Perjalanan dimulai Ketika tahun 2015 saya menyelesaikan Pendidikan di salah satu Universitas Negeri di Kota Bandung. Saya memiliki niat dan tekad yang bulat untuk mengikuti seleksi guru mendidik di daerah perbatasan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Dengan seleksi yang sangat ketat dan panjang, akhirnya saya lolos menjadi guru sekolah dasar (SD) yang mengajar di perbatasant tepatnya di perbatasan Negara Indonesia dan Singapura yaitu di Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau. Gambar 1 Perjalanan laut di Kabupaten Karimun
Tantangan awal Ketika saya menginjakan kaki di daerah tersebut, yaitu akses yang sangat sulit, tidak adanya listrik serta air bersih di lingkungan tempat saya tinggal, namun itu semua memang sudah saya fikirkan sebelumnya, toh namanya daerah perbatasan pasti semuanya serba terbatas bukan?. Tetapi hal yang diluar dugaan, ternyata disana terdapat mutiara-mutiara indah, generasi penerus bangsa yaitu anak-anak yang tentunya menjadi murid saya disana. Anak-anak tersebut sangat antusias dan bersemangat ketika mengetahui bahwa saya akan mengajar di sekolah tempat mereka menuntut ilmu. Pagi itu awal saya berangkat ke sekolah, Ketika saya membuka pintu rumah ternyata sudah ada anak-anak lengkap dengan seragamnya menunggu saya untuk berangkat sekolah bersama-sama. Hal itu membuat saya tersentuh dan tertegun, dibalik keterbatasan yang ada di daerah tersebut, ternyata ada anak-anak yang mempunyai semangat yang tak terbatas. Sembari berjalan sekitar 1 km dari rumah dinas, saya mencoba untuk berkenalan dengan mereka dan menanyakan apa yang mereka inginkan ketika belajar. Dengan malu-malu mereka menginginkan adanya guru olahraga karena memang dari awal sekolah tersebut berdiri tidak ada guru olahraga yang mengajar dan kegiatan olahraga digantikan oleh guru wali kelas yang mengajar, itu pun mereka di bebaskan untuk bermain dan tidak berolahraga bersama.
Gambar 2 Perjalanan ke sekolah Bersama anak-anak
Tiba saatnya di sekolah kemudian saya di sambut dengan keramahan warga sekolah, awal menginjakan kaki di sekolah tersebut, saya merasakan kehangatan dan rasa kekeluargaan walaupun baru pertama kali mengenal. Akhirnya rapat guru pun dimulai, sesuai dengan kebutuhan sekolah, saya ditugaskan menjadi guru olahraga walaupun background Pendidikan saya adalah sebagai guru wali kelas SD. Awalnya saya khawatir karena tidak mengajar sesuai dengan bidang keahlian yang saya miliki dan saya tidak begitu paham dengan teknik dan materi dalam kegiatan olahraga, namun saya teringat dengan kebutuhan anak-anak yang ada disana, dan hal tersebut menjadi tantangan baru bagi saya untuk mengeksplorasi diri.
Berbekal dengan buku teks yang ada di sekolah, saya mencoba untuk mempraktikkan beberapa kegaiatan olahraga sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai murid, ternyata mereka baru pertama kali melakukan kegiatan olahraga bersama guru, dan pastinya hal tersebut membuat saya semakin bersemangat, karena saya berpikir sebagai seoarang guru harus mengetahui kebutuhan yang dipenuhi oleh peserta didik kita. Selain buku teks, saya memanfaatkan lapangan voli yang ada di lingkungan sekolah untuk mereka berolahraga, dan ketika saya pergi ke Kota saya selalu mengunduh video-video olahraga yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, mengingat sinyal di daerah saya sangat terbatas dan jaringan sering hilang. Akhirnya saya memahami dibalik tantangan akan ada solusi, walaupun awalnya saya ragu, ternyata keraguan tersebut justru memberikan pelajaran yang berarti untuk terus mengeksplorasi diri, karena tidak ada yang tidak mungkin bukan apabila kita ingin belajar?.
