Slamet yang Selamat - Guruinovatif.id

Diterbitkan 08 Apr 2022

Slamet yang Selamat

Slamet Hidayat namanya. Agak tak lazim bagi anak di zaman sekarang ini yang namanya biasanya berbau asing. Saya menjadi wali kelasnya di kelas 6 SDIT Al Uswah pada tahun pelajaran 2018/2019. Anak ini sungguh meninggalkan kesan yang sangat mendalam bagi saya.

Cerita Guru

Dyna Rukmi Harjanti Soeharto, A.Md

Kunjungi Profile
721x
Bagikan

Slamet Hidayat namanya. Agak tak lazim bagi anak di zaman sekarang ini yang namanya biasanya berbau asing. Saya menjadi wali kelasnya di kelas 6 SDIT Al Uswah pada tahun pelajaran 2018/2019. Anak ini sungguh meninggalkan kesan yang sangat mendalam bagi saya.

Sejak menjadi siswa baru di kelas 1, Slamet telah menjadi buah bibir di kalangan guru maupun siswa. Dari sisi penampilan, anak ini cukup jauh dari kata menarik yang membuat setiap orang menoleh untuk memberi perhatian lebih. Kemampuan akademisnya juga di bawah rata-rata. Dia termasuk anak ‘slow learner’. Hampir setiap guru mengeluh kehabisan cara memberikan pemahaman kepada Slamet. Belum lagi teman-teman perempuannya yang sering mengadukan kelakuan Slamet mengejar-ngejar dan menggoda mereka.

Semua informasi tentang Slamet ini kurekam dan kugunakan sebagai bahan untuk memberikan perlakuan kepadanya di kelas 6. Termasuk satu kejadian saat dia kelas 5. Dia pernah diciduk satpol PP karena mengamen di lampu merah. Saat itu wali kelasnya segera mengusut kejadian ini dan ketemulah pangkal dari segala permasalahan Slamet. Dia anak bungsu di keluarganya. Ayah ibunya berpendidikan rendah yang tidak begitu peduli pada pendidikan anak-anaknya. Kedua kakaknya tidak tamat SMP. Saat melahirkan Slamet usia ibunya juga sudah agak tua, sehingga energi untuk mendidik Slamet seakan telah habis. Pantaslah Slamet seperti tak terurus, meski kondisi ekonomi orangtuanya cukup mampu.

Di tahun ajaran 2018/2019 itu masih ada ujian sekolah berstandar nasional, sehingga program utama untuk kelas 6 di sekolah kami adalah membimbing siswa agar mendapatkan nilai bagus di USBN ini. Program pendukung untuk menyukseskan siswa menghadapi USBN ini yaitu training motivasi, bimbingan belajar, try out bulanan, mabit, dan refreshing, serta do’a bersama. 

 Dari awal memang Slamet terlihat kurang antusias dengan segala program di kelas 6 ini. Mungkin karena selama ini dia menyadari bahwa banyak orang menganggapnya bodoh dan nakal, sehingga dia menunjukkan sikap apatisnya. Apalagi di setiap checklist pelaksanaan ibadah di pagi hari, Slamet ini masih saja mengaku bahwa salatnya belum genap lima waktu. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Bagi saya mengantarkan anak pandai bisa meraih prestasi terbaik itu sudah biasa, tetapi jika anak seperti Slamet ini bisa sedikit saja berubah menjadi lebih baik, maka itu adalah sesuatu yang sangat luar biasa. Maka dimulailah petualangan saya mendampingi Slamet yang istimewa ini.

Saya memulainya dengan Bina Kelas, program sekolah kami yang berisi pembinaan karakter, dilakukan sebelum jadwal pelajaran berlangsung. Di situ saya selalu mengingatkan bahwa unsur utama penunjang kesuksesan adalah ketaatan kepada Allah dan orang tua, jadi agar mereka sukses dalam ujian maka harus taat kepada Allah, yang dibuktikan dengan melakukan kewajiban ibadah dan patuh kepada orang tua. Saya minta kepada anak-anak untuk melaksanakan salat lima waktunya.

Khusus untuk Slamet, saya sering mengajaknya mengobrol di saat istirahat atau setelah salat dhuhur berjamaah. Di awal saya hanya bertanya tentang hal-hal yang ringan saja, untuk membuat dia tidak takut kepada saya, agar dia merasa nyaman dulu dengan saya. Dari situ saya tahu bahwa di rumahnya tidak ada yang mendampingi belajar, dia hanya belajar sendiri. Maka saya memintanya untuk belajar bersama temannya, Alvin, yang rumahnya dekat dan juga cukup pandai. Saya juga meminta Alvin untuk mengajak Slamet belajar bersama.

Setiap bulan kami mengadakan try out, untuk mengetahui sejauh mana kesiapan siswa menghadapi USBN. Jika di awal peringkat Slamet masih terendah, maka di bulan-bulan selanjutnya sudah mulai ada peningkatan.

