Akibat Penetrasi Sang Raja Virus
Pandemi Covid 19 menghadirkan sejuta cerita bagi setiap orang. Pengaruhnya yang begitu dasyat, merevolusi cara manusia bereksistensi. Ruang fisik yang selama ini menjadi dunia manusia bereksistensi dirombak, agar ruang bereksistensi yang baru masuk dengan pas ke dalam hidup manusia.
Tepat setelah pandemic mulai meraja lela, setiap orang dipaksa untuk terjun ke dalam dunia ini. Dunia virtual menjadi alternative yang membuat dunia ini tetap berputar di masa krisis covid. Aplikasi seperti zoom, google meet, dan media-media daring lainnya mendadak memainkan peran sentral dalam interaksi antar eksisten. Dunia pun berputar lebih cepat.
Percepatan rotasi bumi tersebut tidak sedikit membuat banyak orang kaget, syok, bahkan mual-mual. Ada juga yang “walk out” dari akselerasi 5000 km/jam bumi di jalan berbatu. Dan salut untuk semua yang bertahan dan memasuki era yang baru.
Dua tahun sudah Pandemi ini mempenetrasi bumi dan para penduduknya. Penetrasi tersebut telah melambat dan setiap orang yang bertahan sudah mulai terbiasa dengan kondisi baru yang diciptakan covid. Bahkan ada juga yang tidak ingin lepas dari penetrasi covid oleh karena WFH/work from home. Istilah ini lahir dari Rahim covid 19.
Pembiasaan yang terjadi selama dua tahun telah membuka ruang bagi dunia virtual untuk masuk ke dalam dunia setiap eksisten. Eksistensi eksisten tidak lagi sebatas pada ruang fisik. Pandemi telah menginjeksi kesadaran virtual ke dalam kesadaran mengada eksisten. Selain tools alternative di atas, adanya teknologi virtual relity membuka kesadaran kita bahwa dunia virtual adalah dunia real bagi manusia untuk bereksistensi. Untuk itu para pakar teknologi telah menyiapkan mata uang digital serta ruang virtual seperti metaverse dll.
Kurikulum Proto Tipe sebagai sebuah Antisipasi Teradap Perubahan
Di masa cool down sang raja virus, pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, meluncurkan prototipe/model manusia Indonesia dalam bentuk kurikulum. Ini adalah sebuah langkah yang tepat dan pas. Perubahan dunia yang begitu cepat menuntut banyak sekali kesiapan. Pandemic Cov. 19 menjadi guru bagi hal ini.
Revolusi yang mungkin akan terjadi lagi perlu diantisipasi dengan mempersiapkan fondasi yang kokoh. Itulah yang dipromosikan oleh kurikulum ini. Setiap generasi penerus bangsa harus benar-benar memiliki jiwa seorang “Pelajar Pancasila”. Lalu apa itu pelajar Pancasila, dan Mengapa harus menjadi seorang Pelajar yang mempelajari Pancasila?
Pelajar Pancasila adalah sumber, tanda dan sarana bagi setiap warga Negara Indonesia. Perlu untuk terus disadari bahwa manusia Indonesia adalah seorang pribadi yang terus belajar untuk bereksistensi. Caranya bereksistensi mengacu pada Pncasila yang menjadi fondasi bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pelajar Pancasila pada momen ini menghadirkan dimensi personal sebagai manusia yang belajar dan dimensi nasional dalam Pancasila. Inilah yang menjadi sumber kesadaran yang perlu dimiliki setiap penduduk bumi pertiwi. Kesadaran tersebut kemudia dirupakan dalam cara setiap orang merujudkan eksistensinya di tengah arus globalisasi yang deras. Itulah tanda dan sarana Pelajar Pancasila.
Singkatnya Pelajar Pancasila adalah identitas yang harus disarai dan dimiliki oleh setiap putra-putri ibu pertiwi. Indentitas ini sangat penting agar eksistensi kita tidak terhapus ketika terjadi gelombang tsunami perubahan berikutnya. Sering kali ketika terjadi kecelakaan mendadak apapun bentuknya pasti yang dilihat dan dicari dari seseorang adalah identitasnya. Oleh karena itu KTP dan SIM harus dimiliki setiap orang serta harus selalu dibawa ke mana-mana (walaupun kadang dompet hilang atau dirampok. Nanti bisa dibuatkan lagi). Selain itu hal ini juga penting bagi antisipasi terhadap isu-isu gerakan radikal di tanah air.
Langkah pertama projek di atas sedang dijalankan. Dengan gencara profil ideal seorang Pelajar Pancasila dijelaskan ke berbagai satuan pendidikan. Tahap ini sangat penting bagi tenaga pembentuk pelajar pancasila. Gambaran ideal Pelajar Pancasila di atas harus benar-benar di bawa ke dalam kesadaran setiap pembentuk eksisten muda bangsa (tenaga pengajar).
Renungan
Sedikit Refleksi atas kurikulum ini, mengingatkan kembali bahwa sejak awal bangsa ini selalu menyanyikan “kita tetap setia, tetapi sedia mempertahankan Indonesia….”. Kurikulum ini membentuk eksistens yang mempertahankan ketetapannya untuk setia, dan selalu siap sedia memepertahankan Indonesia dalam berbagai situasi dan perubahan ekstrem yang terjadi seperti pada masa singkat penjajahan sang raja virus atau virus bermahkota.