Guru muda adalah sosok guru yang baru saja keluar dari zona nyaman, menjumpai sepaket tantangan, tuntutan, dan ketakutan baru. Masa-masa yang dilalui sebagai guru muda dengan memulai menjelajah pengalaman mengajar adalah masa penuh pergumulan batin. Fase kehidupan baru yang diterima oleh guru muda tentu mengubah hidup terasa membingungkan dan menantang.
Lingkungan kerja menjadi hal baru bagi sosok guru muda. Situasi baru yang dihadapi ini tak jarang menyebabkan guru muda rawan dengan permasalahan kesehatan mental. Padahal, kesehatan mental guru muda merupakan hal penting yang dapat menjadi langkah awal beradaptasi secara psikologis. Hingga selanjutnya guru muda akan terbiasa dengan situasi di lingkungan kerja, tumbuh dan berkembang secara sehat mental sampai tiba masa purna tugas menjadi guru.
Oleh karena itu, guru muda sangat perlu untuk membiasakan merawat kesehatan mental dengan selalu mencintai diri sendiri. Berikut ini tiga cara yang penulis rangkum tentang bagaimana guru muda dapat mencintai diri sendiri (self love).
Mengelola Stres dengan Mengambil Waktu Jeda dan Relaksasi
Ketika bekerja, guru tidak hanya memiliki tanggung jawab mengajar, melainkan menyelesaikan berbagai tugas administrasi bahkan ada juga yang terlibat dalam urusan birokrasi. Selain menyelesaikan beberapa tanggung jawab dan tupoksi kerja, guru juga menghadapi berbagai macam tingkah laku siswa yang mana guru diharuskan membuat banyak keputusan dalam setiap harinya. Padahal tak jarang, guru mendapati perilaku negatif siswa yang dapat memantik stress guru.
Saat guru mengalami stress negatif yang membuat guru mengalami perasaan cemas, marah, atau lelah, guru perlu mengambil waktu jeda. Solusi sederhananya adalah bersantai dan mengambil jarak dari hal-hal yang membuat stress. Ketika stress menyerang, kita dapat menghabiskan waktu jeda di alam bebas dan relaksasi. Sebuah penelitian membuktikan bahwa lingkungan alami memiliki efek penyembuhan dengan memunculkan keadaan emosi dan mendorong kesejahteraan psikologis. Selain itu, penelitian lain membuktikan bahwa relaksasi efektif mengurangi ketegangan dan kecemasan.
Cara ini tidak perlu dianggap rumit, guru bisa berjalan-jalan ke luar ruangan sejenak, melakukan peregangan otot, berkebun, duduk di bawah kerindangan pohon, atau sekadar menyerap cahaya matahari yang dapat meningkatkan hormon serotonin atau hormon “bahagia” yang bertindak sebagai stabilisator suasana hati.
Stress adalah bagian dari kehidupan manusia. Hampir semua orang pernah mengalami stress dalam hidupnya. Ketika stress, guru perlu sejenak melepaskan diri dari segala hal tentang pekerjaan agar guru dapat menata ulang diri sendiri dan siap produktif kembali.
Mencari Inspirasi dan Mengelilingi Diri dengan Orang-orang Positif
Guru muda rawan memiliki sikap inferior atau rendah diri karena pengalamannya yang belum banyak dan bervariasi. Ini akan membuat guru muda mempertanyakan kepercayaan dan kemampuan dirinya. Ketika guru muda meragukan kemampuan diri, ini akan menjerumuskan guru muda ke vibrasi yang lebih rendah dan akan merusak kesehatan mental. Ketika banyak rintangan menghalangi jalan kita, kita perlu mencari inspirasi dan menemukan kepercayaan diri.
Jika kita menghadapi kegagalan dan kesulitan, kita perlu menanamkan keyakinan bahwa kegagalan bukanlah akhir. Siapapun yang telah mencapai sesuatu yang besar pernah menghadapi tantangan yang besar pula. Di saat-saat seperti ini, guru muda perlu mencari inspirasi dari beberapa sumber. Cara ini bisa dilakukan dengan membaca buku, diskusi dengan rekan kerja lain, melakukan pengembangan diri, atau dari sumber lain yang dapat meningkatkan motivasi dan membuat kita bersikap optimis kembali.
Selain mencari inspirasi, guru muda juga perlu mengelilingi diri dengan orang-orang dan rekan kerja yang positif. Orang-orang yang positif akan menularkan energi positif untuk kita. Ketika kita menghabiskan waktu dengan rekan guru yang positif misalnya, ini akan meningkatkan suasana hati kita dan kita akan memperkuat vibrasi positif dengan membangun hubungan yang bermakna.
Menjauhi Gosip dan Drama
Pada saat tertentu, para guru mendapati diri mereka ambil bagian dalam bergosip. Kadang-kadang kita tidak menyadari sedang membicarakan keburukan-keburukan siswa atau bisa juga membicarakan orang lain. Bagian terburuknya adalah kita terkadang benar-benar menikmati momen bergosip ini.
Guru memiliki peluang bergosip dengan membicarakan keburukan siswa maupun orang lain. Kita akan mendapati bahwa orang yang bergosip adalah orang-orang yang tampak mengeluh. Jika kita bergabung dengan kebiasaan itu, secara bertahap kita juga akan kecewa terhadap kehidupan. Sebagai guru, tentu hal ini perlu dijauhi. Kita perlu menjauhkan diri dari bergosip atau mencoba mengarahkan diskusi ke suatu yang lebih positif.
Ada cara lebih baik untuk menghabiskan waktu daripada bergosip atau terlibat dalam drama. Waktu sangatlah berharga dan kita perlu menginvestasikannya dengan bijak melalui kegiatan yang lebih bermakna dan konstruktif.
Agar mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian, guru muda perlu memiliki keseimbangan, dalam hal ini adalah keseimbangan antara kerja dan refreshing. Rasa cinta diri adalah keseimbangan tentang menerima dan memahami bahwa kita pantas menjadi lebih baik dengan bekerja keras dan berupaya. Self love is not selfish. Selamat mencintai diri sendiri dengan sepenuh hati.
Referensi Bacaan:
King, Vex. 2023. Good Vibes, Good Life. Tangerang Selatan: PT Bentara Aksara Cahaya
Ramdhani, Neila. 2012. Menjadi Guru Inspiratif. Jakarta: Titian Foundation
Penyunting: Putra