Mengawali pembelajaran semester ganjil era pandemi tahun lalu, tim guru Bahasa Indonesia sekolah kami sempat diminta untuk mengisi penguatan karakter mencintai bahasa nasional. Acara diisi dengan materi dan kuis sebagai tes rapid kesehatan berbahasa Indonesia di kalangan siswa. Pengerjaan kuis yang diakses oleh 233 peserta didik, dari 10 soal yang tersaji diperoleh data hanya 5% saja pengakses yang menunjukkan sehat berbahasa (100% jawaban benar). Sisanya banyak yang masih masuk kategori sakit ringan (menjawab benar 8-9), sakit sedang (menjawab benar 5-7), hingga parah (jawaban benar hanya 1-4). Berdasarkan hal tersebut, inisiatif tiba-tiba muncul untuk menggagas sebuah klinik kesehatan berbahasa Indonesia bernama Litera Medika.
Sesuai jargonnya, “Sehat berbahasa Indonesia, ceria!”, diharapkan lingkungan sekolah kami nantinya dapat membudayakan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Klinik ini memiliki pegawai yakni tim guru Bahasa Indonesia sendiri yang berjumlah 3 orang selaku linguis. Di antara kami mendapat jadwal giliran piket klinik untuk memberikan pelayanan gratis pada siswa maupun rekan guru dan tendik yang hendak berkonsultasi.
Pelayanan yang diberikan meliputi konsultasi kebakuan kata, analisis kesalahan berbahasa, diskusi kosakata baru yang bermunculan belakangan ini, dan masih banyak lagi. Namun, kami menolak bila konsultasi yang diajukan berupa editing naskah. Klinik Litera Medika bertempat dan memiliki sudut tersendiri di perpustakaan. Di masa pandemi, banyak pasien yang memanfaatkan konsultasi via WA. Seluruh pasien yang berkonsultasi wajib memperhatikan alur konsultasi agar tertib administrasi.
Karena tergolong baru, tentunya program ini masih memiliki beberapa kekurangan. Terbatasnya tenaga medis tim guru Bahasa Indonesia selaku terapis tidak bisa menjangkau seluruh siswa dan rekan guru maupun tendik untuk memantau kesehatan berbahasa mereka sebab mereka juga tidak semuanya yang memanfaatkan layanan ini. Di sisi lain, bila dalam satu hari banyak yang berkonsultasi, mereka harus bersedia antri. Untuk menyiasati hal tersebut, Litera Media setiap sebulan sekali mengadakan tes rapid untuk memantau perkembangan kesehatan berbahasa Indonesia masing-masing Individu. Bila didapati kesalahan yang sama atau berulang, tim medis dengan sabar memberi pembiasaan-pembiasaan yang menjadi terapi sampai pasien benar-benar sembuh.Semoga program ini menginspirasi pembaca dan bisa semakin berkembang ke depan agar generasi penerus bangsa ini istikamah dalam menjunjung tinggi bahasa persatuan negaranya di tengah globalisasi yang arusnya kian deras sekali.