Tak heran saat ini banyak sekali peminat kuliah untuk jurusan keguruan, tapi apakah dapat dipastikan mereka yang mengambil jurusan keguruan memang berniat dari hati yang paling dalam untuk menjadi guru? Teringat kalimat salah satu teman saya di kampus waktu itu, “Jadi guru itu, harusnya bukan cita-cita, karena mau kita bercita-cita apapun sejatinya kita harus menjadi guru, paling tidak guru untuk diri kita sendiri, guru untuk keluarga dan anak-anak kita nanti” katanya. Ada benarnya juga ketika saya memahami kalimatnya, tapi pada konteks yang lebih dalam mungkin yang ia maksud adalah guru di segala aspek kehidupan yang disitu memang penting untuk kita pahami dan amalkan. Konteks yang lebih sederhana jika berbicara tentang guru ketika sudah berada dalam suatu instansi maka wajib bagi kita untuk benar-benar memahami peran dan tugas sebagai seorang guru disebuah instansi pendidikan.
Saya sebagai seorang guru matematika menyadari bahwasanya pelajaran matematika sendiri sudah menjadi momok bagi siswa, sehingga saya harus mencari cara agar supaya siswa tidak merasa takut bahkan malas ketika mengikuti pembelajaran matematika di kelas. Pada satu waktu saya merencanakan pembelajaran yang bebas, artinya pada saat itu saya tidak akan memberikan materi yang berhubungan dengan matematika. Saya meminta siswa untuk pergi ke perpustakaan sekolah, di dalam perpustakaan saya menugaskan mereka untuk mencari buku yang didalamnya terdapat dua halaman yang ganda/kembar/double, misalnya apakah ada buku yang halaman 15 nya ada 2 atau seterusnya. Dengan banyaknya buku yang ada di perpustakaan membuat siswa semakin tertantang untuk benar-benar menemukan buku itu walaupun peluangnya sangat kecil. Di akhir waktu, selesai dari pencarian itu kami berkumpul kembali. Saya bertanya kepada mereka apakah sudah menemukan buku itu? Ya. tentu saja jawaban mereka belum, karena memang tidak ada buku yang halamannya ganda. Saya menjelaskan kepada mereka bahwa seperti itulah belajar matematika, terkadang kita sudah berusaha dengan keras akan tetapi hasil nya tak sesuai harapan bahkan masih jauh dari kata benar akan tetapi prosesnya itulah yang sangat kita perhatikan, bagaimana kegigihan, ketelitian, berani mencoba, dan pantang menyerah itulah yang sedang dibentuk. Terkadang matematika tidak hanya melulu tentang hasil yang benar, akan tetapi juga sangat bertumpu pada proses, proses yang nantinya dapat menelisik lebih jauh dimana letak kesalahannya sehingga berujung pada suatu kebenaran, proses juga itulah yang nantinya secara otomatis dapat membentuk karakter kepribadian siswa. Dalam proses itu penting sekali kita perhatikan bahwa mungkin ada hal-hal yang dapat menambah pengetahuan saat kita membuka tiap lembaran-lembaran buku atau mungkin malah menjadi hal-hal yang kita lewatkan karena fokus kita hanya pada pencarian halaman. Masing-masing siswa biarkan mengambil pelajarannya.
Ada juga saatnya ketika siswa bertanya, “Mengapa kita harus belajar matematika? Apa gunanya dari materi ini dipelajari? Fungsi dalam kehidupan nyata seperti apa? Adakah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari”. Ya, mereka selalu menagih dengan ilustrasi nyata dan bukti-bukti yang ada. Pertanyaan-pertanyaan itu bukanlah sesuatu hal yang salah, justru hal itulah yang menjadikan tingkat keingintahuan mereka bertambah. Mereka harus menyadari bahwa matematika tidak hanya sekedar barisan angka-angka yang rumit, akan tetapi mengajarkan kita bagaimana bersikap tenang, dan mampu menghadapi situasi yang merumitkan, maka matematika dapat menjadi solusi dalam menyedehanakan kerumitan-kerumitan tersebut.
Mengajar di sebuah sekolah yang berbasis islam juga merupakan tugas bagi kita bagaimana dapat mengembangkan literasi mereka kedalam hal-hal yang berkaitan dengan agama. Mengajar anak-anak penghafal Al Quran, mengenalkan tokoh dan ilmuwan muslim penemu rumus matematika adalah sesuatu hal yang membuat mereka antusias dan mempunyai semangat baru dalam belajar matematika. Misalnya adalah bercerita tentang salah satu tokoh ilmuwan muslim Al Khawarizmi penemu Aljabar, dalam muqadimah bukunya ia tuliskan bahwa ketika menulis buku tentang aljabr fungsinya adalah agar muslim mudah untuk beribadah, bukan untuk menghitung yang lain. Al Quran juga berbicara tentang matematika seperti dalam surat An-Nisa ayat 11, 12 dan 176. Hal-hal inilah yang dapat disampaikan ke siswa sebagai motivasi untuk mereka agar lebih memaknai segala ilmu, menyadarkan mereka bahwa matematika dan ilmu-ilmu yang lain semuanya memiliki peranan penting dalam kehidupannya. Tentunya masih banyak sekali pengetahuan-pengatahuan yang dapat kita pelajari dan kembangkan.
Lalu apakah hubungannya dengan menjadi guru sebagai pilihan atau kewajiban? Pastilah kita memiliki jawaban yang berbeda-beda.
Dari beberapa contoh dalam pembelajaran matematika di atas, jika kita dapat memaknai bahwa menjadi guru adalah suatu kewajiban maka kita dapat melihat secara perspektif yang lebih luas. Guru tidak hanya berkewajiban untuk mentransfer ilmu pengetahuannya saja, akan tetapi lebih dari itu bagaimana dapat mengembangkan karakter terbaik siswa dan memberikan pengalaman pembelajaran yang bermakna. proses itulah yang kemudian dinamakan mendidik, dalam mengembangkan karakter pastinya seorang guru juga harus menjadi teladan karakter yang terbaik juga untuk siswa, sehingga guru harus menyadari bahwa perannya sangat dibutuhkan dan menuntut untuk guru agar tidak pernah berhenti belajar. Dengan seperti itu kita menjadi paham, bahwa pada saat proses pembelajaran berlangsung maka guru juga sedang ikut bertumbuh. Sebaliknya jika seorang guru hanya menjadikan profesinya sebagai pilihan karena tidak ada pilihan lain, maka bisa saja dalam prosesnya akan mengalami banyak ujian yang membuat semangatnya berkurang di tengah jalan. Akan tetapi jika pilihan itu memang didasari dari keinginan hati yang paling dalam maka bisa jadi hal itu akan membantu seorang guru untuk terus bergerak dalam sebuah keihklasan. Begitulah sedikit kiranya makna yang dapat kita ambil bahwa setidaknya kita sudah menjadi guru untuk diri sendiri, bagaimana kita dapat mendidik diri sendiri untuk terus berkembang menuju ke arah yang lebih baik.
Semangat Untuk Seluruh Guru Indonesia!