Tidak pernah terbayang bahwa cita-cita saya adalah menjadi seorang guru. Sejak kecil bercita-cita menjadi seorang dokter sehingga ketika di sekolah dasar saya sudah mengikuti kegiatan dokter kecil, di SMP megikuti ekstrakurikuler pasukan kesehatan sekolah, sampai akhirnya ketika SMU pun aku mengikuti berbagai kegiatan yang mengarahkan pada cita-cita saya. Kegiatan tersebut diantaranya mengikuti Palang Merah Remaja, Karya Ilmiyah Remaja, mengikuti seminar kesehatan dan sebagainya. Menariknya, ketika SMU saya senang dengan dunia mengajar, terkadang ngajari teman sekelas, mengajar privat, mengajar ekstra sekolah dan mengajar TPA (Taman pendidikan Al-Qur’an lho bukan tempat pembuangan akhir..he he). Hal ini berlanjut ketika kuliah, untuk meraih cita-cita yang dinginkan maka saya mengikuti SMPTN sampai akhirnya diterima di salah satu perguruan tinggi dengan jurusan yang diidamkan tapi itu semua pupus karena orangtua pada waktu itu tidak cukup dana yang membayar uang pangkal untuk biaya kuliah.
Kondisi tersebut mengubah jalan saya, akhirnya saya cari kampus yang memberikan beasiswa dan dapatlah akhirnya di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Jika pagi Kuliah maka sore harinya saya gunakan mencari aktivitas untuk menyambung hidup. Sebagaimana kebiasaan di SMU yakni ngajar TPA di sebuah masjid, mengajar freelance playgroup, privat dan sampai berjualan. Hal itu saya lakukan sampai lulus kuliah dengan jurusan ilmu sosial bukan jurusan pendidikan. Setelah lulus kuliah saya masih berstatus menjadi guru di sebuah lembaga pendidikan walaupun tidak full, sembari mendaftar untuk melanjutkan kuliah S2 di Kampus ternama di Yogyakarta, hal itu saya lakukan agar bisa bekerja diluar sebagai guru, dan saat itu memang belum ada bayangan untuk menjadi seorang guru, PNS guru dan sebagainya. Menariknya saat kuliah S2 ada staf admin kampus memanggil saya " pak guru? Njeh pak ada apa? Saya jawab. Beliau menjelaskan bahwa saya itu mirip pak guru di daerahnya, dan sejak itu setiap kali ketemu, beliau memanggil saya dengan pak guru.
Di saat kuliah S2 aktivitas saya selain kuliah dan mengajar maka setiap hari sabtu beburu koran untuk melihat lowongan kerja. Saat itu saya tertarik dengan lowongan pekerjaan di sebuah surat kabar lowongan itu dari rumah sakit PKU Muhammadiyah Kota Yogyakarta untuk pegawai bina rohani karena saya menganggap bahwa lowongan ini sesuai jurusan saat saat kuliah S1. Akhirnya mendaftarlah saya di RS PKU itu dan di terima. Setelah dinyatakan diterima saya sangat senang, bahagia, langsung saya kabari orangtua tentang diterimanya dipekerjaan dirumah sakit mereka senang sekali bahkan sering diceritakan ke sahabat-sahabatnya.
Beberapa saat ketika bekerja di rumah sakit tantangan mulai muncul baik yang berkaitan dengan batin dia maupun secara fisik, tidak nyaman, merasa bukan passion, capek dan bahkan kuliah jadi tidak fokus. Beratnya pekerjaan di rumah sakit dan tekanan batin yang saya alami akhirnya saya mengundurkan diri dari pekerjaan itu. Permasalahan tidak berhenti di situ saya harus mengundurkan dari kampus karena tunggakan pembayaran yang menumpuk. Ujian yang menimpa itu saya terima dengan lapang dada dan saya berusaha bangkit. Saat itulah saya berpikir bahwa setiap hari saya mengajar apakah ini passion saya, akhirnya saya mencoba untuk mencari informasi di surat kabar tentang lowongan guru. Dapatlah waktu itu lowongan guru pendidikan agama Islam di sebuah SMU swasta di KotaYogyakarta. Saya kemudian mendaftarkan diri dengan berbagai persyaratan yang dipenuhi selanjutnya mengikuti tes seleksi di kantor yayasan tempat seleksi penerimaan. Setiap test yang saya jalani lulus dengan hasil yang baik dari mulai tahap pertama sampai tahap akhir tinggal menunggu panggilan dari pihak sekolah. Akan tetapi dimalam harinya kira-kira jam 21.05 saya ditelpon oleh salah satu pengurus Yayasan, beliau mengatakan ”Mas, setelah kami pertimbangkan dengan berat hati anda tidak kami berikan di SMA tapi anda kami berikan amanah di SD ya?gimana mas?o..iya saya tunggu jawaban lima menit ya...karena saat itu lowongan guru bukan hanya SMU tapi SD dan SMP.