Dari aspek karakter pun pelan-pelan mulai ada perubahan dari diri Slamet. Kebetulan kelas yang saya ampu ini seluruhnya laki-laki, karena memang ada pemisahan antara siswa laki-laki dan perempuan sejak kelas 4. Karena semuanya laki-laki maka bisa dibayangkan bagaimana tingkah polah mereka di kelas, selalu ramai dan senang bermusik dengan memukul meja. Bahkan saat pelajaran pun sering kali mereka ramai sendiri. Nah, setelah beberapa bulan di kelas 6, Slamet mulai menunjukkan perubahan. Tidak lagi suka mengobrol saat pelajaran. Dia lebih sering terlihat khusyuk mendengarkan guru menjelaskan di depan kelas. Bahkan kadang-kadang juga bertanya tentang sesuatu yang belum dia pahami, hal yang sebelumnya tidak pernah dilakukannya. Saat istirahat juga dia mulai terlihat ‘anteng’ di kelas, membaca buku. 

Memang kemampuan Slamet yang tergolong ‘slow learner’ itu tidak bisa diubah, tetapi perubahan dan perkembangan sekecil apa pun patut kita syukuri. Hal yang membuat saya hampir menangis karena terharu adalah saat Ujian Akhir Semester untuk mata ujian Tematik. Jadi di sub ujian IPA, yang terdapat di salah satu tema dalam mata ujian itu, Slamet mendapatkan nilai 100. Saya sampai tak percaya, berulang kali saya cek lagi antara kertas ujian dan hasil analisa ujian di laptop. Hasilnya tetap sama, 100. Memang saat itu pelajaran IPA hanya 5 soal, tetapi mungkin itu yang sangat disukai oleh Slamet sehingga betul-betul dihapalnya. Saya sangat terharu, bahagia, dan bersyukur. Saya mengumumkannya di depan teman-temannya. Mereka semua turut gembira, bahkan memberi selamat dan juga semangat untuk Slamet. Slamet sendiri menanggapinya dengan tersenyum malu-malu saja. Mungkin dia sendiri juga tidak menyangka.

Kebahagiaan berikutnya yang diberikan Slamet kepada kami datang dari guru PAI yang melaporkan bahwa nilai ujian praktik Slamet untuk salat juga bagus, 85. Bahkan nilai ujian sekolahnya pun untuk PAI juga di atas 80. Alhamdulillah, kami guru-guru sangat gembira mendengar kabar ini. Jerih payah dan kepercayaan kami untuk Slamet telah dibuktikan olehnya bahwa dia mampu. 

Puncaknya adalah di acara perpisahan. Kami selalu memberikan hadiah kepada siswa dengan beberapa kategori, bukan hanya akademis saja. Ada kategori nilai USBN tertinggi, pencapaian tahfidz terbanyak, dan akhlak terbaik. Khusus untuk akhlak terbaik ini dilihat dari perubahan akhlak siswa yang semakin baik sejak kelas 1 sampai kelas 6. Untuk kelas laki-laki semua guru sepakat memberikannya kepada Slamet. Kami melihat perubahan akhlak Slamet yang begitu luar biasa di kelas 6 ini, dari yang suka jahil kepada anak perempuan menjadi lebih sopan, dari yang tidak suka belajar di kelas menjadi anak yang lebih khusyuk memperhatikan guru.

Untuk hasil USBN memang kami bukan tukang sulap yang bisa mengubah kondisi anak ‘slow learner’ menjadi luar biasa pandai. Nilai akhir Slamet hanya bisa dikatakan cukup. Tetapi dengan pernah mendapat nilai 100 di saat ujian semester, itu membuktikan bahwa dia sudah berusaha. Itu artinya dia selama ini memperhatikan apa yang selalu saya katakan di kelas.

Yang membuat saya lebih bangga dan terharu lagi adalah saat diumumkannya Slamet sebagai peraih gelar ‘Perubahan Akhlak Terbaik’, tidak ada satu pun temannya yang protes. Mereka semua mendukung Slamet. Mereka sadar bahwa dia memang pantas mendapatkannya setelah apa yang selama ini diusahakan dan telah dicapai oleh Slamet. Bahkan setelah turun dari pentas dan dielu-elukan oleh teman-temannya Slamet tidak menampakkan wajah yang gembira berlebihan, dia hanya tersenyum. Juga tidak ada kata terima kasih kepada saya. Tetapi saya tidak butuh itu. Saya sudah bangga dan bahagia bisa melihatnya mengalahkan kekurangannya dan membuktikan kepada orang lain bahwa dia mampu.

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Solilokui Pawiyatan Tanah Bromo; Sebuah Kisah
Berawal Hanya Ingin Menghilangkan Rasa Malu, Memutuskan Untuk Menjadi Guru

Nur Azizah, S. Pd

May 01, 2022
3 min
Dulu, Kini, dan Nanti Tetaplah Guru

Titin Nurgantini

Apr 23, 2022
5 min
Tips dan Trik Mengajar Daring
2 min
MENJADI TERANG DI DAERAH TERPENCIL

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar