Penerapan Inovasi Belajar Low - High Thinking Group dalam Mengembangkan Mentalitas Siswa Merdeka Mel - Guruinovatif.id

Diterbitkan 11 Jun 2022

Penerapan Inovasi Belajar Low - High Thinking Group dalam Mengembangkan Mentalitas Siswa Merdeka Mel

Dalam dunia belajar, para siswa sangat suka sekali dengan berkarya dan bebas berpendapat melalui cara - cara games yang beragam. Para guru tentunya harus memahami dan menyadari bahwa tidak semua siswa memiliki predikat sebagai “The Best Student in All Subjects”. Kemampuan mereka tentulah beragam dan memiliki tipe kecerdasan yang berbeda - beda. Melalui cara games yang unik harapannya bisa mengguggah niat dan perasaan seluruh siswa untuk bermain dan beradu cepat dalam menjawab soal secara berkelompok. 

Cerita Guru

Muhammad Rukhan Asrori

Kunjungi Profile
1035x
Bagikan

Dalam dunia belajar, para siswa sangat suka sekali dengan berkarya dan bebas berpendapat melalui cara - cara games yang beragam. Para guru tentunya harus memahami dan menyadari bahwa tidak semua siswa memiliki predikat sebagai “The Best Student in All Subjects”. Kemampuan mereka tentulah beragam dan memiliki tipe kecerdasan yang berbeda - beda. Melalui cara games yang unik harapannya bisa mengguggah niat dan perasaan seluruh siswa untuk bermain dan beradu cepat dalam menjawab soal secara berkelompok. 


Berdasarkan pengalaman saya sebagai seorang guru, saya selalu mengamati, mengidentifikasi dan melakukan klasifikasi dalam tahap pra diagnostik sebelum memulai sebuah pembelajaran. Penilaian Pra Diagnostik ini sangat penting bagi seorang guru sebelum memasukkan materi inti dalam kegiatan pembelajarannya di kelas. Tindakan awal yang cukup efektif dalam mengetahui kemampuan siswa bisa melalui cara - cara yang unik pula. Terkadang ada siswa yang sangat superior dalam pembelajaran akademiknya, dan ada juga sangat inferior dalam menangkap sebuah pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru harus berusaha mengurangi jurang intelegensi para siswanya di kelas selama pembelajaran maupun di luar pembelajaran, Cara inovatif yang dimiliki seorang guru itu tidak harus menerapkan proses digitalisasi karena pastinya akan ada sebagian kecil siswa belum paham mengenal dan menjelajah teknologi dikarenakan keterbatasan ekonomi maupun sosialnya, dan sekali lagi ini adalah PR bagi seorang guru untuk tuntaskan probematika ini.  
 

Sebagai salah satu guru yang mengajar di Indonesia, saya mencoba menerapkan sebuah teknik pembelajaran yang bisa mereduksi jurang intelegensi sehingga dapat meminimalisir sifat superior - inferior antar siswa di dalam kelas.  Adanya rancangan kurikulum merdeka belajar yang tengah disusun rapi oleh Pemerintah Indonesia melalui wewenang Kemdikbudristek ini dengan meluncurkan program merdeka belajar, maka saya harus open minded untuk meramaikan suasana kelas selama pembelajaran agar para siswa tetap mendapatkan kenyamanan, menyenangkan dan komunikatif (mudah memahami materi) dengan penerapan pembelajaran abad 21 yakni 4C (Communicative, Collaborative, Critical Thinking, Creative). 
Cara efektifnya adalah melalui permainan atau games yakni bernama puzzle. Games ini dioperasikan dengan seluruh siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok besar yang beranggotakan 6 - 7 siswa di kelas akan sangat membantu meminimalisir sebuah gaps antar siswa maupun antar kelompok. Selain itu dalam permainan puzzle ini, setiap kelompok harus ada seeded student (siswa unggulan) sebagai pusat belajar akademik kelompoknya. Selanjutnya, guru membagikan games puzzle tersebut disertai dengan alat pendukung seperti lem dan sticky notes untuk menjadi bahan jawaban kelompok dalam menuntaskan permainan tersebut. Kemudian permainan dimulai dengan waktu yang sudah ditentukan dan disepakati bersama para siswa. Setiap kelompok wajib memiliki media belajar berupa satu unit laptop sebagai bentuk pemanfaatan teknologi informasi dalam upaya mewujudkan pembelajaran berbasis digital di era merdeka belajar. 
 

