Literasi Menyatukan Alumni (upaya menggerakkan literasi sekolah) - Guruinovatif.id

Diterbitkan 23 Apr 2022

Literasi Menyatukan Alumni (upaya menggerakkan literasi sekolah)

Salah satu ciri guru lama adalah sering menerima undangan dari alumni. Undangan apa lagi kalau bukan undangan pernikahan. Apakah karena sebagai guru lama saja? Sepertinya juga karena sebagai guru yang diingat muridnya. Wah, kalau alasan yang ini, senang sekali rasanya. Semoga benar. Saya termasuk yang diingat oleh mereka.

Cerita Guru

Sumintarsih, M.Pd.

Kunjungi Profile
683x
Bagikan

Salah satu ciri guru lama adalah sering menerima undangan dari alumni. Undangan apa lagi kalau bukan undangan pernikahan. Apakah karena sebagai guru lama saja? Sepertinya juga karena sebagai guru yang diingat muridnya. Wah, kalau alasan yang ini, senang sekali rasanya. Semoga benar. Saya termasuk yang diingat oleh mereka.

Tahun 2000, masih jelas dalam ingatan. Saya berjalan dari pintu ke pintu rumah untuk mencari calon murid baru. Diterapkannya sistem atau kurikulum baru, SMP Al Irsyad ingin menjaring input baru yang lebih baik. Hal ini dikarenakan sejak berdiri tahun 1978, SMP Al Irsyad belum menjadi sekolah pilihan masyarakat.

Kini, tahun 2022 adalah tahun ke-22 saya menjadi guru di SMP Al Irsyad Al Islamiyyah  Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Waktu yang tidak sebentar membersamai para penuntut ilmu. Kini mereka sudah tersebar di berbagai kota. Persis seperti yang tertulis dalam profil para penulis sebuah buku bersampul hitam, Apa Kata Mereka Saja (2019). Buku yang berisi 53 cerita alumni tentang pengalaman berkesan di SMP Al Irsyad. Mereka kini sudah tersebar di berbagai kota. Waktu mereka menulis, sebagian sudah bekerja, sebagian lagi masih kuliah dan SMA. 

Mereka yang berasal dari 27 angkatan, lulusan tahun 2002 sampai 2018 berhasil saya minta menulis, padahal komunikasi hanya lewat media sosial. Kurang lebih 65 orang yang saya hubungi, terkumpul 53 judul cerita. Tidak menyangka, alumni yang sudah tersebar, dengan suka cita mengirimkan tulisannya. Bahkan, alumnus yang bekerja di Singapura turut serta. 

Tanpa sadar, rasa haru dan bangga menyelimuti saat saya membaca satu per satu cerita mereka. Kejadian sehari-hari yang sederhana dan berbagai kegiatan sekolah, terbukti mampu membentuk karakter mereka. Berikut sedikit cerita alumni.

Maulia Nur Adriansyah, tidak pernah mengeluh sejak dia mendengar ucapan seorang guru saat kegiatan penjelajahan, agar jangan mengeluh di depan orang lain karena bisa menular. Anasya Rahmawati sangat terkenang dengan adanya lomba yel antarkelas. Ia mengatakan bahwa sepenggal yel-yel kelasnya luar biasa dampaknya. 

Lain lagi dengan Anis Faridah, selalu kangen dengan suasana salat duhur berjamaah di SMP yang selalu tertib dan rapi. Adapun Thoriq Salafi bercerita tentang kesulitannya mencari ilmu agama di Singapura (muslim sebagai minoritas). Namun, dia bersyukur karena pendidikan agama yang dia terima di SMP masih melekat, salah satunya ia bisa menjalankan itikaf di masjid pada akhir bulan Ramadan. 

Lain lagi dengan Dita Kusumawardani yang sangat terkesan dengan lomba desain dinding kelas saat tarhib Ramadan. Kegiatan menyambut bulan Ramadan ini menjadi kenangan terindah karena menang lomba dan  saya sebagai wali kelasnya. Desain dinding kelas kami dengan tema bus Ramadan, ide murni dari mereka. Seluruh dinding luar kelas disulap seperti bus, bahkan dua buah ban mobil mereka pasang di sana. Hadiah yang diterima sangat luar biasa, makan bakso bogem sekelas yang membuat iri kelas lain. Mereka pantas menang, sekelas memang sangat kompak dalam menjalankan setiap kegiatan. 

Tidak ada puasnya membaca buku itu. Karena buku ini pula, saya mempunyai ide untuk bersilaturahmi

virtual saat libur Hari Lebaran tahun 2021. Masih dalam suasana pandemi covid 19, sekadar saling menyapa pun terlaksana dengan lancar. Alumni yang berada di Sulawesi, Kalimantan, bahkan ada yang di Qatar ikut bergabung. Beberapa guru senior pun tampak antusias dan mendukung perjumpaan virtual ini.

Saya semakin yakin menjadi guru dengan belajar dari cerita alumni tersebut. Sekecil apa pun yang guru lakukan, bisa menjadi inspirasi bagi para murid. Setiap hari guru bertemu dengan banyak murid. Bukankah ini kesempatan untuk terus menebar semangat dan kebaikan bagi mereka?

Buku yang saya sunting ini salah satu buku yang ikut dalam acara Peluncuran 41 buku ber-ISBN untuk 41 tahun SMP Al Irsyad Purwokerto pada Mei 2019. Sebuah kegiatan yang saya  prakarsai dengan dukungan penuh dari Kepala Sekolah dan warga sekolah. Sebanyak 41 buku tersebut adalah karya siswa, guru, kepala sekolah, alumni, orang tua siswa, bahkan petugas kebersihan sekolah. Sejak saat itu, semangat saya berliterasi dengan menggerakkan siswa dan guru menulis terus saya jalankan. Setiap tahun pun kami menerbitkan buku-buku karya siswa dan guru. 

Meskipun karya saya belum seberapa, tidak perlu menunggu menjadi penulis besar, tetapi saya berusaha untuk terus mengajak orang lain menulis. Belajar percaya diri dari pohon pisang yang terus bertunas walaupun belum berbuah.*

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Catatan Guru Inovatif : Adaptasi di Masa Pandemi
Tips dan Trik Mengajar Daring
2 min
"Mai Melajah" cara baru "melajah" kekinian
5 min
Profil Pelajar Pancasila : Roh Kurikulum Merdeka
LITERA MEDIKA: SEHAT BERBAHASA INDONESIA, CERIA!

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar