“Guru Desa : Inspirator Pembelajaran Di Sekolah” - Guruinovatif.id

Diterbitkan 10 Mei 2022

“Guru Desa : Inspirator Pembelajaran Di Sekolah”

Guru merupakan suatu profesi yang sangat mulia. Dengan keprofesionalitasannya, guru dituntut untuk bergerak maju dan selalu beradaptasi dengan perubahan. Memposisikan guru penggerak sebagai seorang tokoh pemimpin dalam perubahan pembelajaran adalah motivasi saya untuk terus bergerak, dan menggerakkan. . Perubahan itu pada hakikatnya selalu abadi dan terus berlangsung sesuai perkembangan zaman. Tidak ada yang bersifat stagnan, mulai kemarin, hari ini, maupun waktu mendatang. Begitu pula dengan dunia pendidikan, di mana peserta didik menjadi teman interaksi membuat guru juga harus mampu mengimbangi perkembangan anak didiknya agar tidak tertinggal atau dipanggil Guru Kudet (Guru Kurang Up To Date). Harapannya adalah mejadi seorang guru yang selalu Up To Date,  yaitu guru kekinian yang selalu belajar kreatif  dan berinovasi melakukan gerakan perubahan di dunia pendidikan terutama di sekolah saya  mengajar.

Cerita Guru

ANNA RUSMIYATI, S. Sos

Kunjungi Profile
1373x
Bagikan

Guru merupakan suatu profesi yang sangat mulia. Dengan keprofesionalitasannya, guru dituntut untuk bergerak maju dan selalu beradaptasi dengan perubahan. Memposisikan guru penggerak sebagai seorang tokoh pemimpin dalam perubahan pembelajaran adalah motivasi saya untuk terus bergerak, dan menggerakkan. . Perubahan itu pada hakikatnya selalu abadi dan terus berlangsung sesuai perkembangan zaman. Tidak ada yang bersifat stagnan, mulai kemarin, hari ini, maupun waktu mendatang. Begitu pula dengan dunia pendidikan, di mana peserta didik menjadi teman interaksi membuat guru juga harus mampu mengimbangi perkembangan anak didiknya agar tidak tertinggal atau dipanggil Guru Kudet (Guru Kurang Up To Date). Harapannya adalah mejadi seorang guru yang selalu Up To Date,  yaitu guru kekinian yang selalu belajar kreatif  dan berinovasi melakukan gerakan perubahan di dunia pendidikan terutama di sekolah saya  mengajar.

Di awal tempat mengajar, saya melihat mayoritas guru menerapkan metode pembelajaran dengan menggunakan ceramah. Kemudian saya juga mengikutinya, tetapi lama-kelamaan ternyata metode ini malah membuat kelas menjadi ramai, mengobrol sendiri antar siswa, ada, bahkan malah membuat siswa banyak yang  mengantuk, dan seakan kelas berubah menjadi membosankan. Kemudian saya berfikir bahwa metode ceramah kurang efektif diberikan kepada kelas yang saya ampu, yaitu kelas Ilmu-Ilmu Sosial. Saya memiliki pandangan, jika  metode ceramah ini diterapkan maka yang terjadi anak didik di kelas semakin tidak menyenangi materi pelajaran yang saya ampu.  Sosiologi cenderung dianggap mata pelajaran yang membosankan begitu pula gurunya tidak memiliki inovasi dalam menciptakan metode pembelajaran. 

Berangkat dari permasalahan tersebut, kemudian sebagai guru saya mencoba untuk melakukan aksi terkait dengan beberapa program gerakan perubahan dan pemberdayaan di SMA saya mengajar yaitu SMA Negeri 1 Pulung Ponorogo, di antaranya;  Pertama, mengajak peserta didik untuk lebih aktif dan kreatif dalam setiap pembelajaran dengan sering mengadakan diskusi mengungkapkan argumentasi dan gagasan dari video atau film yang ditayangkan. Kemudian dengan kerja berkelompok antar peserta didik bisa saling bekerjasama, berkomunikasi, berkolaborasi dan berdiskusi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan bapak atau ibu guru. Hasil diskusi bisa disampaikan di forum kelas secara bergantian tiap kelompok sehingga metode ini melatih mereka untuk mandiri berbicara di depan umum; 

Kedua,  Motivasi saya untuk menyajikan metode pembelajaran yang selalu kreatif dan inovatif mendorong saya untuk aktif mengikuti berbagai pelatihan berkaitan dengan metode pembelajaran yang aktif, kreatif, dan inovatif.  Hasil yang saya peroleh dari pealtihan tersebut selanjutnya saya terapkan dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Mulai dari pemberian materi melalui video pembelajaran ciptaan sendiri, belajar dengan menggunakan blog dan aplikasi-aplikasi di handphone, dan juga pengerjaan kuis baik itu secara online maupun offline ( menggunakan Kahoot, Quisis, Liveworksheet, Showby, Eclipse Crossword, dsb). Ternyata metode pembelajaran seperti itu sangat efektif dalam meningkatkan minat peserta dalam pembelajaran. Mereka sangat antusias dan merespon positif sehingga selain kelas bisa berjalan kondusif, dan tujuan pembelajaran bisa tercapai.

Ketiga, saat memberikan materi kelas XII Ilmu-Ilmu Sosial tentang Pemberdayaan Komunitas dan Kearifan Lokal, maka saya memberikan tugas kelompok berupa pembuatan video. Disini mereka mereka berkreasi dengan mencipta karya dalam bentuk video sekaligus portofolio. Hasil yang dikirim melalui youtube ternyata luar biasa dan sangat inovatif. Tema videonya bermacam-macam, ada yang mengangkat tentang bagaimana memberdayakan kelompok mereka dalam mengatasi kerusakan lingkungan di daerahnya, memanfaatkan barang bekas untuk didaur ulang, mengangkat potensi ekonomi desa, gerakan mengenalkan daerahnya sebagai wisata lokal. Tujuannya selain melengkapi tugas pelajaran juga menjadi bukti bahwa  peserta didik ternyata juga bisa berkarya dan berkontribusi positif bagi masyarakat.

Keempat, mengadakan pembelajaran dengan metode outdor learning.  Metode ini saya lakukan disaat memberikan materi baik di kelas XI dan XII kelas Ilmu-Ilmu Sosial. Peserta didik satu kelas dibawa ke tempat yang lapang untuk memperoleh materi bisa dengan bentuk quis, game, diskusi, dll.  Melalui metode outdor learning, peserta didik bisa lebih leluasa tidak terkungkung oleh tembok dan dinding kelas, sehingga menjadikan suasana pembelajaran lebih fresh, menyenangkan, dan mendapat pengalaman baru. 

Berprofesi sebagai guru tentunya akan selalu mengadakan interaksi dengan berbagai pihak dan kelompok. Disinilah terkadang dapat menjadi suatu tantangan yang menimbulkan kesadaran dan kesediaan agar mereka berkomitmen membantu Anda mencapai tujuan bersama. Berkaitan dengan ini, saya pernah memiliki pengalaman ketika sekolah menyelenggarakan kegiatan ESAI 3 Competition 2021 (Edukasi, Literasi,dan Kreasi) bulan April ini dengan mengundang para peserta adik-adik SMP se-Kabupaten Ponorogo ke SMAN 1 Pulung. Kegiatan tersebut merupakan hasil karya dan ide anak-anak OSIS yang ingin mengadakan event bagi adik-adiknya yang duduk di SMP. Bagaikan peribahasa pucuk dicinta ulam pun tiba, kegiatan ESAI 3 ternyata mendapat tanggapan yang luar biasa dengan jumlah pendaftar peserta sangat banyak. 

Saat kita menjalin interaksi dengan orang lain bisa dikatakan di situlah akan muncul masalah. Itupun saya alami saat menangani kegiatan ESAI 3 Competition. Kesulitan yang saya alami adalah menyamakan persepsi atau tujuan antar personal yang terlibat dalam kepanitiaan. Sering terjadi benturan ketika acara sedang berlangsung, bahkan saling menyalahkan antar orang. Tidak malah saling menutupi kekurangan yang terlihat, tetapi selalu mencari kambing hitam atau kesalahan pada suatu kegiatan. Di samping itu juga faktor perasaan untuk mengingatkan saat melihat orang lain belum bekerja secara maksimal. Ada rasa sungkan atau pakewuh, lebih baik diam daripada menyinggung perasaan orang tersebut. 

Sukses tidaknya menjalankan profesi sebagai guru juga didukung dengan melakukan aksi terhadap pengembangan kompetensi orang lain. Di sini saya bisa berbagi ketika mempersiapkan, membimbing, membina, dan mendampingi peserta didik untuk mengikuti lomba baik yang diselenggarakan oleh instansi baik itu yang berlangsung di tingkat lokal Kabupaten Ponorogo maupun tingkat propinsi Jawa Timur. Dalam menyiapkan peserta didik saat akan mengikuti kompetisi dibutuhkan persiapan yang cukup matang. Karena tidak hanya materi lomba yang harus disiapkan, tetapi juga mental psikologis peserta didik, latihan yang intensif, dan kesiapan lainnya. Apalagi peserta didik dari SMA Negeri 1 Pulung dimana mayoritas anaknya masih minder atau rendahnya kepercayaan untuk bersaing dengan yang lain padahal mereka memiliki kesempatan, potensi, dan kemampuan yang bagus. 