Tantangan selanjutnya yang saya alami yaitu ketika kegiatan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN),dengan keyakinan penuh saya ingin anak-anak berpartisipasi dalam perlombaan, karena selama ini sekolah kami belum pernah mengirimkan wakil untuk mengikuti lomba dan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Dimulai dari seleksi tingkat kecamatan, dengan jarak 16 km ke sekolah induk dan akses jalan yang sangat buruk saya membawa anak-anak untuk mengikuti lomba O2SN di tingkat kecamatan tersebut. Saya ingin mengajarkan anak-anak untuk ikut berpartisipasi dan merasakan bagaimana cara berkompetisi dengan orang lain, dan disamping itu saya ingin mereka berpikir lebih luas dan dapat mengenal orang lain di luar lingkungan sekolah mereka menuntut ilmu. selain itu saya percaya anak-anak memiliki bakat dan kemampuan yang sayang sekali jika kemampuan tersebut tidak dikembangkan dengan baik.
Gambar 3 Dokumentasi Perlombaan di Tingkat Kabupaten
Singkat cerita, akhirnya murid dari sekolah kami berhasil menjadi wakil cabang bulu tangkis SD tingkat kecamatan. Seketika saya menangis dan bangga karena perubahan kecil dapat mengantarkan mereka untuk mengembangkan kemampuan yang mereka miliki. Suatu prestasi baru yang didapatkan sekolah dan tentunya anak-anak.
Setelah tingkat kecamatan, murid diberi waktu 2 minggu untuk berlatih yang nantinya akan diikutsertakan sebagai perwakilan kecamatan ditingkat kabupaten. Permasalahan selanjutnya yaitu di lingkungan sekolah tidak adanya lapangan bulu tangkis, dan apabila ingin berlatih bersama-sama di sekolah induk rasanya cukup berat mengingat perjalanan yang panjang dan akses yang buruk. Akhirnya saya berinisiatif bersama guru dan masyarakat sekitar untuk membuat lapangan bulu tangkis di sekitar lingkungan sekolah, dan setiap sore kami berlatih bersama-sama, sungguh kekeluargaan dan kekompakan serta dukungan yang luar biasa yang diberikan oleh masyarakat demi kemajuan anak-anak di sekolah. Karena mereka sangat bangga akan pencapaian anak-anak yang telah berhasil menjadi wakil kecamatan pada kegiatan O2SN tersebut. Singkat cerita 2 minggu berlalu, saya bersama 2 orang murid perwakilan kecamatan di bidang bulu tangkis bersama-sama ke Kabupaten dengan menggunakan perahu, karena memang transportasi yang digunakan hanya perahu untuk sampai ke Ibukota Kabupaten.
Akhirnya perlombaan dimulai, saya turut bangga dan sangat bersemangat mengantarkan murid saya sampai ke Kabupaten, tidak menyangka saya bisa membimbing anak-anak sejauh itu, disamping mereka mempunyai bakat yang terpendam tersebut. Perlombaan selesai dan hasil akhirnya anak-anak dari sekolah kami memperoleh juara 2 cabang olahraga bulu tangkis tingkat Kabupaten. Perasaan yang haru dan penuh kebanggaan terlihat jelas pada diri kami. Walaupun tidak menjadi juara 1, namun kami berpikir kami sudah menjadi juara karena dapat melangkah sejauh ini dan mendapatkan prestasi sebaik ini.
Cerita tersebut merupakan salah satu kisah saya ketika mengajar di perbatasan, kisah yang akan selalu saya kenang sampai kapanpun dan dari kisah tersebut saya selalu berpikir bahwa kita adalah manusia hebat, tidak ada yang dapat mengalahkan selain fikiran dari diri kita sendiri, kita semua memiliki potensi, gali potensi tersebut untuk meraih mimpi dan cita-cita.
Gambar 4. Perpisahan Bersama Murid