SISWAKU LADANG INOVASIKU
(Tips dan trik menjadi guru inovatif)
Oleh : Zurnyta Aziz, S.Pd/ Guru SMKN 2 Mukomuko
Menjadi guru adalah pengabdian. Pengabdian tidak hanya dalam bentuk pembelajaran semata namun lebih dari itu bagaimana seorang guru meninggalkan jejak pembelajaran yang berkesan dan berguna bagi para peserta didik dimasa depannya. Belajar adalah menemukan pengetahuan baru dan pengalaman baru bagi guru dan siswa. Bahwa pembelajaran dengan segala domain pendukungnya memang jelimet, ruwet dan rumit. Tetapi yang terpenting adalah mencarikan jalan keluar dari semua itu. Pun, pengalaman penulis mengajar disekolah dengan rerata input siswa berdaya serap rendah ( low achiever ). Menarik dan ternyata memiliki tantangan tersendiri khususnya dalam memotivasi belajar siswa.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Mukomuko, terletak di ujung utara Kabupaten Mukomuko Propinsi Bengkulu yang berbatas langsung dengan daerah Silaut Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat. Komoditi utama warga yaitu sawit, hasil palawija dan padi. Sebagian besar aktifitas siswa diluar jam sekolah adalah membantu orangtua ke ladang, kebun atau sawah. Bahkan hampir semua siswa laki-laki sudah bisa mencari uang sendiri dengan membantu di kebun atau sawah orang lain. Artinya, uang bagi mereka cukup mudah untuk didapat.
Penulis mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris. Mata pelajaran yang tidak disenangi oleh hampir semua siswa. âBagaimana mungkin kami bisa berbahasa Inggris, berbahasa Indonesia saja kadang-kadang tidak fasih â Kalimat perdana yang penulis terima ketika awal mengajar disekolah ini. Sehari-hari masyarakat tempat penulis bertugas menggunakan bahasa daerah. Sesekali penulis juga menggunakan bahasa daerah sebagai penguatan supaya siswa lebih paham. Kalimat diatas menjadi pemantik semangat untuk menemukan cara terbaik mengajarkan Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib nasional. Satu hal yang penulis tanamkan â jika siswa saya tidak senang belajar Bahasa Inggris, maka bagaimana caranya mereka bahagia belajar dengan metode pembelajaran sayaâ .
Menurut teori behvioristik belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus sebagai input dari guru dan respon sebagai output dari siswa. Stimulus dari guru ternyata tidak serta merta mampu memunculkan motivasi jika tidak ada respon positif dari siswa. Motivasi menjadi kata kunci bagaimana penulis menemukan tips dan trik meningkatkan motivasi belajar siswa.
Secara etimologi, motivasi berasal dari kata âmotifâ yang artinya daya upaya seseorang untuk melakukan sesuatu (Cut Zurnali, 2014). Menurut terminologi bahwa motivasi adalah dorongan atau semangat untuk mencapai tujuan tertentu. Uno (2011) mendefinisikan motivasi sebagai dorongan internal dan eksternal seseorang yang diindikasikan dengan adanya hasrat, minat, penghargaan dan penghormatan. Jika tidak ada dorongan internal dalam diri siswa, maka tugas guru menciptakan dorongan eksternal untuk memunculkan semangat dan motivasi siswa.
Beberapa kondisi yang penulis hadapi ketika proses belajar mengajar dalam kelas. Pertama , siswa kurang merespon kehadiran guru dalam kelas. Kedua , siswa tidak semangat memulai pelajaran. Dan ketiga , proses interaksi dalam kelas tidak maksimal. Sementara, sebagai guru tentu saja ingin siswa merespon kehadiran guru, semangat memulai pembelajaran dan adanya interaksi yang aktif dalam kelas. Ketiga kondisi tersebut membuat penulis mencari tips dan trik apa yang harus dilakukan agar siswa termotivasi belajar Bahasa Inggris.
Ada 3 tips yang penulis lakukan untuk meningkat motivasi belajar siswa.
Knowing the leaners (kenali para siswa). Sebagian besar siswa adalah tipe gaya belajar kinestetik karena dipengaruhi oleh program keahlian yang ada disekolah ini, yaitu Agribisnis Tanaman Perkebunan (ATP), Agribisnis Tanaman Pertanian Holtokurtura (ATPH), Agribisnis Perikanan Air Tawar (APAT), Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran (OTKP), dan Multimedia. Sebagian besar Input sekolah ini adalah lulusan siswa dengan nilai rendah, yang tidak diterima disekolah lain dan lulusan paket B. Hampir semua siswa daya serap belajarnya berada pada level sedang dan rendah (middle and lower achiever ). Dilihat dari jenis kelamin, program OTKP didominasi oleh siswa perempuan, hanya 3-5 orang saja laki-laki. Sebaliknya, ATP, ATPH, APAT dan Multimedia dominasi siswa laki-laki hampir 90 persen, bahkan untuk ATP dan APAT sama sekali tidak ada siswa perempuan. Cukup banyak siswa yang sudah lama lulus SMP namun baru melanjutkan disekolah ini. Artinya usia mereka tidak sesuai dengan fase belajar mereka. Misalnya, di kelas X berusia 17 atau 18 tahun.Dari data ini, mulailah dengan pertanyaan siapakah siswa-siswi kita?