Agar dapat mewujudkan tujuan yang ingin kita capai maka harus tetap fokus pada pengembangan. Bagi saya ada beberapa cara yang sudah dilakukan dalam rangka  membangun kesepakatan guna mencapai hasil pengembangan yang diharapkan, antara lain (1) Melakukan pembinaan dan pembimbingan peserta didik dalam kegiatan ekstra Karya Ilmiah Remaja (KIR),(2) mendampingi OSIS sebagai lembaga intrakurikuler di sekolah dalam menciptakan program-program yang bersifat progres. Notabene sebagai pembina Osis harus mampu membina, membimbing, dan mendampingi Osis dalam mensukseskan berbagai program yang telah dirancang, (3) mengembangkan Kompetensi pedagogik, sosial, profesional, dan kompetensi kepribadian. Keempat standar kompetensi ini menjadi satu-kesatuan yang tidak bisa terpisahkan yang harus dimiliki seorang guru agar tujuan pembelajaran dapat mudah diterapkan dan sesuai dengan apa yang diharapkan, (4) Selalu intensif dalam mengadakan komunikasi dan kerjasama dengan peserta didik kita.  Dari sini selain dapat mengetahui kebutuhan yang diharapkan siswa juga bentuk simpati dan empati akan kegiatan mereka. Dapat menjadi teman sharing dan fasilitator di saat mereka mengalami kesulitan dan juga hambatan yang lain. Dengan begitu kita bisa saling berbagi untuk mencari solusi mengatasi masalah/hambatan, (5),berusaha untuk selalu mengupgrade atau meningkatkan kemampuan yang dimiliki melalui berbagai cara, semisal sering berkomunikasi dengan teman, aktif mengikuti kegiatan diklat/bimtek//pelatihan baik secara online maupun offline, menjaga hubungan baik dengan sesama teman sejawat dan anak didik, menciptakan metode pembelajaran yang kreatif.

Di saat melakukan pengembangan terhadap orang lain ternyata tidak semudah yang saya bayangkan. Banyak liku-liku yang saya alami ketika membimbing, membina dan mendampingi siswa yang akan mengikuti kompetisi, antara lain (1) Selalu menjaga mood atau perasaan emosional peserta didik agar tidak down, mengeluh, minder, kurang percaya diri, (2) waktu dan hari untuk mempersiapkan lomba. Hal ini berkaitan dengan tugas utama saya sebagai guru yang full jadwal dengan kegiatan belajar-mengajar, begitupula dengan mereka yang juga sibuk mengikuti proses pembelajaran belum juga berkaitan dengan tugas yang harus mereka selesaikan, (3) terkadang muncul konflik dengan teman sejawat, (4) terjadinya benturan dengan jadwal kegiatan lain yang dimiliki mereka. Misal anak memiliki kegiatan lain seperti ikut ekstra lain yang juga ada jadwal latihan, janjian dengan teman, membantu orang tua, ataupun tugas yang lainnya

Dari adanya hambatan dan tantangan maka memunculkan langkah yang bisa saya lakukan antara lain yaitu (1) selalu memberikan nasihat kepada siswa untuk bisa membagi waktu antara sekolah, tugas, persiapan lomba. Dengan begitu anak menjadi pandai dalam urusan membagi waktu yang pas antara sekolah dan persiapan lomba, (2) sering mengajak ngobrol sehingga terjalin komunikasi dan kerjasama yang baik dengan guru, (3) memotivasi dan selalu mendukung segala kegiatan siswa yang mengarah pada hal positif dan mengasah keterampilannya, (4) sering mengingatkan mereka baik secara langsung saat di sekolah atau melalui WA agar segera diselesaikan tugas untuk persiapan lomba jangan ditunda, (5) mengatur hari dan jadwal latihan. Yang penting adalah mengatur pertemuan dan efektivitasnya bukan banyaknya dari pertemuan untuk latihan. 

Peristiwa demi peristiwa, tindakan demi tindakan yang harus dikerjakan dan dijalani profesi seorang guru tidak terkecuali dengan saya yang hingga sekarang masih diberi kesempatan untuk mengabdi serta mendidik anak bangsa di SMA Negeri 1 Pulung Ponorogo.  Tidak mudah untuk mengajar di sekolah yang berada di pedesaan dengan letak geografisnya berupa pegunungan, agak jauh dari akses perkotaan, dan mayoritas peserta didiknya masih rendah untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Faktor ini bagi saya malah menjadi pelecut bagaimana menciptakan perubahan agar mereka meski dari desa, tapi secara kompetensi pedagodik tidak dianggap remeh bisa berprestasi seperti anak yang lainnya. 

Akhirnya, apa yang saya sampaikan di atas merupakan sepenggal cerita dan aksi nyata yang coba saya lakukan dalam mendukung pembelajaran yang berpusat pada siswa seperti yang disampaikan oleh bapak Pendidkan Kita, Bapak Kihajar Dewantara. Bahwa adanya pendidikan diharapkan dapat menuntun segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Yang perlu diingat juga, bahwa pendidikan dapat diperoleh dimana saja, kapan saja dan dari siapa saja. Sekolah bukan satu-satunya tempat untuk memperoleh pendidikan. Karena itulah sebagai guru kita harus bisa bergerak, tergerak dan menggerakkan

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Pentingnya Self-Regulated Learning dan Kecerdasan Emosional Siswa
Panggilan Merdeka!
4 min
Cita-citaku Bukan Menjadi Guru
6 min
Kisah Saya Menjadi Guru Literasi di Tengah Pandemi Covid-19
3 min
9 Langkah Jitu Menjadi Guru Inovatif yang Inspiratif
8 min

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar