Kisah Saya Menjadi Guru di SMPIT CMBS Pasaman
Saya jadi guru baru hitungan sebelas bulan. Terhitung Juni 2021. Meskipun sebenarnya guru-guru di SD, SMP dan SMA menyarankan saya menjadi guru. Saya sangat cocok menjadi guru menurut mereka, para guru saya. Namun, saat aka kuliah saya belum belum yakin akan menjadi guru. Makanya di pilihan SPMB 2005 saya memilih Teknik Pilihan Pertama dan Pendidikan Guru pilihan kedua. Saat pengumuman hasil SPMB lolos pilihan pertama. Jadilah saya mahasiswa Teknik Industri dengan gelar ST, setelah tamat 2011.
Sejak saat itu saya menggeluti dunia Training Motivasi, jadi tutor bimbel dan membuka usaha bidang percetakan di Kota Padang. Semua aktivitas itu masih saya geluti hingga akhir 2019. Di tahun yang sama saya dan istri pindah domisili dari ibukota Sumatera Barat menuju Lubuk Sikaping, Pasaman. Saat ini lebih fokus mengelola usaha dan mulai kegiatan sosial. di Akhir 2020 seorang pengurus Yayasan menemui saya dan menawarkan menjadi guru di sebuah sekolah baru yang akan di buka. Namanya SMPIT Cahaya Madani Boarding School (CMBS) Pasaman.
" Saya tidak bergelar S.Pd, Pak!" jawab saya ketika diajak untuk bergabung menjadi guru. Tapi dia tidak mempermasalahkan gelar, yang utama adalah kemuan dan kemampuan mengajar, katanya. Maka sejak itulah saya sudah mulai mempersiapkan diri untuk menjadi guru sekolah, guru smp berasrama dimana penekanan akhlak islam dan karakter anak ditonjolkan. Mata Pelajaran yang saya ajarkan ada dua yaitu Teknologi Informasi dan Komunikasi dan Sirah Nabawiyah, seputar kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, hingga wafatnya.
***
Sekolah berasama memakasa kami hidup menjadi sebuah keluarga baru. Kami para guru, yang biasa dipanggil Ustadz dan Ustadzah berperan sebagai orang tua anak dan pembina, sebab anak-anak jauh dari orang tua. Dan mereka baru lulus kelas 6 SD, masih sangat muda untuk diajak mandiri. Kami para ustadz/zah sering di asrama hingga 24 jam. Terlebih saya, saya memiliki kegemaran lain yaitu beternak dan berkebun. Maka setiap sore dan Sabtu-Minggu saya habiskan waktu di sekolah untuk beternak ayam, ikan dan berkebun. Anak-anak saya libatkan, baik laki laki dan perempuan. Rasanya, ini tidak seperti sekolah, hehe... tapi anak anak senang. Di rumah mereka tidak punya kesempatan bahkan di larang "berkotor-kotor" memegang cangkul, tanah dan masuk lumpur atau memagang ayam. Disini, semuanya berubah. Anak-anak semangat mancangkul, mananam cabai, manyianngi rerumputan dan sebagainya. Tentu ini kami lakukan dengan semangat kebersamaan. Tidak ada paksaan dan target yang harus diselesaikan anak-anak. Setelah itu, kadang kami bakar-bakar jagung atau beli makanan minuman dari luar asrama. Lalu makan bersama, di tengah hamparan lahan terbuka.
Sekarang, mari kita tilik kisahku saat mengajar. Sebagai alumni Teknik, saya tidak pernah melihat seperti apa bentuk RPP dan itu membuat saya sedikit terbebani untuk mengerjakannya. Apalagi kami terus didesak oleh wakil kepala bidang Kurikulum. Kedua, saya belum pernah melakukan Micro Teaching , seperti yang dialami alumni S.Pd. Maka dua hal ini menjadi "beban" bagi saya diawal pembelajaran. RPP, saya pusing apa itu Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti, dan bagaimana menyusun dan mengelompokkannya. Memang ada bebarapa contoh tapi itu belum banyak membantu sebab saya belum paham konsep dasarnya. Lama-lama akhirnya bisa juga dan persamalahan RPP selesai.
