Takkan lari gunung dikejar - Guruinovatif.id

Diterbitkan 12 Apr 2022

Takkan lari gunung dikejar

Bercita cita menjadi Guru agama sudah lekat padaku sejak duduk di bangku SD. Hal ini diawali ketika duduk di bangku SD kami terpaksa bergabung dengan murid dari sekolah lain yang berdekatan dengan sekolah kami. Saat itu saya bertekad ketika dewasa menjadi guru agama mengingat kurangnya tenaga guru saat itu. 

Cerita Guru

Mahlida Yuliana Siallagan, S.Pd

Kunjungi Profile
468x
Bagikan

Bercita cita menjadi Guru agama sudah lekat padaku sejak duduk di bangku SD. Hal ini diawali ketika duduk di bangku SD kami terpaksa bergabung dengan murid dari sekolah lain yang berdekatan dengan sekolah kami. Saat itu saya bertekad ketika dewasa menjadi guru agama mengingat kurangnya tenaga guru saat itu. 

Seiring berjalannya waktu cita cita itu menjadi terlupa dikarenakan mama jatuh sakit dan lagi hanya aku satu satunya perempuan dirumah, maka aku harus merawat mama hingga lulus SMEA. Di bulan Juli aku lulus SMEA bulan September mama meninggal dunia. Cita cita itu terkubur bersama mama. Aku harus tahu diri masih tiga orang yang harus dibiayai sekolah. 

Umur 22 tahun aku memutuskan untuk menikah dan tinggal bersama suamiku di jakarta. Saat usia pernikahan 10 tahun aku dikaruniai 2 orang anak. Untuk membantu keuangan dirumah pekerjaan apapun kulakukan selama itu halal. Tahun 2008 kami memutuskan pulang ke kampung (Sumatera Utara) dikarenakan ayah mertuaku meninggal dan kami lah yang harus mengurus ibu mertua yang sudah tua. Dan disinilah awal kisahku 

Setelah tinggal dikampung tempat tinggal kami berdekatan dengan komplek SDN 010022 Perbangunan Kec. Sei Kepayang Kab. Asahan. Anak pertamaku masuk sebagai anak pindah di kelas 4 sementara yang kedua masuk di kelas 1. Semenjak tinggal di kampung aku langsung mengabdikan diriku digereja menjadi Guru Sekolah Minggu. Mendidik anak usia Sekolah Dasar. 

Sekian waktu berjalan anakku bercerita bahwa disekolah mereka tidak ada guru agama Kristen dan ini mengingatkanku kembali akan cita cita yang pernah terlupa. Dengan modal tekad aku mengunjungi rumah kepala sekolah dan menyampaikan keinginanku menjadi guru agama disekolah itu. Namun nasib belum berpihak padaku dengan alasan kurangnya biaya penggajian guru honorer beliau menolak lamaran ku. Selain itu memang aku tidak berasal dari pendidikan yang linier dan aku hanya lulusan SMEA. Tak putus asa akhirnya aku memutuskan untuk berjualan kue dan jajanan untuk anak sekolah karena kuperhatikan tidak ada satupun penjual dilokasi itu. Aku tidak pernah putus asa semampuku aku selalu berusaha membantu suami membiayai rumah tangga kami. 

Lima tahun berlalu kepala sekolah pensiun dan digantikan oleh kepala sekolah yang baru. Tanpa diduga salah satu guru kelas mendatangi rumahku dan memanggilku menghadap kepala sekolah. Sungguh tiada pernah lagi kuharap untuk bergabung justru mereka memanggilku untuk bergabung menjadi salah satu guru mengajar agama. Namun dengan satu syarat jika suatu saat aku diwajibkan untuk kuliah aku harus bersedia. Tanpa pikir panjang aku menyetujuinya walau aku tahu entah biaya dari mana jika aku kuliah. Tuhan tidak pernah mempermalukan umatnya Dia selalu menyediakan kebutuhanku dan walau di usiaku yang tidak muda lagi aku berhasil lulus dengan nilai IPK terbaik. Puji Tuhan

Sebagai seorang Guru tentu saja aku tidak ingin ketinggalan informasi. Dulu aku buta sama sekali teknologi segala fasilitas disekolah ku manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Yang tidak pernah memegang laptop secara otodidak kupelajari dengan panduan buku buku yang ada di perpustakaan. Hingga akhirnya aku mendapat info dari simpkb kemendikbud yang merekrut Guru Penggerak dan juga ujian PPPK. Aku memberanikan diri untuk mendaftar keduanya. Dengan segala usaha dan tentu saja dukungan dari suami aku mulai belajar dan belajar. Puji Tuhan aku lulus keduanya. Di kabupaten Asahan hanya satu formasi dibuka untuk Guru Agama Kristen dan aku yang mengisi formasi itu. Tuhan sungguh baik kepadaku. Segala usahaku diberkatiNya. Kini sebagai Calon Guru Penggerak aku sudah menjalani kira kira empat bulan. Sambil menunggu SK PPPK aku tetap mengikuti Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4.

Takkan lari gunung dikejar. Mungkin pepatah itu sesuai dengan aku. Walau hampir terkubur rupanya Tuhan masih menunjukkan kasihNya padaku. Kedepannya aku berharap sebagai Guru aku mampu menjadi agen transformasi pendidikan. Semoga Tuhan tetap menyertaiku. 

 

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Guru PAUD yang Inovasi, Inovatif, dan Menyenangkan di Era Digital
5 min
Guruku Hebat Guruku Bermartabat

UYUN,S.Pd.I

Mar 03, 2024
2 min
Cerita dibalik perjuangan menyelenggarakan pendidikan non formal untuk pemerataan pendidikan

Een Irawati, S.Pd

May 09, 2022
1 min
Dulu, Kini, dan Nanti Tetaplah Guru

Titin Nurgantini

Apr 23, 2022
5 min
Kesurupan
Mimpi Besar dari Daratan Tinggi Toba

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar