Selamatkan Mental Guru dengan Image Do Be
Disusun oleh : Abdul Aziz Nasrullah
Guru SD MGI Islamic School Kawali
Guru merupakan salah satu hal terpenting dalam komponen pendidikan, seorang guru haruslah menjadi sosok yang tangguh dalam dunia pendidikan, karena peran seorang guru bukan hanya memberikan pelajaran berupa materi saja, akan tetapi lebih daripada itu. Dibalik seorang guru itu harus mencapai tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, namun seorang guru juga haruslah memiliki peran tak terbatas yaitu peran sebagai guru, orang tua, teman, motivator, dokter, konten kreator, psikolog dan lain sebagainya. Maka dari itu lah peran menjadi guru adalah peran terberat sekaligus terhebat yang dialami oleh seorang guru.
Apakah mungkin seorang guru bahagia? berbagai macam metode pendidikan yang dibuat oleh para ilmuan untuk membantu mempermudah guru dalam proses menyampaikan pembelajaran kepada peserta didiknya, namun kurangnya perhatian untuk memunculkan metode yang membuat kesehatan mental guru bahagia, gembira dan ceria. Padahal mental guru adalah bagian terpenting dalam berjalannya suatu pendidikan. Apakah mungkin seorang guru bahagia? Ya tentu, yaitu dengan meperhatikan pentingnnya kesehatan mental guru dalam proses kegiatan belajar mengajar kepada muridnya, salah satunya dengan menerapkan metode Image Do Be, yang merupakan singkatan dari Ikhlas, Iman, Gembira, Do’a dan Belajar.
Berikut penjelasan metode Image Do Be dalam menyelamatkan kesehatan mental guru:
Petama, Ikhlas. Mengajar dengan ikhlas berarti guru mampu memberikan pelajaran dengan penuh dedikasi yang tinggi dan keprofesionalannya dengan baik. Ikhlas merupakan sikap memurnikan perintah Tuhan tanpa mempertimbangkan balasan apapun (Yahya, 2003, hal. 6). Seorang guru yang mengajar dengan ikhlas akan mampu memberikan pelajaran terbaik bagi peserta didiknya tanpa memikirkan balasan yang harus didapatkan oleh guru tersebut, dengan ikhlas juga mampu membuat seorang guru untuk selalu berfikir positif, dimana hal itulah yang akan membantu seorang guru menjaga serta menyelamatkan kesehatan mentalnya.
Kedua, Iman. Merupakan bentuk kepercayaan diri seorang hamba kepada tuhan yang didasari dengan keyakinan dan penghambaan diri terhadap tuhannya. Dengan mempererat keimanan kepada tuhan seorang guru mampu untuk selalu berprasangka baik dan menjaga kesehatan mental seorang guru terhadap peserta didiknya yang sulit untuk memahami apa yang kita berikan dan sulit untuk mengikuti apa yang kita perintahkan, karena sejatinya yang memberikan ilmu sampai kepada seorang anak didik itu tidak lain atas kehendak Tuhan yang maha pemberi ilmu bukan hanya semata usaha kita sendiri, sebagai mana yang termaktub dalam kitab suci umat Islam yaitu Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 272, berikut bunyinya:
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
Artinya: “Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya.”
Dalam Tafsir “al-Wajiz”, Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili menafsirkan ayat tersebut Wahai rasul, tidaklah kamu bisa membuat orang-orang musyrik itu mendapatkan hidayah melalui cara mengekang, menghalangi atau membenci mereka, namun Allah lah yang memberi hidayah menuju Islam menggunakan taufik-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang dikehendaki, Tidaklah bagi penyeru itu kecuali hanya menyampaikan (risalah), dan perkara pemberian hidayah itu hanya dikembalikan kepada Allah. Dan harta yang kalian infakkan itu merupakan tabungan pahala bagi diri kalian sendiri pada hari kiamat. Dan janganlah kecuali untuk mencari ridha dan imbalan Allah saja, bukan untuk pamer dan hal lainnya. Ibnu Abbas berkata: “Nabi SAW memerintahkan agar tidak bersedekah kecuali untuk orang Islam, lalu turunlah ayat {Laisa ‘alaikum hudaahum} lalu beliau memerintahkan untuk memberi sedekah bagi setiap orang yang meminta dari setiap agama” (Az-Zuhaili, 1983, p. 47).
