Program sekolah yang berdampak pada murid merupakan program yang dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan belajar murid. Berdasarkan hasil analisis belajar siswa di SD Negari 3 Songan, saat ini minat baca dan keterampilan berkomunikasi murid mengalami penurunan selama masa pendemi. Oleh karena itu, saya merancang sebuah program âGelis Sebelâ (Gerakan Literasi Sebelum Belajar) agar menjadi budaya positif sekolah dan juga wadah pembiasaan untuk menumbuhkembangkan keterampilan membaca murid. Gerakan litarasi ini memberikan ruang kepada peserta didik untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kritis, keterampilan berkomunikasi, dan berwawasan global sesuai dengan profil pelajar Pancasila.
Kegiatan Program âGelis Sebelâ adalah hasil dari diskusi guru bersama murid, mulai dari perencanaan, persiapan, hingga pelaksanaan yang telah mengakomodir suara (voice), pilihan (Choice ),dan kepemilikan (Ownership ) murid. Program âGelis Sebelâ diharapkan dapat menumbuhkembangkan dan menjawab persoalan literasi sepanjang hayat di lingkungan sekolah, dan menjadi sebuah budaya literasi yang lebih luas agar potensi murid tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya.
Pelaksanaan program âGelis Sebelâ ini, saya mulai dari murid kelas 6a. Kegiatan âGelis sebelâ merupakan kegiatan intarkulikuler yang saya laksanakan setiap hari sebelum pembelajaran dimulai. Hal ini dapat membantu merangsang berpikir dan wawasan siswa sebelum belajar, karena buku yang mereka baca merupakan buku pilihan mereka.
Langkah-langkah yang saya lakukan dalam mengimplementasikan program ini adalah perencanaan diawali dengan membuat kesepakatan kelas, membuat pohon literasi, menyediakan pojok baca, dan menyiapkan sumber bacaan yang diambil dari perpustakaan.
Pada pelaksanaan kegiatan berliterasi dilaksanakan sebelum pembelajaran dimulai dengan cara siswa memilih sumber bacaan yang mereka sukai. murid membaca buku pilihannya di pojok baca, di tempat duduknya, di perpustakaan, bahkan di lingkungan sekolah kurang lebih 15 menit. Setelah membaca, murid menuliskan apa yang meraka baca dan menempel hasil bacaannya pada pohon literasi dilanjutkan dengan perwakilan dari murid menyampaikan hasil literasinya.
Pada tahap refleksi saya melakukan coaching kepada siswa yang kurang minat baca atau literasinya dikategorikan rendah karena lebih banyak bermain daripada membaca, selalu memberikan perhatian lebih kepada siswa yang masih tersendat-sendat saat membaca, mendampingi murid dalam menjalankan posisi kontrol guru supaya program ini dapat berjalan dengan baik dan maksimal, serta mengarahkan orang tua murid memantau anak-anaknya dalam membiasakan berliterasi di rumah.
Menurut saya program literasi sangat penting dilakukanan. Saya mempunyai tujuan bahwa program ini bisa meningkatkan keterampilan membaca dan budaya (literasi) murid. Ketika murid mempunyai budaya baca maka budaya berpikir positif dan memiliki wawasan yang lebih luas. Saat pelaksanaan program ini, saya sebagai guru sangat merasa bersemangat dan senang terhadap atuasias murid dalam berliterasi, memiliki kesadaran tanpa harus menunggu arahan guru untuk berliterasi, serta melakukan kegiatan ini secara kontinyu. Melalui program ini, saya (guru) memiliki harapan menumbuhkan kebiasaan dan budaya positif membaca buku bagi murid tidak hanya di sekolah, bahkan di rumah, maupun di masyarakat.
Adapun pembelajaran yang bisa saya ambil dari kegiatan program ini memberikan kesempatan kepada murid untuk membiasakan diri untuk membaca hingga menjadi sebuah kebiasaan. Murid diberikan kebebasan untuk memilih sendiri bahan baca dan tempat untuk melakukan literasi. Melalui kegiatan ini murid dapat meningkatkan keterampilan menulis dan berkomunikasi untuk menyampaikan hasil dari apa yang telah mereka baca.
Pada implementasinya, program ini memerlukan kolaborasi dan dukungan dari orang tua dan warga sekolah (Kepala sekolah, rekan guru, murid, pegawai),sarana buku-buku, dan internet untuk mengakses sumber-sumber secara digital. Memerlukan buku dalam jumlah yang banyak dan beragam. Siswa dapat memberi imbas atau berbagi kepada siswa atau kelas lain yang belum melakukan program ini sebagai sebuah pemodelan. Hal ini penting juga dilakukan untuk menumbuhkan budaya positif dan budaya membaca agar sekolah dapat mewujudkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).