Di kelas, saya mengajar layaknya seperti saya menjadi Motivator saat mahasiswa dahulu. Saya siapkan slide menarik, ada yel-yel atau kata penyemangat diawal atau tengah pembelajaran. Tidak lupa saya menyelipkan beberapa video motivasi atau kisah terkait materi yang sedang diajarkan. Di sela pembelajaran atau akhir pelajaran, saya sering berkisah tentang pengalaman hidup, kisah orang terdahulu, atau kisah penih hikmah lainnya yang saya ingat. Ini memang kegemaran saya, bercerita dan membaca. Dengan banyaknya saya membaca, maka tidak ada hambatan buat saya untuk terus bercerita di depan anak-anak. Saya saksikan anak-anak sangat menikmati dengan proses belajar seperti ini.
Suatu hari, saya menemukan surat dari seorang siswa di meja Saya. Isinya adalah berupa penilaian dan saran buat saya saat mengajar. Intinya adalah mereka sangat senang dengan metode belajar yang saya jalankan. langsung pada inti pokok pembelajan. cerita yang disampaiakan dan kisah -kisah yang dipaparkan sangat membantu mereka dalam belajar. Bagi saya, surat polos dari anak-anak itu yang datang tanpa diminta adalah apresiasi besar dan masukan berharga bagi saya dalam mengajar. Di kesempatan lain, saya juga menemukan beberapa pantun dari anak-anak. Isinya adalah kesenangan mereka belajar dengan saya di kelas dan indahnya kebersamaan kami di Asrama. Ada yang membuat pantun dan ada juga yang membuat puisi.
Suatu hari, saya tidak bisa hadir ke sekolah karena kurang senak badan dan memang ada sedikit permasalahan di sekolah. Badan saya memang tidak di sekolah adan asrama tapi pikiran saya tetap kesana. Dari cerita yang saya dengar, terutama siswa putri, mereka sangat kehilangan. Tiap saat mereka lihat ke luar belum ada sedan biru, yang biasa saya pakai ke sekolah. Saat pergantian jam pelajaran pun mereka saksikan,belum datang juga. mereka kehilangan. mereka bercerita, bahkan ada yang sedih dan menangis. Sebab saya tidak bisa datang. Ini memang sangat beralasan, sebab hampir tiap hari, mulai pagi sampai pukl 8 malam, saya sering mendampingi anak di sekolah dan asrama. banyak kegiatan saya jalani bersama anak. Saya melatih anak pidato, puisi, berkhotbah. saya membimbing kegaitan anak untuk Muhadaroh dan termasuk membimbing anak untuk kegiatan lomba lainnya. di samping itu, saya terlibat banyak dengan anak di kebun dan area petenakan. Oleh karena itu, ada kedekatan hati yang saya rasakan dengan anak-anak. Saat saya tidak hadir, ada kehilangan yang dirasakan anak-anak. Saya pun teharu mendengarakan cerita mereka.
Fokus pembelajaran di asrama adalah pembinaan karakter dan pribadi pemuda muslim yang benar. Maka, diantara kegiatan rutin sekolah dan asrama adalah menghafal Al-Qur'an. Membaca Al-Qur'an setiap selesai shalat Wajib, Shalat Tahajjud menjelang Shubuh. Shalat berjamaah 5 waktu dan shalat Dhuha di jam istirahat. Semua aktifitas ini menjadi inspirasi juga bagi saya untuk bisa memperbaiki diri dengan mengikuti kegiatan siswa sekoah dan asrama.
Kisah perjalanan saya menjadi guru ini, mejadikan inspirasi bagi saya agar terus melakukan inovasi dan lompatan dalam mengajar. Juga sebagai motivasi bagi saya untuk terus menimba berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga menjadi "pancuran air" ilmu yang selalu siap mencurahkan berbagai ilmu kepada anak-anak. Bukan sekedar "Teko" yang hanya akan menuangkan ilmu yang terbatas kepada murid.