Dalam konteks kesehatan mental guru, iman merupakan salah satu upaya untuk bisa menjaga kesehatan mental seorang guru, karena secara tersirat iman mengajarkan penyerahan diri secara utuh kepada Tuhan yang maha Esa dari apa yang telah diusahakan seorang hamba.
Ketiga, gembira. Sebagaimana yang di sampaikan bapak pimpinan pondok modern Darussalam Gontor Kyai Dr. H.Syukri Zarkasyi, MA : “At-thorikotu ahammu minal maddah wal mudarisu ahammu minat tharikoh wa ruhul mudaris ahammu minal mudarris” yang artinya : “Cara atau Metode itu lebih penting dari pada Materi (Materi pengajaran) dan Guru lebih penting dari Metode dan Ruh (Jiwa ) seorang Guru itu lebih penting lagi dari gurunya sendiri”(Gurusiana, 2022).
Maksudnya apabila ruh seorang guru itu tidak ada dalam diri seorang guru,maka seorang guru akan menumbuhkan sikap terpaksa untuk memerankan peran sebagai seorang guru, jika ada keterpaksaan dalam melaksanakan suatu tugas maka biasanya hal inilah yang menyebabkan seorang guru mengalami kerusakan kesehatan mental.
Keempat, do’a. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاٰنِ مَا هُوَ شِفَاۤءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَۙ وَلَا يَزِيْدُ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا
“Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang mukmin, sedangkan bagi orang-orang zalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian.” (Q.S al-Isrā' [17]:82).
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa makna dari QS. Al-Isra ayat 82 adalah bahwa Al-Qur’an dapat menghilangkan segala penyakit yang ada di dalam hati, seperti syakk (keragu-raguan), nifāq (kemunafikan), syirik (penyekutuan terhadap Allah), zaig (penyimpangan dari kebenaran), dan mail (kecenderungan pada keburukan). Al-Qur’an dapat menyembuhkan segala penyakit tersebut. Al-Qur’an juga menjadi rahmat, karena dapat menghasilkan atau mendatangkan keimanan, hikmah (kebijaksanaan), dorongan pada kebaikan, dan kegemaran untuk berbuat baik. Semua hal tersebut hanya dapat diraih oleh orang-orang yang beriman pada Al-Qur’an, membenarkannya, serta mengikuti petunjuk yang ada di dalamnya. Demikianlah Al-Qur’an menjadi syifa’ dan rahmat yang sebenar-benarnya (Tafsir Ibnu Katsir, 1997).
Doa merupakan senjatanya para Nabi terdahulu, doa menjadi salah satu kunci untuk menjaga kesehatan mental seorang guru, karena kita ketahui bahwasanya doa menjadi salah satu alternatif terbaik untuk menjaga kestabilan mental guru.
Kelima, belajar. Belajar merupakan hal yang wajib dilakukan oleh seorang guru, terutama disini seorang guru perlu untuk mempelajari ilmu yang membahas tentang strategi pembelajaran terhadap peserta didik. Kemp dalam Ahmad dkk (2011: 11) strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efesien. Dengan belajar memahami strategi pembelajaran seorang guru mampu menguasai berbagai macam cara untuk membuat peserta didik dapat memahami serta mewujudkan ketercapainnya suatu tujuan pembelajaran dengan cepat dan tepat. Tanpa menguasai strategi pembelajaran seorang guru akan mengalami berbagai macam kesulitan dalam proses pembelajarannya, yang dimana hal itu dapat mengganggu kesehatan mental sebagai seorang guru. Maka pentingnya seorang guru itu harus terus belajar karena dengan belajar seorang guru akan terbuka wawasannya terutama dalam hal strategi pembelajaran yang akan meningkatkan mutu pendidikan seorang guru tersebut.
Dengan demikian, melalui penerapan metode Image Do Be ini diharapkan bisa menyelamatkan kesehatan metal guru, karena dalam penerapan metode ini seorang guru perlu untuk menumbuhkan sikap ikhlas, iman, gembira, do’a dan belajar dalam setiap proses kegiatan pembelajarannya yang dimana hal ini merupakan komponen penting yang harus diterapkan oleh setiap guru agar bisa memerankan perannya dengan baik, bahagia, ceria dan gembira tanpa adanya kerusakan mental yang di alami oleh seorang guru.
Penyunting: Putra