Guru adalah cita-cita dan impian saya begitu juga dengan alm. Ayah, sewaktu kecil ayah selalu mengajari saya untuk menghargai waktu seperti bangun sebelum adzan subuh dan berangkat sekolah sebelum tepat waktu misalnya sebelum bel berbunyi pukul 7.15, maka saya sudah di sekolah jam 7.00. Disiplin itu terus menjadi budaya buat saya hingga sekarang. Memang bagi yang tidak terbiasa maka akan sulit di awal pada akhirnya juga akan terbiasa, karena itu ada guru saya di sekolah tempat saya mengajar mengatakan "bisa karena dipaksa" dan saya pun sontak ke ingat dengan alm. Ayah. Slogan ini hanya berlaku pada anak milenial karena rebahan dan santuy membudaya pada diri anak jaman sekarang dan akibatnya tidak produktif.
Dewasa ini saya menjadi guru masih 1 Tahun selama Pandemi berlangsung di SMK tempat saya tinggal dan pembelajaran tatap muka masih menggunakan gelombang atau shift kepada tiap kelas, semua diatur sedemikian jelas. Ketika Saya mengajar siswa SMP di awal 2021 sekaligus menjadi wali kelas di masa pandemi, saya belum mengenal antara satu dan yang lainnya dengan siswa saya namun saya mengenal nama mereka. ketika saya mendapat aduan dari guru lain bahwa ada siswa saya terlalu banyak absen pada mata pelajaran Matematika ketika daring menggunakan Zoom misalnya, disitu saya langsung menelpon orang tua siswa saya untuk datang ke sekolah menjumpai saya atau kesiswaan untuk berdiskusi mengenai anaknya, saya guru pemula banyak belajar dari guru saya terdahulu sewaktu saya masih duduk di bangku SMA, namanya ibu Sovia Asi Margaretha Simbolon dimana guru saya sangat pandai mengolah bahasa, sopan dan santun dalam bertutur kata pemilihan bahasa yang tepat dan lemah lembut.
Saya belajar dengan beliau, belajar secara berkhayal dan mengingat cara guru saya berbicara dan cara melayani siswanya termasuk saya sendiri sewaktu saya masih menjadi siswa beliau, guru saya tersebut memberikan saran agar saya banyak membaca dan menonton Mario Teguh atau acara Kick Andy di Youtube serta rajin menulis. Sebagai bahan referensi dalam bertutur kata kepada orang tua murid maupun dengan guru lain atau orang yang lebih tua. Pernah dosen saya mengatakan ketika kita menjadi guru, pasti ada guru yang kita idolakan sehingga kita menjadi guru lebih dari guru idola kita, saya langsung teringat kepada guru saya ibu sovia. Kembali ke permasalahan dengan siswa saya sewaktu saya menjadi wali kelas, saya melayangkan surat pemberitahuan kepada teman sekelasnya yang kebetulan tinggal disekitar rumahnya dan saya menunggu orangtua siswa saya hingga jam 13.00 dan gagal berjumpa dengan orang tua siswa saya di sekolah, saya berpikir dan terus berpikir agar siswa saya rajin saat zoom saya berinisiatif untuk mendatangi rumah siswa saya dan bertemu dengan orang tua siswa saya serta berdiskusi atas ketidakhadirannya saat mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sebelum saya mengambil keputusan itu saya meminta izin kepada guru kesiswaan dan saya diberi izin akhirnya saya memutuskan untuk mengunjungi.
Pada hari kedua ke rumahnya, di rumah kosong tidak ada seorangpun di dalam rumah, saya tanya ke tetangga mengenai kekosongan rumah tersebut, ternyata seluruh anggota keluarga bekerja begitu juga dengan siswa saya turut membantu orang tua. Al hasilnya nihil pada hari itu, saya datang lagi keesokan harinya sekedar berkunjung dan berdiskusi akhirnya ketemu dengan orang tua siswa saya, kami pun mulai berdiskusi pertanyaan pertama saya kenapa ananda kita sudah 1 minggu ini baru 3 kali masuk Pak? Tanya saya begitu dengan pertanyaan berikutnya akhirnya saya menasehati siswa saya dan orang tua ananda diperbolehkan bekerja atau membantu orang tua saat ananda sudah cukup umur dan pendidikan untuk menambah ekonomi keluarga, kalau saat ini masih siswa kelas 1 saya mohon ananda kita agar lebih fokus belajarnya boleh membantu orang tua dengan waktu ketika habis jam belajar seperti siang hari atau hari minggu, mengerjakan pekerjaan rumah itu juga wajib dikerjakan tetapi ada waktu agar ananda tidak ketinggalan dalam belajar.
Dan saya juga memberikan solusi kepada orang tua siswa, solusi ini juga kebijakan dari sekolah saat rapat. saya meminta agar anaknya diantar ke sekolah kalau memang tidak memiliki handphone ataupun Kuota dalam pembelajaran zoom. Begitulah saya menasehati orang tua siswa saya sewaktu saya menjadi guru di SMP dan wali kelas, ini kisah tiga bulan menjadi guru SMP swasta.
Pertengahan bulan Februari 2021, saya melamar menjadi guru di SMK negeri karena saya mendengar bahwa di sekolah itu membutuhkan guru dan saya cepat - cepat membuat surat lamaran dan syukurnya saya diterima menjadi guru. Pandemi masih berlangsung dan saya mengajar di semester genap secara daring, saya menggunakan Grup Whatsapp, Google Zoom dan Google Form, Whatsapp saya gunakan sebagai media saya untuk share Bahan Ajar atau Materi yang akan dibahas pada pertemuan Google Zoom, group whatsapp juga memudahkan saya dalam Absensi secara tertulis dan membuat siswa saya disiplin waktu karena saya menggunakan batas absensi waktu setelah mencapai batas waktu yang saya tentukan makan Group whatsapp saya kunci kembali hanya Admin Group yang dapat menulis pada kolom komentar Grup whatsapp. Pada saat Meet disinilah saya bertatap wajah dengan siswa saya walaupun secara virtual paling tidak mereka mengetahui guru mereka, di awal pertemuan yang baru kami saling memperkenalkan diri dan saling menyampaikan cita-cita serta bagaimana cara meraihnya, mereka sangat bersemangat menceritakannya meskipun ada satu siswa saya masih kebingungan tentang cita-cita saya kembali memberikan pencerahan agar terbuka cakrawala pikir, memiliki tujuan hidup dan setia pada prinsip hidup kalau sudah diputuskan. Saya memberikan instruksi kepada siswa saya menuliskan cita-cita mereka pada selembar kertas origami lalu menuliskan di selembar berikutnya bagaimana meraihnya, mereka dengan semangat dan saling tertawa terasa seperti di dalam kelas padahal kami secara virtual dan menyenangkan.
Sedangkan Google Form saya manfaatkan untuk sebagai bahas soal atau pekerjaan rumah yang sudah saya atur mulai dari skor salah, waktu deadline, pasword, name. Bersyukurnya saya dan guru lain di SMK diajari oleh guru yang bersertifikat (Google Educator Level 1) tidak lain adalah dari guru sekolah saya tempat saya mengabdi.
Semester berikutnya datang dengan suasana pembelajaran dibagi dua atau menggunakan shift akhirnya kami tatap muka ucapku dalam hati, proses pembelajaran secara Daring dan Luring sangat berbeda Luring akan lebih mengenal siswa secara insten dan lebih akrab. Saya seorang yang sangat suka bereksperimen dengan model pembelajaran tujuannya agar siswa saya tidak merasakan bosan, mengantuk, bermalas-malasan dan mencari alasan agar tidak permisi alasannya "bosan". Zaman berubah, cara mengajar pasti berubah saya selalu mencari informasi mengenai cara mengajar dari youtube dan kadang saya bertanya kepada guru yang lebih senior cara mengajar agar tidak bosan agar mata siswa tertuju kepada saya, akhirnya saya pernah membuat model Jigsaw tipe 1 alhamdulillah siswa saya kelas XII menikmati proses belajar dan sambil bermain kemudian saya membuat model pembelajaran Snowball Throwing di kelas XI dan kelas X dan mereka juga menyukai dan menikmati proses belajar, dan saya juga membuat model pembelajaran Cooperative Script di kelas X dengan kurikulum sekolah penggerak siswa saya sangat menyukai proses belajar pada hari itu dan mereka ingin saya membuat model pembelajaran lain yang menyenangkan kata salah satu siswa saya berhubung kita di les terakhir pinta salah satu siswa saya dan saya pun mengiyakan karena menurut saya Guru harus melayani bukan dilayani.