Langkah permainan ini cukup mudah yakni mereka diminta menemukan kata-kata sifat yang ada soal puzzle tersebut dan mereka diminta untuk mengumpulkan seluruh hasil temuan kelompok sebagai upaya kolaborasi atau (collaborative). Setelah itu, mereka akan menuliskan kumpulan kata sifat atau adjectives tersebut pada sticky notes yang telah disediakan sebagai upaya hasil dari pola komunikasi atau (communicative) melalui diskusi kelompok. Setelah itu, setiap kelompok diminta membuat pertanyaan terhadap kelompok lainnya dimana pertanyaan itu berhubungan dengan kata sifat yang ditanyakan. Salah satu contohnya adalah, apabila ada kata sifat handsome maka kelompok lain harus cepat membuat kalimat baru dengan menggunakan kata sifat tersebut dalam tempo waktu yang singkat. Hal ini merupakan tindakan dalam bentuk (critical thinking) kelompok terhadap pertanyaan yang diberikan. Selanjutnya, apabila setiap kelompok berhasil membuat kalimat-kalimat yang melibatkan per kata sifat tersebut yang ditulis dalam lembaran sticky notes, maka inilah yang ditunggu oleh guru tersebut. Apa itu ? Setiap kelompok menggunakan satu unit laptop sebagai media pembuatan gambar digital yang berhubungan dengan kumpulan kalimat sederhana yang sudah melibatkan kata sifatnya. Contohnya, You are smart student at school maka kelompok tersebut harus membuat gambar digital sesuai dengan kalimat tadi. Sebagai bentuk apresiasi, maka setiap kelompok diwajibkan memilih minimal 3 kata sifat yang sudah dituliskan dalam setiap kalimat tersebut dengan wujud produk berupa gambar digital melalui penggunaan aplikasi apapun di laptop. Setelah itu dikompetisikan dengan adu karya atau produk yang dirancang sesuai kata sifat yang telah dibuat dalam bentuk kalimat. Sehingga akan terjadi proses (creativity) dalam membuat produk digitalnya dengan kombinasi pola ide dari siswa yang high thinking dan low thinking. Dan sebelum mengakhiri kelas, kelompok yang beranggotakan Low - High Thinking Group akan melakukan presentasi sebagai bentuk tindakan (literacy) dalam pembelajaran abad 21 saat ini dengan bekerja sama antara siswa yang high thinking dan low thinking dimana akan semakin menumbuhkan rasa percaya diri untuk mempelajari materi secara kelompok mandiri di dalam kelas. 
Jadi pembelajaran di kelas akan jauh menyenangkan, seru, para siswa bergerak aktif, kreatif, berinovasi menciptakan karya serta membangun komunikasi yang efektif dan memupuk keberanian mereka dalam proses berbicara di depan umum nantinya. Tentunya semua itu membutuhkan waktu dan proses yang cukup ideal untuk menjadi sebuah pembiasaan bagi para peserta didik dalam menghadapi kurikulum merdeka belajar. 

0

13

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Cerita Guru Ketika Pandemi
1 min
Penguatan Literasi Digital dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dengan Memanfaatkan Aplikasi MediaPPKn Online di Sekolah Pulau

ANGGI PERDANA

Aug 26, 2023
4 min
Belajar dari Covid-19, Bagaimana Cara Mudah Menularkan Semangat Membaca dan Belajar Peserta Didik
7 min
Solilokui Pawiyatan Tanah Bromo; Sebuah Kisah
Pembelajaran Menyenangkan Berbasis Lingkungan dalam Konteks Merdeka Belajar
2 min
Catatan Guru Inovatif : Adaptasi di Masa Pandemi

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar