Menulis adalah bekerja
untuk keabadian
(Pramoedya Ananta Toer)
Manusia boleh tutup usia. Cara mengabadikan kisah kehidupan yang penuh makna adalah lewat buku. Tiap kenangan kehidupan yang telah dirapikan, lalu diterbitkan akan tetap dibaca generasi berikut, serta dapat melintasi zaman. Menulis adalah sebuah keberanian. Kutipan dari penulis tetralogi Pulau Buru, Pramoedya Ananta Toer kerap saya lontarkan dalam kelas saat mengajar.
Kalimat penyemangat yang singkat, namun bermakna mendalam. Kutipan yang menjadi pelecut bagi para murid. Menyebarkan virus menulis di era teknologi informasi yang semakin maju memang membutuhkan kreativitas dan terobosan. Mereka sekarang lebih akrab dengan piranti teknologi komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Kecanduan terhadap piranti tersebut dapat melunturkan budaya menulis dan membaca. Untuk menyiasati hal tersebut penulis meminta para murid mengerjakan atau mengumpulkan tugas melalui pemanfaatan media jejaring sosial.
Ketika materi menulis puisi, penulis memperkenalkan cara berbeda kepada mereka. Mereka diperkenankan menggunakan telepon seluler untuk menulis puisi dalam bentuk 140 karakter. Bentuk mini tersebut menyesuaikan dengan format media sosial yang dibatasi jumlah karakter dalam menulis. Ketika hendak mengungkapkan hal apapun pemilik akun medsos seperti IG, WA “dipaksa” kreatif dengan keterbatasan jumlah karakter.
Pembelajaran menulis puisi mendadak menjadi hal yang menyenangkan bagi mereka, karena mereka berkreasi mencipta puisi dengan telepon genggam. Mereka mengetik puisi di telepon genggam masing-masing. Bagi yang sudah memiliki akun IG, mereka dapat langsung mention (mengirimkan) kreasi puisi ke akun penulis. Kemudahan dalam menulis puisi melalui telepon genggam adalah mereka dapat dengan mudah menekan tombol backspace untuk menghapus pilihan kata yang belum sesuai dengan isi puisi mereka.
Pembelajaran dengan menyesuaikan sesuatu yang akrab dengan para murid makin memunculkan antusiasme mereka. Puisi-puisi yang mereka ciptakan menimbulkan kekaguman, karena tidak menyangka mereka dapat menjawab tantangan pembelajaran menulis puisi 140 karakter (puisimini). Puisi-puisi yang terpilih, kemudian penulis terbitkan dalam buku antologi puisi berjudul: Puisi yang Mendua. Buku tersebut kami terbitkan melalui self publishing. Berikut ini petikan puisimini dalam buku buah karya beberapa murid:
- Melihatmu bersama dirinya aku termakan api cemburu, tapi apa daya aku bukan milikmu.
- Langit mendung menahan tangis. Hujan turun tak kuasa membendung air mata. Tragis.
- Di mana hatimu yang ‘ku cari sedari dulu? Tunggu, aku ke situ.
- Apakah kau teman sejati? Atau hanya sehari? Semoga sampai mati!
- Di mana kau berada? Diriku hendak tutup usia.
Penerbitan buku antologi puisi membuat para murid semakin antusias untuk menulis. Mereka tidak menduga bahwa kerja keras menciptakan puisi dalam pembelajaran diganjar dengan karya-karya puisi mereka diterbitkan. Buku Puisi yang Mendua merangkum karya-karya puisi terpilih para siswa. Awalnya penulis hanya ingin karya puisi para murid tidak menjadi tumpukan kertas belaka dan teronggok diselimuti debu.
Penerbitan kumpulan puisi mereka sebagai wujud terima kasih penulis bahwa mereka mampu menjawab tantangan dalam membuat puisimini, sekaligus sebagai dokumentasi karya para siswa dalam rupa buku. Pramoedya Ananta Toer pernah menorehkan kalimat berikut, “orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Semenjak hasil karya para murid dibukukan mereka semakin antusias, ketika pembelajaran materi menulis. Melalui pembelajaran menulis puisi mereka menyadari bahwa menulislah dengan menggunakan hati, bukan hanya sekedar merangkai kata tak bermakna. Mereka diajak menemukan tema-tema penulisan melalui peristiwa sehari-hari. Ada puisimini dari murid tentang alas kaki, Sepatu kau menemani setiap jalanku, akan ‘ku kenang jasamu. Selain itu, dalam pembelajaran contoh-contoh karya yang ditampilkan sedapat mungkin hasil karya saya sendiri. Contoh beberapa puisimini penulis ditampilkan sebagai contoh kepada siswa. Berikut ini sedikit contohnya:
- Sayang rupamu membayang serupa kunang-kunang. Terbang bersama cahaya membimbing jalan pulang. Sungguh ‘ku terkesan dalam diam.
- Beranjak siang. Rupamu tetap membayang. Serupa payung menaungi panas siang. Taburi bilur-bilur sejuk embun tiap kau tersenyum.
- Bulan penuh. Sungguh bulat utuh. Mari rinduku kau rengkuh. Rindu kamu seluruh.
- Kelabu di ufuk matamu biar ‘ku seka dengan rindu. Di ujung malam rasakan hembusan kata. Kelak dalam lelap aku akan menjelma butiran doa.
- Lepas beban yang melindas. Marilah ringankan langkah selalu dengan sikap bebas.
Melihat contoh langsung dari penulis para murid akan mudah diajak belajar, karena penulis sudah lebih dahulu membuat puisimini 140 karakter, sehingga mereka tidak akan sempat melontarkan ujaran, “Apakah bapak sudah pernah mencoba?”
Virus menulis kreatif
Menyelami kegiatan sehari-hari para murid memudahkan penulis mengidentifikasi jejaring sosial yang sering para siswa gunakan. Mereka akrab dengan berkegiatan di jejaring sosial (IG, WA, dan TikTok). Orang tua cukup kuatir, apabila anaknya kecanduan bermain jejaring sosial. Untuk mewadahi kegemaran mereka berjejaring sosial.
Penulis menggunakan Metode PAKEM (Penulisan Aktif, Kreatif, Efektif dan Menginspirasi) dalam menggerakkan para siswa untuk mulai menulis. Ketika pembelajaran materi menulis pantun, mereka penulis minta untuk menuliskan hasil pantun di IG dan WA). Pantun yang mereka tampilkan di dua jejaring sosial tersebut akan dikomentari oleh teman-teman yang sudah menjadi pengikutnya. Komentar positif terhadap pantun-pantun mereka makin membuat ramai dua jejaring sosial tersebut dengan beberapa pantun terbaru mereka.
Keaktifan mereka dalam mengirimkan pantun membuat penulis cukup kagum, karena mereka berani menampilkan hasil karya orisinal. Pembelajaran menulis pantun melalui dua jejaring sosial tersebut membulatkan tekad penulis untuk kembali mengumpulkan pantun-pantun terpilih dalam satu buku kumpulan pantun.
Terbitlah buku Pantun Berbisik karya para murid yang merupakan kumpulan pantun orisinal khas remaja. Buku tersebut kami terbitkan melalui self publishing. Dalam buku tersebut termuat beragam jenis pantun. Ada pantun kilat atau karmina. Berikut ini contoh beberapa di antaranya:
- Ada monyet sedang makan pisang 2. Mengikat rambut dengan pita
Bila dipecat harus tetap berjuang Hanya kamu yang aku cinta
3. Makan rambutan sambil minum jamu 4. Bercerai harus sah
Andalkan Tuhan dalam hidupmu! Jadi orang jangan suka fitnah!
Pantun talibun yang terdiri enam atau delapan larik:
- Jalan-jalan ke Jawa Barat 3. Marilah kita hati-hati
Tidak lupa mengajak saudara dalam berderma
Janganlah berbuat jahat agar tepat sasaran
Karena pasti akan dapat balasannya Marilah kita mencintai
Jalan-jalan ke Argentina sesama manusia
Tidak lupa beli mangga agar mulia di mata Tuhan
Jalankanlah cobaan yang ada
Semua ada jalan keluarnya
- Zaman sudah berubah
Berubah jadi nyata
Jadi remaja janganlah gundah
Ayo berbuah demi cita-cita
Teriakkanlah, jangan Cuma berbisik
Ayo sejenak tersenyum, membaca “Pantun Berbisik”
Selain itu terdapat pantun empat larik yang mendominasi dalam buku Pantun Berbisik. Buku ini mendapat apresiasi yang baik, karena ada satu sekolah yang membeli beberapa buku kami untuk memberikan motivasi menulis kepada peserta didik di sekolah tersebut.
Kami terharu, karena buah karya pembelajaran yang awalnya sebagai bentuk dokumentasi terhadap pantun-pantun orisinal para murid khas remaja di sekolah kami dapat digunakan sebagai sarana motivasi.