AKSARA UNTUK PEMBELAJARAN - Guruinovatif.id

Diterbitkan 13 Des 2023

AKSARA UNTUK PEMBELAJARAN

Guru hebat, guru sehat, siswa semangat, namun mendapat kondisi ideal seperti itu perlu pengendalian emosi, serta ketelatenan tingkat tinggi. Tidak semua guru memiliki pengendalian emosi yang bagus, namun setiap guru mampu berbicara melalui lisan maupun tulisan yang mampu merubah pola pikir siswa.

Seputar Guru

Laili Rachmawati

Kunjungi Profile
292x
Bagikan

Aksara dalam Pembelajar

oleh: Laili Rachmawati, S. Pd

Dunia pendidikan di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Beberapa peristiwa telah menciderai citra pendidikan Indonesia, antara lain: siswa di Mojokerto membunuh temannya karena telat membayar kas kelas, pembullyan antara senior dan junior, terlebih kasus pencabulan yang dilakukan oleh oknum guru. Tentu peristiwa tersebut menjadi bahan introspeksi bagi pemerintah, praktisi pendidikan, pendidik maupun orang tua/wali untuk mencari upaya dalam mewujudkan Indonesia yang maju dan cerdas. Salah satu upaya tersebut adalah dengan pengubahan kurikulum secara berkala seperti berubahnya kurikulum K-13 menjadi kurikulum merdeka. 

Pada kurikulum merdeka ditekankan pada seseorang belajar sesuai dengan kemampuannya, ditekankan pada penguatan pendidikan moral melalui 6 dimensi yang diimplementasikan dalam pembelajaran intakurikuler, ekstrakurikuler, maupun projek. Pada dasarnya implementasi kurikulum merdeka sangatlah cocok dengan karakter gen Z sekarang, Karakter gen Z sendiri maunya serba instan, tidak perlu usaha atau kerja keras dalam meraih sesuatu yang mereka inginkan, sehingga pada kurikulum merdeka ini mereka (siswa dari gen Z) diberikan kebebasan untuk memilih mata pelajaran  sesuai passion mereka. Hanya saja, konsep baik dalam kurikulum merdeka kadang diartikan berbeda oleh mereka. Siswa gen Z akan menggunakan istilah merdeka belajar untuk tidak mau belajar, mengerjakan tugas tepat waktu, serta meningkatkan kemampuan kolaborasi dalam pembelajaran, Hal inilah yang membuat seorang guru terkadang murka dengan tindakan mereka. Protes dengan tingkah siswa dengan segala omelan. Hal ini dimungkinkan karena perbedaan pola belajar. Siswa zaman ini cenderung bebas berekspresi, lebih frontal mengutarakan pendapat, sedangkan didikan seorang guru dulu cenderung behavioristik dan runtut sesuai sistem pendidikan dan cara berpikir dalam menghadapi suatu masalah, kebebasan berpendapat pun masih memikirkan baik buruknya untuk diutarakan. Dua karakter inilah yang menyebabkan guru harus memiliki pengendalian emosi, kesabaran dan ketelatenan yang luar biasa saat menghadapi siswa gen Z ini. Namun tidak semua guru memiliki kemampuan emosional yang bagus, sehingga mudah mengalami stres bila menangani pola tingkah siswa gen Z. 

Apabila kondisi guru cenderung stres, maka suasana pembelajaran kurang optimal dan ikatan antara guru dan siswa tidak terjalin dengan baik. Oleh sebab itu, sebaiknya guru belajar dan beradaptasi dengan karakter siswa sekarang. Mencari jalan keluar agar bisa membimbing siswa tanpa adu mulut dan memaksa. Salah satu jalan keluar yang dapat diterapkan untuk mengatasi kondisi stres pada guru saat pembelajaran adalah melakukan refleksi harian dengan tulisan. Seorang guru dapat memanfaatkan media sosial untuk release emosi dan memainkan emosi siswa lewat aksara. Misalnya, membuat status dengan kata mutiara versi seorang guru tanpa menyudutkan, tanpa memaksa. Guru juga dapat memanfaatkan aplikasi design seperti canva sehingga kata mutiara yang akan diupload lebih eye catching dipadu dengan backsound lagu yang viral, pasti menarik perhatian mereka. Bahkan mungkin mereka menilai oh guruku bisa ya menjadi seorang pujangga.  Selain itu menyampaikan uneg-uneg dalam sebuah tulisan (kata mutiara) akan lebih menyentuh daripada menasehati secara langsung, karena dengan membaca sebuah tulisan seseorang akan memaknai tulisan tersebut dengan berbagai sudut pandang, mereka akan meresapi makna tulisan tersebut tanpa merasa dihakimi. Sungguh bermanfaat sekali seorang guru yang memiliki kemampuan mengolah aksara, selain sebagai wadah release emosi, menghilangkan stres dan mengutarakan uneg-uneg selama pembelajaran juga sebagai ajang persuasif pada siswa untuk meningkatkan kemampuan dalam menulis, mendesign dan memanfaatkan perkembangan IT.  

Berikut ini salah satu kata mutiara yang dapat diposting sebagai release emosi saat pembelajaran. 

Setiap anak tidak harus pintar dalam matematika, tapi setiap anak terlahir istimewa dengan bakat dan minat tertentu.

Sukses hanya dimiliki oleh seseorang yang mau berjuang dalam mengembangkan bakat dan minat. Semangat!

Selamat mencoba Bapak-Ibu guru hebat.


Penyunting: Putra

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Guru: Berakar pada Daniel Goleman Berbunga Kebahagiaan

siti zummaroh

Dec 05, 2023
5 min
Cara Guru Mendapatkan Passive Income Melalui Blog

Edy Samsul

Jul 26, 2022
1 min
Konsep dan Tujuan Asesmen Kompetensi Minimum
4 min
Tambah Penghasilanmu sebagai Trainer di Guruinovatif.id
2 min
Mental Guru Harus Sehat

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar