Semenjak pandemi virus-covid 19 yang melanda seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia, membuat masyarakat harus menghadapi sebuah situasi serba di rumah. Kita dipaksa untuk beradaptasi dengan kondisi di mana segala aktivitas sosial menjadi terbatas. Manusia harus memakai masker, menjaga jarak dan membudayakan cuci tangan yang sebelum adanya peristiwa ini menjadi kegiatan yang sering diabaikan serta dianggap biasa.
Kegiatan di sekolah pun harus mengikuti protokol kesehatan yang ditentukan. Tidak adanya siswa di sekolah, menjadikan kegiatan peningkatan mutu sekolah mengalami kesulitan. Namun, hal ini tidak menghalangi saya sebagai guru untuk tetap mendampingi dan membina para siswa agar selalu meningkatkan kemampuan diri khususnya dalam literasi.
Kepala sekolah dan para guru SDN 011 Balikpapan Tengah percaya literasi adalah kunci melahirkan siswa yang berkarakter. Salah satunya ialah dalam menanamkan budaya literasi pada semua warga sekolah. Guru dan siswa selalu membaca 15 menit sebelum memulai kelas dan adanya pojok baca ada setiap kelas sebelum pandemi bahkan mulai digalakkan kembali di masa Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT).
Ketika pembelajaran dari rumah, guru tetap membimbing siswa dalam melaksanakan literasi sebelum belajar secara daring. Dan yang saya lakukan adalah dengan membuat konten LAPAR (Literasi bareng Pak Rahmat), yaitu saya mendongeng melalui video yang saya unggah di Youtube. Video mendongeng saya dapat ditonton oleh siswa dimanapun dan kapanpun di channel Youtube saya : Penulis AR.
Selain itu, saya sebagai ketua/koordinator kegiatan literasi di sekolah juga mengajak guru dan siswa untuk menulis cerpen, puisi dan pantun hingga terbitlah buku perdana ber-ISBN hasil karya kami yang berjudul “Adi dan Wiyata” di awal tahun 2021. Kepala sekolah memfasilitasi saya untuk membina dan mengarahkan siswa dalam menulis karya ini meski secara virtual.
Saya juga mengembangkan literasi di sekolah dengan menyediakan konten puisi saya yang saya tulis dan dikemas dalam bentuk rekaman suara. Kemudian saya unggah di akun Spotify saya yaitu “Belajar itu Seru”. Dan tidak hanya puisi, di Spotify saya juga menyediakan konten pembelajaran SIAP (Siniar Interaktif Pakdul) untuk memfasilitasi siswa yang suka belajar dengan mendengarkan.
Tidak hanya itu, saya juga menulis artikel-artikel pembelajaran yang dimuat di media digital nasional. Artikel yang saya tulis dimanfaatkan sebagai bahan belajar dan secara tidak langsung membiasakan budaya membaca di dalam diri setiap siswa.
Saya juga kembali dipercaya oleh Kepala Sekolah sebagai Guru Koordinator Literasi dan melatih siswa dalam membuat pantun. Saya melaksanakan Pelatihan Membuat Pantun secara Virtual (karena pandemi) dan juga mengoordinir kegiatan sekolah yaitu Lomba Cipta dan Baca Pantun SEMARAK MERDEKA memperingati HUT RI ke – 76. Kegiatan tersebut saya lakukan agar para siswa semakin terbiasa menulis dan mempersiapkan diri mereka untuk membuat pantun yang akan diterbitkan di program Festival Literasi Kota Balikpapan.
Hingga kami dapat menerbitkan buku kedua karya siswa SDN 011 Balikapan Tengah yang berjudul Pesta Pantun. Buku kedua ini menjadi aksi nyata komitmen semua pihak sekolah dalam mewujudkan sekolah literasi.
Literasi adalah solusi dalam membantu siswa bagaimana memahami dan menemukan informasi kunci. Serta menggunakan dan mengintegrasikan kemampuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Namun, literasi juga tentang bagaimana siswa selalu produktif menghasilkan karya yang kelak akan menjadi budaya positif mereka di masa mendatang. Dan budaya literasi juga menjadi asa dalam memulihkan pendidikan di masa pandemi.