Di suatu pagi, di saat pelajaran kedua sedang berlangsung, terdengar pengumuman lewat pengeras suara â Bagi siswa-siswa yang terpilih mewakili sekolah untuk mengikuti lomba diharap berkumpul di ruang multi-mediaâ. Satu per satu siswa-siswa yang dimaksud meminta ijin kepada guru yang sedang mengajar untuk tidak mengikuti pelajaran hari itu dan menuju ruang yang telah diinformasikan. Ada suara-suara lirih â Hmmm.. dia lagi... dia lagi... dia lagi.... Kita kapan ya???. â Memangnya kamu bisa apa??â kata yang lain. â Suara gemuruh tawa terdengar di kelas.
Memang... karena berbagai faktor dan kendala di sekolah, maka siswa-siswa yang diikutkan lomba-lomba atau olimpiade mewakili sekolah ke tingkat kabupaten, propinsi atau nasional adalah selalu siswa yang pintar di kelas atau sebelumnya punya prestasi yang sama di bidang yang akan dilombakan. Siswa-siswa yang biasa-biasa saja tidak akan pernah dilirik untuk mengikuti lomba mewakili sekolah bahkan untuk penyisihan awal di tingkat sekolah sendiripun tidak.
Terketuk hati saya untuk melakukan sesuatu. Saya hentikan dulu kegiatan pembelajaran hari itu dan kemudian saya bercerita tentang apa yang saya lakukan di sela-sela waktu saya. Menulis dan mengikuti lomba adalah suatu kebahagiaan tersendiri buat saya meskipun tidak selalu menjadi juara, memperoleh sertifikat sebagai pesertapun sudah menjadi pencapaian hebat dalam hidup saya. Beberapa siswa tertarik untuk mencoba mengikuti cara saya. Saya meyakini dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara yang menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. QS An-Nahl, 16:78 yang artinya sebagai berikut: âDan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukurâ
Event (perlombaan) pertama yang kami ikuti adalah Festival Literasi Gerakan Sekolah Menulis Tingkat Nasional. Saya buatkan tema dan mulailah siswa-siswa menulis artikel dengan cara mereka. Sesekali ada siswa yang menghubungi saya dan menyakan âMulainya dari mana bu?â. Perlahan-lahan saya jelaskan langkah-langkah dalam membuat sebuah tulisan, seperti yang saya dapat dari berbagai sumber yang saya baca.
Dalam waktu 1 minggu tulisan mereka sudah selesai. Satu per satu saya periksa dan banyak diantara mereka yang sudah bisa membuat sebuah tulisan dengan baik. Saya menyimpulkan bahwa ada beberapa siswa yang mempunyai potensi menulis, hanya perlu sedikit bimbingan dan polesan saja.
Minggu berikutnya kegiatan kami adalah merevisi tulisan. Menghilangkan kalimat-kalimat yang di salin dari tulisan orang lain atau tulisan dari hasil menyalin dan menjiplak dari media online. Membimbing mereka untuk membuat kalimat sendiri sampai memadukannya menjadi sebuah artikel. Sebuah pekerjaan yang agak melelahkan dan menyita waktu namun niat saya adalah ingin membahagiakan siswa-siswa saya, meyakinkan mereka dan orangtuanya bahwa mereka punya sesuatu dan bisa menciptakan sesuatu.
Setelah semua tulisan selesai, saya kirimkan ke panitia dan sesuai waktu yang sudah ditentukan, panitia mengabarkan bahwa tulisan siswa-siswa saya layak untuk diikutkan dalam festival tersebut dan akan dijadikan sebuah buku karena memenuhi semua kriteria. Memang pada akhirnya sekolah kami tidak menjadi juara nasional, namun fasilitas yang didapatkan semua peserta yang lolos seleksi sangat membanggakan buat mereka. Semua siswa yang lolos seleksi diberikan beberapa sertifikat, piagam cetak dan buku yang memuat tulisan mereka. Panitia memilih juga 3 orang siswa sebagai juara tingkat sekolah yang mendapatkan piagam penghargaan.
Pembagian rapot akhir semester 1 tiba. Walikelas mengumumkan di depan semua orang tua di kelasnya bahwa anak mereka mengikuti sebuah festival literasi tingkat nasional, mendapatkan sertifikat dan piagam cetak serta buku hasil tulisan mereka. Para orang tua terkejut dan tidak menyangka bahwa ternyata anak-anak yang sebelumnya dianggap sebagai anak-anak biasa ternyata punya sesuatu yang luar biasa. Terlebih lagi, ketiga siswa yang menjadi juara di tingkat sekolah adalah anak-anak pendiam dan tidak pernah tampil atau ditampilkan.
Tidak lama setelah itu, saya mengajukan kepada Kepala Sekolah untuk membuat sebuah komunitas yang saya namakan KOMUNITAS KREATIF dan langsung disetujui oleh beliau. Dalam komunitas ini, saya mengumpulkan siswa-siswa yang benar-benar tertarik untuk menulis. Terkumpullah 16 orang siswa. Setelah beberapa kali mengadakan briefing dan diskusi mengenai tujuan dibentuknya komunitas dan aktivitas yang akan dilakukan, kamipun segera memulai dengan mencari lomba-lomba yang akan diikuti, melalui media sosial atau media massa lainnya. Setiap anggota boleh memberikan info tentang lomba yang didapat kepada semua anggota untuk kemudian kami diskusikan apakah akan diikuti atau tidak. Yang paling saya tekankan kepada mereka adalah :
PLAGIASI adalah perbuatan haram. Kalah atau menang adalah hal biasa. Menjadi juara atau menjadi peserta terpilih adalah sebuah pencapaian hebat. Tidak menjadikan uang atau hadiah sebagai tujuan utama Kreatifitas dan produktifitas akan menambah prestasi dan pengalaman Semua punya potensi, semua bisa berprestasi Satu persatu lomba kami ikuti, lomba cipta puisi dan lomba cipta cerpen, tingkat nasional dan bahkan event internasionalpun kami coba ikuti.
Di bulan Mei 2021, kami mengikuti sebuah Lomba Cipta Puisi tingkat nasional dan 9 siswa menjadi penulis terpilih dan tulisan mereka dijadikan sebuah buku antologi. Piagam dikirimkan oleh panitia secara online. Saya bagikan berita baik ini ke group guru dan orangtua, merekapun kaget....âWow ..luar biasa... ternyata anak saya bisa ya....â begitu komentar mereka.
Semangat anak-anak jadi terbakar bahkan mereka mencoba mengikuti lomba-lomba lainnya, tidak hanya lomba menulis. Terbukti, ada 1 anak yang menjadi juara 3 tingkat nasional Olimpiade bidang studi Sejarah. Dan selalu..... setiap prestasi yang didapatkan siswa yang saya bina, saya bagikan di group guru dan orang tua untuk menjadi kebanggaan si anak, sekolah, guru, orang tua dan keluarga mereka.
Bonus untuk mereka adalah sertifikat atau piagam yang didapat akan menjadi lampiran di saat mendaftar masuk ke perguruan tinggi pilihan mereka dan itu merupakan nilai tambah buat mereka dan itu sudah terbukti.
Para orang tua sangat berterima kasih kepada pihak sekolah karena sudah menemukan potensi dalam diri anak-anak dan mengembangkannya melalui kontribusi kecil saya ini. Siapa saja yang peduli terhadap siswa dapat menemukan butiran-butiran emas diantara timbunan pasir.
Semoga bermanfaat.