2. Choosing the appropriate method (pilih metode yang cocok). Pemilihan metode yang cocok tips berikutnya setelah mengenal gaya dan karakter belajar siswa. Kelas perkantoran energi mengajar tidak terlalu terkuras karena mereka mudah melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Berbeda dengan 4 kelas lainnya, untuk mengajak siap belajar saja butuh waktu dan siasat. Menjelaskan dan menampilkan slides saja tidak cukup namun harus dibantu dengan hal-hal bersifat konkret seperti membuat proyek secara individu atau kelompok. Setiap materi pembelajaran disajikan dengan metode yang berbeda-beda. Sebagai guru harus banyak membaca berbagai literature metode dan strategi pembelajaran sebagai referensi pengembangan metode pembelajaran agar bisa memberi pengajaran yang bervariasi, tidak membosankan serta mampu meningkatkan rasa senang dan semangat siswa.
3. Creating a comfortable class (ciptakan kenyamanan kelas). Awali dengan senyum, senang dan penuh semangat ketika berjumpa siswa atau saat akan memasuki kelas. Perhatikan kebersihan kelas, jika kelas belum bersih, beri waktu siswa untuk membersihkan kelas walaupun jam belajar sedikit terpakai. Menyadari sebagai mata pelajaran yang kurang diminati oleh siswa, maka menciptakan kelas senyaman menjadi hal yang penting dilakukan. Kelas yang bersih dan suasana yang bahagia bersama guru belajar dalam kelas. Menikmati metode yang dipakai guru dalam menyajikan materi pembelajaran.
Senyum dan sapa menjadi cara termudah untuk memastikan guru siap mengajar dan siswa siap belajar. Tak bisa dipungkiri, Bahasa Inggris sejauh ini bukan kebutuhan mereka kedepannya, dimana lulusan sekolah ini sebagian besar bekerja di pabrik-pabrik pengolahan sawit yang memang banyak di kabupaten Mukomuko. Sedikti sekali yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Menyadari hal itu, belajar menyenangkan itulah yang penulis lakukan. Cara sederhana, namun berdampak pada antusias dan motivasi siswa masuk kelas dan siap belajar.
Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, penulis telah mencoba berbagai trik atau strategi agar kelas lebih inovatif dan siswa terlibat dalam proses pembelajaran, seperti berikut ini :
Supporting media (media pendukung pembelajaran). Jika guru sudah mengenali siapa siswa, cara belajar mereka, langkah selanjutnya menyiapkan media yang tepat dan menarik. Secara sederhana, media adalah alat bantu untuk mendukung proses pembelajaran. Media dapat menjadi alat penyampaian pesan sehingga mampu merangsang minat, perhatian dan perasaan siswa (Malik.1994). Media terdiri dari berbagai bentuk antara lain media cetak (buku, kertas, poster, gambar,koran, dll), media audio dan visual ( radio, slide, podcast, lagu/music,video, dll), multimedia interaktif (game, aplikasi berbasis android, media realia (bebatuan, dedaunan dll). Contoh media yang pernah penulis siapkan untuk memotivasi siswa adalah media visual seperti berikut ini :
Rehat penayangan slide humor caricatures Penulis menyiapkan beberapa slide karikatur lucu yang dicari di google dan sedikit dimodifikasi lalu disimpan dilaptop. Saat siswa sudah mulai tidak fokus, dibuktikan dengan suasan kelas ribut, siswa secara bergantian minta izin keluar ruangan bahkan ada yang tidur-tiduran, maka penulis menayangkan satu persatu slide lucu ini melalui infocus. Media tayangan karikatur ini mampu membangunkan siswa dan membangkitkan kembali semangat mereka. Sejenak mereka kembali ke topik pembelajaran. Kebosanan mereka bisa hadir kembali kira-kira 20-30 menit berikutnya. Dengan durasi 90 menit 1 kali pertemuan, maka ada 2 atau 3 kali penayangan karikatur humor ini dilakukan.
