TIPS Mendesain Pengajaran Paradigma Baru di Kelas Konstruktivis Oleh : Petrus Paulus Puru Tukan, S.Si, M.Pd
Untuk mendesain pengajaran paradigma baru di kelas konstruktivis, sang desainer dalam hal ini adalah guru dalam rancangannya bersifat adanya interaksi di kelas. Guru membangun interaksi yang baik dengan siswa di kelasnya. Tentunya dalam interaksi ini terdapat instruksi dan juga kumpulan Pertanyaan yang sudah disiapkan secara matang oleh guru. Agar tidak melenceng atau keluar dari tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Dalam memberi instruksi seorang guru juga perlu mengetahui jenis gangguan transmisi instruksi antara guru â siswa.
Disparitas pemahaman atas terminology/kosa kata guru â siswa.
Kondisi Kesehatan komunikan seperti mata rabun, buta warna, atau ketulian parsial.
Suara latar yang mengganggu seperti kebisingan kendaraan/pertukangan.
Kondisi emosi komunikan saat berkomunikasi dua arah.
Hal-hal yang dapat terjadi akibat gangguan transmisi instruksi guru â siswa.
Pesan bermakna ganda Penjelasan menjadi Panjang dan rumit Pola komunikasi yang tidak konsisten Struktur kalimat yang tidak logis Sehingga apabila guru membuat instruksi yang pedagogis maka harus meminimalkan gangguan semantic dengan
Kalimat yang pendek Menggunakan Bahasa yang familiar Menggunakan intonasi yang tepat
Adapun tips dalam mendesain pengajaran paradigma baru di kelas konstruktivis, antara lain ;
Guru harus memahami Teaching Mastery Framework (TMF) atau kerangka acuan kerja guru dalam pembelajaran. TMF merupakan kumpulan kompetensi yang harus dimiliki untuk bisa mengajar secara efektif. Ada delapan kumpulan kompetensi yang harus dimiliki seorang guru untuk bisa mengajar secara efektif antara lain dapat dilihat pada gambar berikut.
Dari delapan TMF atau kerangka acuan kerja guru dalam pembelajaran, terdapat dua kompetensi dasar pertama yang harus dimiliki guru adalah
Pedagogical Content Knowledge (PCK) Higher Order Thinking Skills (HOTS) PCK dan HOTS sangat penting dalam membangun interaksi antara guru-siswa. Untuk membuat instruksi maka tahapannya ada di dalam PCK.
Sedangkan untuk menyusun pertanyaan maka seoarang guru perlu mendesain pertanyaan HOTS.
a. Pedagogical Content Knowledge (PCK)
PCK merupakan Framework guru untuk memastikan setiap tahapan pembelajaran siswa dilalui dengan tepat.
b. Higher Order Thinking Skills (HOTS)
HOTS meliputi kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif. Kemampuan ini dapat diaktifkan Ketika seseorang diberikan tantangan pemecahan masalah, Pertanyaan-pertanyaan analitik atau dilemma yang perlu dipecahkan. Pertanyaan dari level rendah hingga level tinggi (HOTS).
2. Mendesain pertanyaan efektif.
Untuk mendesain Pertanyaan yang efektif maka hal yang perlu diperhatikan adalah
Menyasar pada inti dari apa yang ditanyakan
Alat yang digunakan untuk mendesain Pertanyaan adalah Taksonomi Anderson. Dalam revisi Bloomâs Taxonomy terdapat the knowledge dimension (dimensi pengatahuan) dan the cognitive process (proses berpikir siswa).
3. Memahami Anderson Krathwohl Taxonomy (AKT).
AKT merupakan irisan dua dimensi yakni dimensi proses berpikir siswa dan dimensi pengatahuan. Dalam penyajiannya AKT didesain membentuk tangga sebanyak 24 kotak seperti pada gambar. Di setiap anak tangga berisi irisan dua dimensi yang sangat membantu guru dalam mendesain sebuah indikator pencapaian dan juga pertanyaan-pertanyaan.
4. Menerapkan Anderson Krathwohl Taxonomy (AKT) dalam pembelajaran
Dalam 24 kotak yang ada di AKT ini, sebaiknya guru sudah menyiapkan Pertanyaan-pertanyaannya. Pertanyaan disusun sesuai capaian pembelajaran (CP) yang hendak diajarkan. Sehingga dalam proses pengajaran Pertanyaan-pertanyaan tersebut digunakan sesuai topik yang dibawahkan.
5. Memahami alat ukur yang bisa dipakai untuk melihat keefektifan pengajaran di kelas.
Referensi :
Materi diklat yang diselenggarakan HAFECS dalam Program Sekolah Juara PKP berbasis Zonasi