Pembelajaran matematika yang hanya menekankan penyampaian materi, sulitlah terbentuk konsep dasar dan karakter âkarakter matematika pada diri peserta didik. Hal ini berdampak pada kesalahan anak memaknai pembelajaran matematika. Kondisi demikian terjadi di kelas 7C SMP Negeri 2 Wuryantoro Semester Gasal Tahun 2021/2022, terutama pada materi â Perbandingan dengan Sub Tema Skala â.
Kesalahan anak dalam memaknai pembelajaran, ditandai dengan kurangnya minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran matematika dan kurang tepatnya mereka di saat menyelesaikan soal-soal perbandingan. Hal tersebut terjadi karena beberapa hal, di antaranya matematika adalah pelajaran yang dianggap sulit, menakutkan, dan kurang menarik sehingga dihindari oleh sebagian besar peserta didik. Pembelajaran yang bermakna ditandai dengan tertanamnya konsep dasar materi sehingga dalam proses penyelesaian soal, anak paham langkah-langkah pengerjaana dan hasil akhir benar.
Dikarenakan terdapat 65% siswa kurang memaknai materi yang telah disampaikan guru pada aktivitas kesehariannya, maka penulis melakukan pembelajaran berbasis lingkungan . artinya pembelajaran yang dilakukan dikaitkan langsung dengan kasus atau peristiwa-peristiwa di lingkungan tempat tinggal peserta didik masing-masing. Jadi, menekankan lingkungan sebagai media atau sumber belajar. Menurut Karjiyadi (2012) mengatakan bahwa: âPembelajaran berbasis lingkungan mengarah pada pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Lingkungan dapat diformat maupun digunakan sebagai sumber belajar. Dalam hal ini, guru dapat mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik sehingga dapat mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hariâ. Menurut Mulyasa (Wahyuni, 2010: 12) pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Membawa peserta didik ke lingkungan untuk kepentingan pembelajaran. Hal ini bisa dilakukan dengan metode karyawisata, metode pemberian tugas, dan lain-lain.
2. Membawa sumber-sumber dari lingkungan ke sekolah (kelas) untuk kepentingan pembelajaran. Sumber tersebut bisa sumber asli, seperti narasumber, bisa juga sumber tiruan, seperti model dan gambar.
Pada materi âPerbandingan Sub Bab Skalaâ, setelah peseserta didik mendapatkan materi yang dijelaskan oleh guru di sekolah, kemudian diajak untuk mengukur panjang dan lebar sesungguhnya dari ruangan kelas 7C tersebut, meja, daun pintu, papan tulis dan jendela. Kemudian, anak-anak diajak untuk menentukan besaran skala yang akan digunakan. Setelah itu bersama-sama dengan guru, peserta didik dijelaskan dan diajak cara menentukan ukuran pada gambar , dan pada akhirnya satu âpersatu didapatkan ukuran masing-masing kemudian digambarkan pada buku masing-masing.
Tidak hanya itu, peserta didik di rumah diberikan tugas terstruktur âBerandai-andai Jadi Arsitek â. Secara pribadi, di rumah, mereka mendapatkan tugas untuk mengukur ruangan-ruangan rumah mereka masing-masing. Berapakah panjang dan lebarnya, kemudian diminta untuk menentukan skala secara bebas.
Setelah ada ukuran sebenarnya dan skala, kemudian mereka diminta untuk menentukan ukuran pada gambar dan digambarka pada kertas tugas . Kegiatan pembelajaran yang mengaitkan pengetahuan dengan permasalahan sehari-hari maka akan terbentuk konsep terstruktur pada otak anak. Pengetahuan yang didapatkan dapat dipraktikkan secara langsung dan paham prosesnya, sehingga proses mengingat tersebut akan mudah diterima peserta didik . Sehingga dalam proses belajar matematika bukan nilai tujuan utamanya, tetapi hal utama adalah proses yang terbentuk.