2. Media Interaktif berbasis android (Comic Canva )
Sejak pendemi covid 19, hampir semua siswa memiliki smartphone. Smartphone menjadi media pendukung pembelajaran yang sangat membantu saat ini. Alat ini dapat menjadi alternatif ketika cara konvensional sudah tidak diminati oleh siswa. Di satu sisi, smartphone bisa menjadi âbenaluâ bagi ketercapaian tujuan pembelajaran. Bagi penulis mencoba melihat sisi positif dari keberadaan alat yang ada di genggaman setiap siswa. Pada topik âCause and Effect â siswa diperkenalkan dengan aplikasi canva sebagai salah satu aplikasi berbasis android. Siswa menyusun percakapan sederhana menggunakan fitur comic canva , dengan sendirinya siswa menjadi aktif, kreatif, dan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru dalam proses pembelajarannya. Smartphone yang awalnya hanya dominan mereka gunakan untuk bermain, maka setelah kenal dengan aplikasi canva , penulis mendorong untuk terus berkreasi dengan canva . Tidak hanya komik, canva banyak mempunyai fitur-fitur lain seperti membuat fleyer, video dan lain sebagainya.
3. Media Kartu Domino (Domino Cards )
Kartu-kartu berbentuk seperti batu domino ini merupakan media cetak. Siswa berkelompok menyiapkan kartu dari kertas. Kartu ini digunakan dalam permainan menyusun kosa kata Bahasa Inggris. Kelompok terbanyak menyusun kosa kata, maka menjadi âwinnerâ dan diberi hadiah oleh guru. Trik ini sangat membantu siswa mengingat kosa kata karena mereka berusaha menemukan sendiri.
Masih banyak media pendukung pembelajaran yang bisa guru siapkan untuk menjadikan kelas hidup, berenergi dan bersinergi. Gambar-gambar di atas adalah sebagian dari inovasi pembelajaran yang pernah penulis lakukan bersama siswa.
2. Class management ( Mengatur kelas)
Mengatur kelas termasuk salah satu aspek kompetensi pedagogi guru. Guru harus menciptakan ruang belajar yang variatif terutama posisi tempat duduk siswa. Mengatur kembali posisi tempat duduk antar siswa akan menciptakan nuansa baru dan menghilangkan rasa bosan. Seperti model pengaturan tempat duduk siswa sebagai berikut :
Sistem klasikal pendidikan Indonesia menjadikan guru adalah pemilik kelas. Berinovasilah dengan kelas kita, sesekali belajar duduk bersama lesehan di lantai kelas atau diluar kelas. Posisi tempat duduk bervariasi memunculkan perasaan yang berbeda bagi siswa. Kemaren ia duduk disamping teman A, hari ini dengan teman B. Tentu saja pengalaman baru dalam mengorganisir sebuah kelompok belajar.
3. Teacher looks perfect (guru tampil sempurna)
Menjadi guru saat ini berbeda dengan guru periode lampau. Penampilan yang menarik dan elegan sudah menjadi kebutuhan bagi profesi apa saja. Tak terkecuali guru, guru berangkat kesekolah tidak bisa tampil apa adanya, apalagi berada dalam kelas. Karena guru akan menjadi episentrum perhatian siswa. Siswa akan senang dan bahagia melihat guru yang ada di depan mereka terlihat bersih, rapi dan elegan. Sehingga menampilkan kharismatik seorang guru sebagai insan cendekia yang layak ditiru dan digugu. Seorang guru yang banyak ilmu dikepalanya telah berada di tengah-tengah para siswa siap menerima ilmu pengetahuan dari guru yang tampil sempurna.
Pakaian, sepatu, make up dan lainnya yang dikenakan guru tentu tidak mesti mahal dan berlebihan. Karena memang passion guru bukan untuk hal itu. Justru akan menjadi bumerang dan ajang gossip bagi siswa jika ada guru yang tampil berlebih-lebihan diluar passion nya. Tampil sempurna adalah rapi, bersih dan elegan.
Inovasi adalah mutlak dalam proses belajar. Apalagi saat ini, dengan aneka sumber belajar tak terbatas (unlimited sources ) menjadikan guru tak puas dengan satu metode saja. Mengenal gaya belajar siswa serta karakteristik materi yang diajarkan menjadi ladang yang luas bagi guru untuk menemukan inovasi-inovasi baru. Karena tugas guru adalah memberikan ilmu pengetahuan baru dan pengalaman baru bagi siswa. Jika guru kurang berinovasi dalam pembelajaran, maka tidak bertambah pengetahuan dan pengalaman siswa. Pengetahuan dan pengalaman baru tersebut secara tak langsung menjadi modal belajar bagi masa depan siswa sebagai generasi penerus bangsa. Jadikan sekolah dan kelas kita sebagai ladang untuk menemukan inovasi yang terbarukan. SEMANGAT BERINOVASI!!.