Jika harus menyebutkan profesi yang paling mulia, maka âguruâ lah yang akan saya sebutkan pertama kali. Ya, guru. Karena, mengapa tidak? Menjadi seorang guru bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan, karena tidak semua orang mampu untuk melakukannya. Mengajar tidak hanya berbicara tentang mentransfer ilmu, tetapi ada hal-hal lain yang perlu diperhatikan. Seorang guru, disamping harus memahami materi yang akan diajarkannya, juga harus memahami kebutuhan dan psikologi siswa yang diajarnya. Maka dari itu, guru harus menguasai cara yang tepat untuk mentransfer ilmunya. Namun, yang harus diingat adalah, siswa sangat menyukai guru yang tidak membosankan. Guru yang membosankan bisa berarti guru yang sangat monoton dalam menyampaikan ilmu.
Guru memiliki kebebasan untuk menerapkan segala cara supaya siswa memahami apa yang diajarkannya. Supaya cara-cara yang dipilih lebih menarik dan tidak monoton, maka guru harus mampu untuk berinovasi, menjadi guru yang inovatif. Selanjutnya, saya akan membagikan tiga tips dan trik untuk menjadi guru inovatif ala saya.
Pertama, keluar dari zona nyaman. Tidak dipungkiri, guru-guru di masa sekarang sebagian besar masih merupakan produk dari sistem pengajaran lama, dan disadari atau tidak mereka masih mengadopsi sistem pengajaran lama. Bukan berarti sistem lama itu buruk, akan tetapi tuntutan di zaman sekarang sudah sangat berbeda. Sudah bukan masanya lagi pengajaran berfokus pada guru, tetapi berfokus pada siswa. Guru hanya berperan sebagai fasilitator. Keluar dari zona nyaman berarti keluar dari kebiasaan lama menuju ke kebiasaan baru. Metode pengajaran semakin berkembang seiring perkembangan zaman. Ketika kita sudah nyaman dengan kebiasaan lama, lalu tiba-tiba kita akan dihadapkan dengan bentuk pengajaran yang baru. Kita harus cepat beradaptasi dengan kurikulum baru, dengan menggunakan metode pengajaran yang baru. Jika kita masih nyaman tinggal di metode yang lama kita tidak akan berkembang, dengan begitu, kita akan semakin sulit berinovasi. Sudah siap untuk keluar dari zona nyaman kalian?
Selanjutnya, memperluas wawasan. Di era digital sekarang ini, semakin banyak platform pembelajaran yang bisa kita gunakan. Menjadi guru yang inovatif harus mau mengembangkan pengetahuan untuk mendapatkan sudut pandang baru dalam pengajaran. Guru dapat mengikuti pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan pengajaran dengan lebih mudah. Mengikuti webinar atau pelatihan secara daring, misalnya. Atau, mengikuti tayangan tentang pengajaran terkini lewat kanal YouTube. Milikilah rasa ingin tahu yang besar. Terkadang pelatihan yang di dapat tidak cukup memuaskan saya. Jika pemateri tidak cukup gamblang menjelaskan atau karena keterbatasan waktu materi tidak cukup dijabarkan secara luas, biasanya saya akan mencoba mencarinya lewat YouTube, lalu berlatih hingga mencapai capaian yang saya inginkan. Apa pun platformnya, gunakan itu sebagai tabungan pengetahuan yang bisa kita terapkan di dalam kelas.
Terakhir, berani mencoba teknologi baru. Teknologi berbasis internet adalah contoh yang saya maksudkan di sini. Sebagai seorang guru, apakah Anda sudah tahu cara membuat aktivitas dengan menggunakan Quizizz, EdPuzzle, atau Kahoot? Tahu cara membuat video presentasi menggunakan Canva, Zoom, atau Prezi? Terbiasa menggunakan Google Docs, Google Form, Google Slides, atau Google Jamboard? Tips yang ketiga ini berkorelasi erat dengan tips pertama dan kedua. Setelah mampu keluar dari zona nyaman dan melakukan upaya untuk menambah wawasan, tibalah saatnya untuk berani mencoba teknologi baru. Mengapa teknologi baru? Ya, karena era digital sarat dengan penguasaan teknologi berbasis internet. Siswa dituntut untuk mampu berkawan dengan teknologi, maka dari itu, guru sebagai fasilitator seharusnya lebih bisa menguasai teknologi lebih maju daripada siswanya.
Itulah ketiga tips dan trik dari saya untuk menjadi guru inovatif. Tidak mudah untuk menerapkan itu semua, akan tetapi bukan tidak mungkin untuk melakukannya. Saya sendiri membutuhkan waktu untuk membiasakan diri dengan platform baru. Banyak kendala yang dihadapi, terutama karena sebagian besar yang saya sebutkan erat hubungannya dengan platform digital yang 100% berbasis internet. Salah satu rintangan adalah jaringan internet yang tidak menentu kecepatannya. Maka dari itu, tidak cukup rencana A saja yang harus kita siapkan, tetapi kita juga harus menyiapkan rencana B, C, D, dan seterusnya. Kerjasama yang solid antara guru dan siswa adalah kunci.