Apakah benar guru di abad 21 mengalami gangguan kesehatan mental? Berdasarkan data dari sumber: htpp://pdskji.org// Swaperiksa PDSKJI tentang deteksi dini kesehatan jiwa Periode Maret 2020 – Maret 2022 rata-rata mengalami masalah psikologi 75% dengan sebaran data paling banyak rentang usia 20-30 tahun. Data di atas menunjukkan generasi milenial merupakan sasaran yang terdampak paling banyak termasuk guru generasi milenial. Masalah ini tidak lepas dari masuknya Virus COVID-19 pada bulan Maret 2020 ke Indonesia. Pandemi COVID-19 memaksa sekolah sebagai tempat kerja guru harus tutup. Semua kegiatan belajar tidak bisa dilaksanakan di sekolah dan dialihkan kerumah masing-masing. Kejadian ini membuat guru-guru tidak siap dan saling mencoba hingga memaksa diri harus beradaptasi cepat kearah digital. Berbagai macam versi pembelajaran, ada yang menggunakan whatshapp group, zoom meeting, google meeting dan lainnya. Semua tiba-tiba berubah dan belum ada panduan yang pasti. Fakta dilapangan ditemukan banyak guru kebibingungan dan tidak sedikit yang mengalami stres dikarenakan beban mempersiapkan materi ajar dan perangkat lainnya.
Dampak belajar dari rumah membuat guru harus kreatif tanpa batas dengan menyediakan materi ajar, menanggapi siswa dan tekanan lingkungan kerja. Media belajar pendukung seperti video tutorioal pembelajaran diberbagai platform memiliki jumlah kunjungan paling banyak. Namun tidak cukup untuk guru memastikan siswa belajar dengan baik. Yang paling ditakutkan oleh para pendidikan adalah arah dan tujuan pendidikan tidak lagi sama dengan standar lama. Standar kompetensi capaian tidak bisa dikejar dengan pembelajaran dari rumah. Peserta didik benar-benar tidak siap dan merasa tidak belajar. Berbagai komunitas tiba-tiba aktif dan bertambah termasuk komunitas MGMP menjadi sasaran diskusi para guru. Tidak jarang mendiskusikan berbabagi kebijakan pemerintah yang belum bisa menjawab permasalahan dilapangan. Guru-guru harus menyediakan banyak waktu untuk belajar pedoman dan berbagai webinar untuk memastikan mereka dapat mengerti dengan baik berbagai kebijakan yang ada. Pada awal normal baru Tahun 2022 bulan Juni muncul permendikbud Nomor 56/M/2022 Tentang Pedoman Penerapan Kurikulum Merdeka dalam Rencana Pemulihan Pembelajaran sebagai panduan pasti untuk mendukung kegiatan belajar mengajar.
Beban kerja guru sangat erat kaitanya dengan beban mental yang dihadapi. Tugas mengajar dan tekanan administrasi serta lingkungan kerja akan terus mempengaruhi kualitas kerja. Guru dalam tugasnya dituntut mempunyuai empat kemampuan dasar dalam mendidik yaitu kemampuan pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial. Kepribadian seorang guru dituntut mampu menjadi teladan dan mampu menginspirasi pesertadidik. Bagaimana bisa seorang guru dengan tekanan dari tuntutan perubahan mampu konsisten terhadap kemampuan pribadi yang mampu menginspirasi sekaligus menjadi teladan diwaktu yang sama. Tuntuntan kerja dari soerang guru dimasa sekarang banyak membebani psikologi dan kesehatan mental. Kesehatan mental berkaitan dengan kondisi emosi, kejiwaan dan psikis seseorang. Berbagai kondisi tersebut bisa membuat kondisi kejiwaan seeorang terganggu sehingga muncul gangguan kesehatan mental. Masalah kesehatan mental dari guru bisa mengubah cara seseorang dalam mengatasi stres, berhubungan dengan orang lain dan membuat pilihan. Karena kesehatan mental yang baik merupakan indikator guru dapat bekerja dengan baik. Guru harus mampu mengelola kesehatan mental dan mampu menerima setiap perubahan dan mau mengembangkan diri sesuai tuntutan zaman.
Banyak tantangan yang sering dihadapi oleh guru dimasa transisi dengan kurikulum merdeka. Adaptasi baru kebutuhan belajar murid dimana nilai dari ujian bukan satu-satunya standar ukuran melainkan diukur melalui tahap perkembangan dari setiap fase. Ketertinggalan peserta didik dalam menjangkau standar kompetensi capaian dasar pada kurikulum sebelumnya memberi jarak yang cukup jauh. Sehingga dibtuhkan terobasan baru yang dapat membantu guru sebagai pendidik dalam mengelola capaian pembelajaran di sekolah. Adanya standar baru dengan hadirnya kurikulum penyederhanaan atau Kurikulum Merdeka memberikan manfaat bagi pendidik dalam menyesuaikan kebutuham belajar peserta didik. Dari segi materi guru tidak perlu terburu-buru dalam mengejar materi karena hanya fokus pada materi essential. Sekolah juga mempunyai waktu tersendiri dalam membentuk karakter siswa melalui Kegiatan Projek Pengauatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dan sekolah terbantu dalam menyusun kurikulum operasional satuan pendidikan sesuai karakteristik dan kebutuhan peserta didik.
Dari sisi adminiatrasi guru sangat terbantu dengan mengadaptasi perangkat ajar dari pemerintah dan juga melalui Platform guruinovatif.id. Hadirnya berbagai pelatihan mandiri dalam bentuk video pembelajaran dan kuis memberikan wawasan bagi para guru dalam adapatasi berbagai kebutuhan belajar. Kesulitan guru dalam menyediakan materi ajar dan administasi sangat terbantu bahkan pelatihan mandiri dalam mengembangkan keahlian juga tersedia. Banyak manfaat yang sudah dirasakan dan sekaligus memberikan semangat baru bagi guru dalam mempersiapkan murid dimasa yang akan datang.
Dengan adanya Program pemerintah melalui Kurikulum Merdeka semua standar pendidik ikut terbaharui. Kemampuan pedagogik dan tuntutan administrasi dapat terbantu melalui platform pemerintah dan guruinovatif.id yang sudah menyediakan macam pelatihan dan standar administrasi lainnya. Guru yang tadinya takut dengan kurikulum merdeka menjadi sukacita dengan fasilitas yang disediakan. Jadi guru cukup melakukan upgrade diri dan lebih kreatif dalam memanfaatkan layanan yang ada pada platform yang tersedia. Pemerintah juga menyediakan sertifikat kepada guru-guru yang berhasil menyelesaikan pelatihan mandiri. Pada akhinya semua manfaat dapat dirasakan oleh guru. Dengan administrasi yang tersedia dapat membantu pekerjaan guru, kualitas pembelajaran meningkat dan kesehatan mental guru dipastikan baik.
Penyunting: Putra