Mendengar penjelasan itu maka saya bingung harus gimana antara terima atau ditolak, kalau ditolak sulit kemungkinan saya dapat tawaran ini lagi, kalau diterima tapi kok mengajar anak SD?(perang batin, padahal di sisi lain tiap hari mengajar anak-anak TPA usia SD ) sepertinya kurang menarik batinku! akhirnya saya mengambil air wudhu, kemudian shalat dua rekaat lantas berdo’a minta petunjuk kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Setelah lima menit bunyi Handphone kembali berdering kemudian dengan pelan-pelan saya angkat” gimana mas, tawarannya, diterima ya amanahnya?insya Allah banyak pahala, banyak kebaikan dan yang jelas insyaAllah nyaman mas” ucap pengurus yang menelponku. Saya sejenak merenung kembali antara ia dan tidak, dan Akhirnya saya dengan mengucap bismilah memberikan jawaban saat itu, “bismilah, njeh pak saya terima yang di SD. “Alhamdulillah,maturnuwon mas, semoga dimudahkan ya sama Allah, pengurus bersyukur atas kesediaan menerima tawaran itu.
Keesokan harinya saya langsung datang ke sekolah dan disambut dengan hangat oleh kepala sekolahnya. Saat itu juga saya langsung untuk memulai hari-hari meniatkan untuk mengajar dengan kesungguhan. Awal- awal saya merasakan betapa beratnya menjalaninya, merasa hal itu jauh dari keinginan dan harapan. Dalam hatiku berucap “pasti ada hikmah dibalik ini semua, dan saya teringat akan ayat yang artinya " boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu buruk buatmu dan boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu baik buatmu". Waktu terus berlalu dan akhirnya sedikit-demi sedikit saya mulai menikmati aktivitas mengajar di Sekolah Dasar. Di antara yang menjadikan aku kuat menjalaninya adalah saya ingat nasehat guruku yang mengatakan “lakukan saja yang terbaik setiap aktivitas yang Allah sukai dan jangan lupa untuk terus memperbaiki diri. Maka, masyaAllah ternyata benar kebaikan dan keberkahan saya dapatkan.
Tidak lama saya mengajar di sekolah dasar tersebut, anugrah terindah aku dapatkan. Melalui perantaraan salah satu teman guru saya kenalkan dengan bidadari pedamping hidup yang selalu setia mendampingiku baik suka dan maupun duka hingga kini yakni istri tercinta ku. Ketika terus meningkatkan kualitas diri dan profesionalisme dalam mengajar sebagaimana rumus yang saya pegang teguh untuk terus memperbaiki diri dan lakukan yang terbaik maka Allah SWT curahkan keberkahan dan kebaikan kembali. Yakni suatu saat saya di tawari untuk mengajar privat seorang siswa dari sinilah saya diberi kesempatan untuk berangkat umrah dengan semua biaya gratis. Tak kuasa air matanya ini menetes, haru bercampur bahagia karena Allah berikan kesempatan pada saya untuk bisa menginjakan kaki ini ke Baitullah. Impian dan cita-cita setiap orang, saya mendapatkannya tanpa mengeluarkan sepeserpun dana.
Belum berakhir sampai di situ Allah memberikan rizqi kepada saya. Di saat saya berkeinginan untuk melanjutkan studi, namun tidak memiliki biaya, saat itu ada informasi beasiswa S2 lantas saya mendaftar beasiswa dan saya diberikan kesempatan untuk mengikuti program beasiswa S2. Alhamdulillah, saya sangat bersyukur sekali atas semua nikmat yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala melalui jalan saya mengajar di sekolah dasar. Tak terbendung air matanya menetes ...Dalam hatiku bergeming” hai kamu, nikmat mana lagi yang kamu dustakan”.
Maka diberikannya nikmat oleh yang Maha pemurah bukan lantas berdiam diri tapi bagaimana terus mengembangkan kemampuan dalam memberikan yang terbaik untuk para siswa-siswiku. Dan seperti itulah janji Allah bahwa ketika kita bersyukur dengan memaksimalkan potensi kita maka Allah justru akan menambah nikmatNya. Selanjutnya saya diberikan kesempatan lagi untuk mengikuti pendidikan profesi guru gratis dan mendapat sertifikat pendidik sekaligus dimudahkan untuk mengikuti sertifikasi guru. Inilah hikmah bahwa dulu saya awalnya yang tidak suka jadi guru padahal ternyata banyak kebaikan yang saya dapatkan dari tugas mulia guru ini. Nah.. penting buat kita bahwa terkadang kita pingin sesuatu,cinta sesuatu tapi sebenarnya tidak ada kebaikan sama sekali buat kita, namun sebaliknya terkadang kita tidak menginginkan sesuatu itu, atau tidak menyukainya, bahkan benci pada sesuatu itu padahal banyak kebaikan-kebaikan yang diberikan pada kita. Maka, yang terpenting adalah teruslah untuk melakukan yang terbaik dan teruslah meperbaiki diri apapun profesi kita. Akhirnya selalulah untuk berbaiksangkalah pada Allah SWT.yang Maha pembawa keberkahan dan kebaikan buat hambanya yang lemah, Karena pasti akan indah pada saatnya.