DIMANA “UNGGAH - UNGGUH ” SAAT PANDEMI? - Guruinovatif.id

Diterbitkan 27 Mar 2023

DIMANA “UNGGAH - UNGGUH ” SAAT PANDEMI?

Dimana unggah-ungguh saat pandemi

Cerita Guru

Dra. Sri Suprapti

Kunjungi Profile
804x
Bagikan

Artikel

DIMANA “UNGGAH - UNGGUH ” SAAT PANDEMI?

Oleh :  Dra. Sri Suprapti, Guru Bahasa Jawa SMP Negeri 8 Surakarta

            Makna “Unggah-ungguh” menurut bahasa adalah gabungan dari dua kata yaitu kata unggah dan kata ungguh. Kata unggah dalam kamus Bahasa Jawa disama artikan  dengan munggah yang artinya naik, mendaki, memanjat. Maka kecenderungan orang Jawa dalam menghormati orang lain didasarkan pada tingkat kedudukan atau derajat yang lebih tinggi. Sedangkan ungguh dengan tingkat bahasa Jawa ngoko yang artinya berada , bertempat, pantas, cocok sesuai dengan sifat-sifatnya.

Saat pandemi Covid-19 sebagai orang Jawa bergaul dalam bermasyarakat selalu memperhatikan protocol kesehatan, aturan sopan santun dan tata krama demi menjaga keselarasan sosial dan tercapainya hidup rukun, aman, damai dan sentausa tanpa konflik. Menurut Franz Magnis Suseno, unggah-ungguh identik dengan prinsip hormat yaitu suatu sikap dimana orang Jawa dalam cara bicara dan membawa diri selalu atau harus menunjukkan sikap hormat kepada orang lain, sesuai dengan derajat dan kedudukannya. 

Mereka yang berkedudukan lebih tinggi harus dihormati dan mereka yang berkedudukan lebih rendah adalah memakai sikap kebapaan atau keibuan dan rasa tanggung jawab. Orang Jawa dalam menyapa orang lain menggunakan bahasa keluarga dan menggunakan bahasa krama yang terdiri dari dua tingkat utama yang berbeda dalam perkataan yaitu krama sebagai bentuk sikap hormat, dan ngoko sebagai bentuk sikap keakraban dan krama inggil / alus sebagai pengungkapan sikap hormat yang paling tinggi.

            Kebahagiaan seorang Guru saat pandemi Covid-19 ini apabila Orang Tua / Wali Murid memberikan  pendidikan putra dan putrinya dengan menggunakan unggah-ungguh bahasa Jawa yang benar juga unggah-ungguh perilaku yang baik dalam arti sesuai dengan aturan dalam masyarakat Jawa. Apalagi Orang Tua sekaligus memberi contoh dengan selalu menggunakan bahasa Jawa dengan siapapun dalam lingkungannya sendiri.  Atau bila perlu selalu memantau ke semua keluarga agar bisa atau mampu menggunakan bahasa Jawa dalam setiap percakapannya, termasuk perilakunya. 

Banyak sekali yang harus dilakukan oleh Orang Tua saat bearada di rumah, agar anak mereka mengerti tentang unggah-ungguh menggunakan bahasa Jawa tentang ucapannya juga perilaku sesuai dengan unggah-ungguh sebagai orang Jawa. Banyak anak yang menyampaikan kepada guru Bahasa Jawa, dengan bahasa polos dan jujurnya, bahwa mereka di rumah tidak diajari / dilatih menggunakan bahasa Jawa sama sekali. Dengan pembelajaran jarak jauh / daring, anak-anak menerima materi tentang unggah-ungguh bahasa Jawa, memang kurang maksimal. Inilah yang harus dilakukan kolaborasi antara Guru dan Orang Tua secara professional. 

            Tidak sedikit orang tua yang merasa kesulitan menggunakan bahasa Jawa, padahal mereka juga asli dan tulen sebagai orang Jawa. Anak-anak dibiarkan menggunakan bahasa Jawa ngoko apabila melakukan komunikasi dengan Orang Tua. Bahkan Orang Tua juga tidak melakukan koreksi kepada anak-anaknya apabila melakukan kesalahan, tetapi justru mengikuti seperti yang anak mereka lakukan. 

Sebagai contoh misalnya, anak menanyakan kepada ayahnya :” ayah wis mangan?” ( ayah sudah makan ? ) Ayahnya menjawab :” wis lagi wae, kowe ndang nguntal kana”.( sudah barusan, kamu segera makan sana ). Istilah nguntal itu sebenarnya tidak pantas untuk manusia tetapi pantasnya untuk binatang yaitu ular.  Alangkah baiknya kalau Orang Tua yang pertama kali menjadi contoh untuk anak-anaknya. 

Apabila Orang Tua bisa menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya, namanya keluarga yang harmonis dan pasti orang lain juga akan merasa salut kepadanya. Selain mendapat pandangan yang baik, orang lain juga merasa segan terhadapnya. Perlu diketahui bahwa Bahasa Jawa sebagai budaya daerah terus berkembang sehingga harus tetap dilestarikan agar budaya luhur ini tidak hilang. Secara jelas disebutkan dalam Pasal 36 UUD 1945 bahwa Bahasa Daerah yang dipelihara dengan baik oleh rakyatnya akan dipelihara juga oleh Negara.

Fungsi Bahasa Jawa menurut Sabdwara dalam Supartinah, 2010 : 24 antara lain ; a) Bahasa Jawa adalah bahasa budaya di samping berfungsi komunikatif juga berperan sebagai sarana perwujudan sikap budaya yang sarat dengan nilai-nilai luhur b) Sopan santun berbahasa Jawa berarti mengetahui akan batas-batas sopan santun, mengetahui cara menggunakan adat yang baik dan mempunyai rasa tanggungjawab untuk perbaikan hidup bersama dan 3) agar mencapai kesopanan yang dapat menjadi hiasan diri pribadi seseorang.

Mata pelajaran Bahasa Jawa sebagai pembentuk karakter dan penanaman nilai budi pekerti tidak lepas dari unggah-ungguh dalam bahasa. Unggah-ungguh dalam bahasa Indonesia berarti budi pekerti, unggah-ungguh Bahasa Jawa dibedakan menjadi dua yaitu bentuk ngoko ( ragam ngoko ) dan krama ( ragam krama ) ( Setiyanto, 2010 : 26 )

Ketika pandemi anak-anak belajar secara daring atau jarak jauh, saat ini sudah mulai pembelajaran secara tatap muka (luring). Beberapa Guru hampir hilang kesabaran ketika melihat anak-anak tidak mempunyai sopan santun dalam berperilaku atau bersikap juga dalam berkomunikasi dengan Guru. Tidak sedikit anak-anak yang berperilaku tidak hormat dengan Guru, misalnya apabila anak tersebut melakukan kesalahan. Anak itu merasa tidak bersalah dan bahkan tidak ada kata-kata menyesal apalagi meminta maaf. Anak akan meminta maaf apabila Guru sudah mengingatkan atau menyuruh untuk meminta maaf. Itu artinya permintaan maaf bukan dari hati nurani sendiri namun karena permintaan dari Guru.

Pengalaman dari Penulis sebagai Guru Bahasa Jawa di SMP Negeri 8 Surakarta, merasa prihatin dengan karakter anak-anak pasca pandemi ini. Kata-kata kotor sudah menjadi kebiasaan sehari-hari, sopan santun terhadap orang yang lebih tua sangat kurang. Terbukti ketika berpapasan dengan Guru yang tidak mengajar di kelasnya, anak itu tidak menyapa seperti anak yang diampu kelasnya. Padahal slogan yang ada di sekolah 5S (salam, sapa, senyum, sopan, santun).

Selain itu ketika pandemi pembelajaran jarak jauh, sebagai sarana pembelajaran menggunakan HP. Jadi sudah terbiasa mengerjakan tugas dengan bertanya kepada orang di sekelilingnya dan bisa juga bertanya melalui HP. Dan ketika pembelajaran sudah tatap muka, anak terlihat malas untuk membaca apalagi menjawab pertanyaan. Kebiasaan dimudahkan ketika pembelajaran jarak jauh, masih digunakan di saat tatap muka. Itu belum masalah unggah-ungguh di rumah saat pandemi. Kondisi pandemi, melihat keluarga terlihat sehat, sudah bersyukur. Namun mereka lupa akan etika, unggah-ungguh, perilaku dan perbuatan yang baik, ketika harus ditanamkan dalam diri anak-anaknya. 

Dengan pembahasan di atas maka bisa disimpulkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari di waktu pandemi terdapat Orang Tua dan lingkungan masih belum mendukung tentang perilaku, unggah-ungguh untuk anak-anak terutama pelajar. Sehingga berakibat anak-anak banyak yang tidak tahu unggah-ungguh dan perilaku yang baik terhadap Guru. Guru yang seharusnya dihormati, kenyataannya justru sebaliknya. 

Harapan Penulis semoga dengan tulisan ini bisa menggugah hati nurani Orang Tua dan lingkungan bekerja sama untuk saling membimbing anak-anak dengan perilaku yang baik. Agar anak-anak tersebut tidak terjerumus ke jalan yang sesat. Tidak ada Orang Tua atau Guru yang akan menjerumuskan anak/ Peserta Didik ke jalan yang tidak baik. Semoga masyarakat Jawa ke depannya tidak lagi sebagai orang yang tidak tahu unggah-ungguh basa Jawa disebut durung Jawa ( belum menjawa), durung ngerti ( belum mengerti ) atau durung dadi wong ( belum jadi orang ). 

Apabila hal ini tidak diperbaiki mulai sekarang dari Orang Tua/Wali Murid sendiri menjadi contoh dan memberi contoh kepada anaknya, mau kapan lagi?. 

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Menggembalakan Siswa Melalui Tugas Menulis Puisi
5 min
Menjadi Guru Inovatif di Era Sekarang
3 min
KACA DALAM NASEHAT GURU

Laili Rachmawati

Jun 24, 2022
3 min
“Guru” Pelabuhan Terakhir sang Pengejar Cita-cita
4 min
MENJADI TERANG DI DAERAH TERPENCIL
Fermentasi Sampah Sehari-hari Menjadi Cairan Anti Bakteri

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar