âMengapa harus mengejar mimpi orang lain?â
âSedang kita punya mimpi sendiri!â
"Pahamilah bahwa defenisi manusia sesungguhnya adalah menjadi paling bermanfaat untuk orang lain"
âTak perlu ambisi menjadi orang besar, namun ambisilah untuk menjadi paling berpengaruh memberi perubahan terbaik untuk orang lainâ.
âSayang!, jika engkau tidak memiliki harta untuk disedekahkan, setidaknya engkau memiliki ilmu yang bermanfaat!â
âJagalah lisanmu untuk tidak melukai orang lain, maka itu cukup menjadi sedekah dalam hidupmu!â
âTerulah berbuat baik, kapanpun dan dimanapun!â
âSebab, kita tidak pernah tau amalan mana yang membawa kita bertemu ilahi!â.
Serangkaian kalimat indah yang terus meneteskan air mata saya, sebuah kalimat yang mungkin tidak bernilai kemewahan namun memberi energi positif dalam hidup saya. Bahkan sampai menulis artikel ini, air mata saya tak henti menetes. Saya menulis artikel ini sebagai jejak pena dihari esok bagaimana sosok motivasi dalam hidup saya kekal abadi lewat karya ini. Saya berharap artikel ini mampu menjadi motivasi untuk semua guru diluar sana, untuk semua wanita, semua ibu, dan semua istri.
Kalimat motivasi diatas adalah kata-kata yang selalu dilontarkan suami saya untuk saya. Hidup saya mungkin tidak beruntung seperti wanita lain yang mampu bergelimang harta atau nafkah dari suaminya. Namun bagi saya berjodoh dengannya adalah anugerah paling terindah dari Allah SWT, karenanya saya mampu menjadi wanita kuat yang berdiri atas sebuah prinsip.
Kisah ini berawal ketika saya menjadi seorang istri diusia muda, 18 Tahun. Allah telah mengatur skenario hidup saya.
Suami saya tentu berjuang manafkahi saya melalui profesinya sebagai driver, hingga menjadikan saya seorang sarjana,
Singkat cerita, ketika saya berada di semester akhir perkuliahan dan sedang mengandung buah hati yang ketiga, cobaan menghampiri. Suami kehilangan pekerjaan, mobil yang sehari-hari dijadikan sumber mencari nafkah rusak, dan kami sama sekali tidak memiliki tabungan. Padahal kedua kakanya masih balita dan butuh susu. Tentu posisi ini sangat menguji tingkat kewarasan saya. Posisi saya benar tertekan, bahkan saya berfikir untuk mengakhir hidup ataukah mengugurkan kandungan saya. Akan tetapi, saya masih dikelilingi orang baik, yang terus memberi energi positif bagi saya sehingga mampu menerima kenyataan tersebut. Allah menunjukkan jalan rejekinya, ditengah usia kandungan saya yang menunggu persalinan, banyak teman kuliah yang meminta saya membuatkan sebuah karya tulis ilmiah dan memberi saya upah atas pekerjaan tersebut. Saya menerima tawaran itu, tanpa mempedulikan kondisi kesehatan saya yang akan melahirkan buah hati, tawaran pekerjaan lain menghampiri yakni menjadi guru honorer disebuah sekolah menengah atas swasta saat itu (pada tahun 2019). Saya tentu menerima tawaran tersebut, tujuan saya adalah memiliki biaya untuk penyelesaian study, untuk balita saya yang masih minum susu dan untuk membantu persalinan. Cobaan kembali menghampiri, ketika saya sibuk dengan mencari nafkah, sosok sahabat tiba-tiba menghindari saya dan menjadikan saya sebagai orang asing saat itu, dan sampai detik ini saya tidak mengetahui alasan yang membuat mereka menjauhi saya. Diposisi tersebutlah, saya mulai mengerti bahwa yang menjadi penolong dalam hidup kita adalah diri kita sendiri. Saya terus menjalani hidup saya, kuliah semester akhir sambil menjadi guru honorer. Seiring waktu, buah manis sebagai balasan air mata telah menghampiri. Saya melalui fase tersulit hidup saya, dan akhirnya mencapai gelar sarjana (sarjana sains kimia) dengan dukungan keluarga dan suami hebat bagi hidup saya, buah hati ketigapun telah hadir ditengah kehidupan kami.
Gambar 1. Moment haru ketika saya telah lahiran dan berhasil meraih gelar sarjana
Saya terus menjalani profesi saya sebagai guru honor (mata pelajaran kimia) dengan terus berupaya memberikan dedikasi terbaik untuk anak bangsa. Bagi saya setiap waktu yang terlewatkan ditiap harinya adalah memberi sebuah makna terbaik. Saya terus berusaha untuk maksimal dalam melaksanakan tugas, perjuangan untuk sampai keruang kelas tentu menjadi bumbu tersendiri dalam hidup ini. Saya harus menunggu angkutan umum setiap harinya, saya harus berteman tangis anak setiap paginya akibat tak rela untuk tidak bersama dengan saya, saya harus menggendong si bungsu (anak ketiga) ketika menunggu angkutan dan mengajar, belum lagi jika uang ongkos sudah tidak ada, saya harus meminjam uang agar tiba dilokasi (tempat mengajar),maklum saja, upah sebagai guru honorer dibayarkan 3-6 bulan kedepan (namun bukan tentang upah, tapi tentang pangilan hati), Kondisi yang benar menguji kesabaran saya, sebuah perjalanan yang benar menjadikan saya sebagai sosok yang kuat atas segala hal. Ditengah kondisi tersebut, tidak sedikit harus meneteskan air mata, terlebih jika dipertemukan dengan karakter peserta didik yang perlu dibimbing secara ekstra. Alhamdulillah dibalik hal tersebut, Allah masih memberi kepercayaan untuk menikmati hasil perjuangan. Beberapa penghargaan dan pengembangan anak didik berhasil dicapai lewat bimbingan saya. Suatu kesyukuran luar biasa bagi saya, adalah mampu menjadi pemberi manfaat.
Gambar 2. Prestasi peserta didik dibidang teknologi (binaan saya)
Gambar 3. Prestasi peserta didik dibidang teknologi (binaan saya)
Gambar 4. Prestasi peserta didik dibidang sains kimia (binaan saya)
Beberapa gambar tersebut mewakili prestasi yang berhasil diraih lewat perjuangan saya untuk mencerdaskan anak bangsa walau harus membawa ketiga buah hati saya dalam melaksanakan tugas. Prestasi lain adalah unggul dibidang seni baik tari, tarik suara, puisi dan karya tulis ilmiah. Atas dasar tersebutlah, 3 tahun pengabdian saya sebagai guru honorer sampai saat ini, Allah memberi buah dari perjuangan. Penghargaan tidak hanya diraih oleh peserta didik, namun juga diberikan kepada saya. Saya banyak meraih penghargaan dalam dunia menulis mewakili guru di Kabupaten tempat tingal saya (Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan),saya juga menjadi guru fasilitator termuda di Kabupaten Luwu. Pencapaian tersebut, adalah ridho dan doa dari seorang suami.
Saya terus berpesan untuk semua pembaca, bahwa ridho seorang wanita ketika telah menjadi istri adalah berasal dari suaminya. Apapun cobaan dalam hidup kita, percayalah bahwa Allah tidak akan memberi jika kita tidak mampu.
Gambar 5. Moment haru ketika berhasil memberi medali emas untuk PGRI Kab. Luwu melalui prestasi say
Selanjutnya, saya ingin berbagi metode pembelajaran yang saya gunakan adalah literasi berbasis produk, artinya dalam pembelajaran, saya mengenalkan pentingnya literasi utamanya membaca, sehingga setiap kali pertemuan pembelajaran, peserta didik diwajibkan membaca jurnal berkaitan materi yang akan dibahas, kemudian menceritakan kembali isi jurnal. Berbasis produk artinya diakhir pembelajaran, saya berupaya akan membuat produk sesuai tema, tujuannya adalah mampu memperlihatkan hal nyata bagi peserta didik dan lebih memberi manfaat atas apa yang telah kita pelajari. Beberapa bentuk aplikasi pembelajaran saya adalah sebagai berikut:
Gambar 6. Pembuatan sabun cuci piring (pembelajaran asam basa)
Gambar 7. Pembuatan sabun antiseptik, donasi dimasa pandemi (alkali dan acid) Gambar 8. Pembuatan masker untuk donasi di masa pandemi (kimia lingkungan)
Gambar 9. Pembuatan lampu hias (Elktorlit dan non elektrolit)
Tidak berhenti disitu, saya terus berinovasi agar mampu memanfaatkan setiap waktu yang terlewatkan dengan memberi kebaikan, sesuai pesan indah suami saya. Rasa prihatin muncul, ketika banyak anak usia dini tidak memahami huruf, alasan mereka adalah pembelajaran online sulit dimengerti, belum lagi kondisi lingkungan yang hanya mempercayakan pendidikan adalah dari seorang guru disekolah, padahal pada dasarnya pendidikan utama seorang anak adalah dari keluarganya, dari ayah dan ibunya. Hingga akhirnya disela kesibukan, saya memutuskan untuk menghidupkan literasi dan mencegah adanya buta aksara pada anak akibat pembelajaran online dimasa pandemi, selain mengajar dipagi hari, saya membuka les baca pertama di Kabupaten Luwu, dibantu oleh suami saya, dam ketiga anak saya. Maka berdirilah wadah literasi yang kami beri nama Rumah Baca UFA (Ummi Faqih) pada tahun 2021. Dibalik perjuangan ini, tentu menyimpan sebuah cerita yaitu proses dimana saya harus mendaki gunung dengan meminjam kendaraan agar dapat memberi ilmu kepada mereka yang berada dipelosok, saya melakukan hal demikian setelah melaksanakan tugas di sekolah. Istirahat tentu bukan prioritas lagi, bagi saya bertemu mereka dan berbagi ilmu dengannya adalah bentuk istirahat saya. Tawa mereka mampu menjadi penyejuk. Perjuangan lain, adalah saya mendatangi rumah kerumah untuk mengumpulkan anak yang akan belajar bersama saya, dan alhamdulillah saat ini, jumlah anak terus bertambah mengisi kegiatan literasi saya. Selain itu, prestasi tentu menjadi hal utama. Peserta didik di Rumah Baca UFA mampu berkompetisi sampai ketingkat nasional dan mendapat penghargaan luar biasa (juara 1 tentunya) diantaranya lomba dongeng, lomba vidio, lomba puisi, dan lomba dai.
Gambar 10. Bentuk pengabdian kemasyarakat Gambar 11. Mengajar didaerah pegunungan Gambar 12. Mengajar dari rumah kerumah Gambar 13. Rumah baca UFA, pembelajaran malam hari (kediaman saya) Selain menjadi guru honorer, mendirikan rumah baca, saya juga mendirikan Taman Pendidikan Al Quran yang saya beri nama TPA Al-Hafiz (diangkat dari nama buah hati saya yang pertama, begitupun dengan nama Rumah Baca UFA),dalam mengelola TPA, saya dibantu oleh orang tua saya (mama),alhamdulillah santri kami terus bertambah dari berbagai Desa di Kecamatan Larompong Selatan (tempat tinggal saya).
Gambar 14. Pembelajaran di Taman Pendidikan Al-Qur'an Al-Hafiz Tidak hanya berfokus pada pembelajaran dunia, saya berupaya memberi pembelajaran agama kepada setiap generasi penerus bangsa sehingga kedepan mampu menjadi sosok paling bermanfaat. Tentu prestasi juga diraih dalam proses ini, salah satunya mampu menciptakan generasi penghafal Al-Qur'an.
Dibalik kesibukan saya sebagai seorang guru, saya juga berusaha terus mencukupi kebutuhan keluarga dengan pekerjaan lain yang mampu dikerjakan sejalan dengan melaksanakan tugas, diantaranya menjadi agen penjual voucher, reseller kosmetik, reseller obat herbal, jualan online, jualan bakso bakar, dan diwaktu libur saya berjualan dipasar tradisional, mendagangkan kerupuk. Upahnya tentu saja untuk membantu memenuhi kebutuhan kami, dan berbagi untuk orang lain.
Gambar 15. Kegiatan lain (berjualan kerupuk dipasar) Inilah kisahku, kesibukan setiap hariku. Aku berusaha menjadi madrasah utama bagi anak-anakku, menjadi istri terhebat bagi suamiku, menjadi anak soleha bagi orang tuaku, dan menjadi motivasi bagi orang lain. Aku telah melalui kesulitan terberat dalam hidupku, hingga hari ini, bagiku semua hanyalah proses. Percayalah bahwa dibalik tangis akan ada tawa. Bukankah pelangi muncul ketika hujan telah usai. Begitupun kehidupan, kita diciptakan bukan untuk terlihat indah, namun mampu melukis keindahan. Inilah aku, panggil aku Hikma. Kisahku kutulis dalam sebuah motivasi kehidupan yang ku sebut âThe Power Of Hikmaâ.