diri agar bisa berhasil mendidik murid kelas 6 karena pada saat itu adalah pengalaman saya menjadi guru kelas 6. Rasa lelah dan ketakutan akan berhasil tidaknya murid saya nanti dalam Ujian Nasional seolah membuat saya semakin terbebani. Alhamdulillah berkat dukungan dari pimpinan, teman-teman, serta keluarga saya bisa melaluinya dengan baik. Meskipun banyak tantangan yang harus saya alami di tahun itu berkaitan dengan murid-murid kelas 6. Sering melihat murid bertengkar, bolos sekolah, dan pernah juga diprotes wali murid. Sekarang saya tetap menjadi guru kelas 6, namun perbedaannya adalah saya seorang ibu dari tiga anak yang masih kecil-kecil serta seorang guru yang semakin bersemangat meng-upgrade diri baik sebagai guru maupun ibu agar saya lebih bermanfaat untuk sekitar. Meskipun saya masih mempunyai satu bayi, satu balita, dan anak yang masih duduk di bangku kelas 3 SD namun saya tidak ingin berhenti disini, saya ingin terus berusaha untuk memperbaiki diri sebagai bentuk rasa syukur saya pada apa yang sudah Allah berikan karena saya bahagia menjadi ibu dan guru. Menyiapkan diri menjadi calon guru penggerak adalah langkah awal saya untuk memulai memperbaiki diri seiring perkembangan zaman. Sedikit demi sedikit belajar tentang membuat video pembelajaran di youtube serta mengikui beberapa event yang berkaitan dengan guru.
Belajar sambil bersenang-senang Teman-teman guru dimanapun berada dan bagaimanapun kondisi kita, marilah kita terus bersemangat untuk memperbaiki diri dalam mengemban amanah sebagai guru. Tantangan yang ada di depan kita bukan untuk membuat kita diam namun justru sebaliknya. Menjadi guru profesional dengan bergerak maju mengikuti perkembangan zaman yang semakin cepat. Semoga kita semua bisa mengemban amanah ini dengan baik aamiin ya Allah.